45. Step Back

25.9K 2.6K 140
                                    

Terima kasih 100k nya! Aku double up tapi kuselang 5 menit ya. Hehe

*


Lia memutar tubuh. Ia menatap ke arah Stefani yang tampak begitu menantang.

"Stop that bullshit! I won't buy it!" Lia berucap cepat sambil mengambil kopinya. Ia malas meladeni Stefani. Tetapi, perempuan itu terus terusan membuntutinya, bahkan duduk di hadapannya.

Dia cantik. Sangat cantik. Lia tidak mengerti kenapa perempuan secantik dia malah punya prilaku yang tidak sepatutnya.

Perempuan itu memangku dagu. Menatap Lia yang berpura-pura tidak peduli.

"Aku tahu kamu penasaran soal anak kami." Stefani masih berucap sambil mengelus perutnya. "Mau dengar soal Arthur? Oh, it's his name, Arthur."

"I won't take that bullshit. Perut lo belum besar." Lia mendecih.

"Usia kehamilanku baru delapan minggu."

Mendengar jawaban itu, Lia memutar bola mata. "Do you think I'm stupid? Jenis kelamin baru bisa kelihatan di usia kehamilan—seminimalnya—16 minggu. Karangan lo bagus juga."

Wajah Stefani tidak menunjukan tanda-tanda panik
Ia begitu tenang. "Aku yakin dia anak laki-laki."

"Lo sinting!"

Stefani tertawa. Dan tawanya benar-benar seperti orang gila. "Jadi, mau dengar tentang anakku dan Wira, nggak?"

"Nggak. Makasih." Lia berucap cepat. "Gue nggak mau ngeladenin halu lo soal rahim kosong lo itu."

"Hah! Aku nggak ngerti deh sama kamu! Bisa-bisanya kamu nggak percaya! Keluarga Adhyaksa aja percaya kok!" Stefani menggerutu.

Lia memicing. Ia malas mendengar orang gila penuh delusi di hadapannya ini berucap. "Tolong pergi, gue nggak mau ngelihat muka lo di sini."

Stefani terkekeh. Ia menyesap kopinya perlahan. "Or what? Kamu mau bikin keributan? Everyone knows me. Kalau kamu mau teriak-teriakan di sini, kamu tahu siapa yang akan lebih dapat sentimen positif dan siapa yang dapat sentimen negatif. Mengingat, kamu juga pernah jadi selingkuhan Bryan—tunangannya Lidya, adikku."

"What do you mean?"

"I could easily frame you as a crazy woman who went berserk after I tried to talk to you nicely about your conflict with Lidya regarding Bryan. I could also frame you as someone who is still chasing after Bryan or trying to snatch Wira away from me. " Ia menekuk jari sambil menguraikan opsi-opsi yang bisa ia lakukan. "There are plenty of story options I could create for newspaper headlines or infotainment, or perhaps, Lambe Turah within the next hour."

"Have you ever consider writing novels as one of your career options? Kayaknya, lo bisa jadi penulis terkenal dengan karangan halu lo itu," balas Lia sinis.

Stefani terkekeh. Ia mengibaskan tangannya dengan ringan.

"My family owns a media company. What do you expect me to do? Menulis semacam ini udah biasa kami lakukan, Darling." Stefani tersenyum semringah di tengah Lia yang terlihat begitu ketus. She is psycopath, indeed!

"Dan aku bisa memastikan semua hal terjadi sama kamu. Perusahaan mana yang berani main api sama keluarga Daneswara?" Stefani berucap dengan penuh percaya diri. "Kalau bukan karena Salsa yang dengan lihainya membungkam semua media, aku yakin, pemberitaan tentang kamu bisa lebih heboh dari yang terjadi sekarang sebagai pelakor tunangan Lidya."

Lead MagnetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang