Wira membuka matanya perlahan ketika menemukan Lia yang masih menggelung di balik selimut. Senyum miring tercetak di bibirnya. Tangan Wira masih memeluk Lia begitu erat.
Tubuh perempuan dalam rengkuhannya masih begitu menggoda. Dan malam kemarin jadi sebuah pengalaman paling menggelora yang pernah Wira rasakan. Sekarang dia mengerti alasan Lia yang malah bisa jadi selingkuhan.
Dari sisi manapun, selingkuhan selalu menggoda. Karena tawarannya tak pernah main-main. Tetapi, sayang sekali untuk perempuan secantik ini hanya dijadikan pilihan kedua.
Ia membelai rambut Lia lembut. Helaian itu tampak berantakan bekas percintaan semalam. Yang jelas bukan karena dijambak oleh perempuan gila yang bukannya membela sesama perempuan malah menghajar yang lain begitu rupa.
Lagu lama.
Gayatri—salah satu sepupunya—pernah punya masalah yang sama. Dia yang diselingkuhi, jelas! Dan, Gayatri langsung menghajar perempuan itu begitu saja hingga babak belur. Kasus itu pernah viral sebentar, tetapi, netizen Indonesia yang budiman selalu menganggap pelakor sebagai akar kejahatan. Jadi, posisi Gayatri di mata publik saat itu begitu menguntungkan karena banyak yang simpatis. Padahal, kalau ditelaah, semua itu kesalahan Matteo—kekasih Gayatri saat itu—dan perempuan yang dipukuli Gayatri sampai babak belur adalah korban.
Wira memerhatikan lagi tubuh Lia dengan saksama. Ada bekas kemerahan akibat ulahnya di beberapa titik tubuh perempuan itu. Tanda dan bekas yang membuat Wira begitu besar kepala karena itu semua berkat ulahnya.
Hembusan napas terdengar dari Wira sebelum ia menuruni ranjang. Mengenakan celana boxer dan kaos lusuh yang diambil asal dari lemari, ia berjalan keluar kamar. Kalau ia masih berada di sebelah Lia, bisa-bisa, ia kembali menghabisi perempuan itu.
Tak lama, Wira sudah berkutat dengan coffee maker yang berada di dapur apartemennya. Masih ada banyak hal yang harus ia pikirkan hari ini. Walau belum punya action list, setidaknya, Wira harus mengunci dirinya sendiri di sebuah ruangan untuk memikirkan usulan-usulan proposal kegiatan yang bisa mengembalikan Time Tales yang sudah mati suri.
Sambil menyesap kopi, ia mengambil iPad, membaca berita pagi ini yang sepertinya kurang menarik. Wira terhenyak sejenak.
Sejak lulus kuliah, ia selalu membaca koran dengan kertas. Namun, sudah tiga tahun terakhir, ia menghentikan koran kertasnya dan beralih langganan dengan koran digital di iPad. Seketika, ia meremang.
Apakah ini memengaruhi penjualan buku cetak?
Pikiran dan kontemplasi itu terputus lantaran suara pintu terbuka terdengar. Berikutnya, sosok Lia yang masih terkantuk keluar dari kamar.
"Morning, Babe," sapa Wira sambil mengangkat gelas kopinya. "Coffee?"
Lia menggeleng sambil mengucek matanya. "Gue pikir lo udah cabut."
"This is my apartment, masa gue tinggalin terus cabut?" Wira nyeletuk.
Semalam, bukannya ke hotel, Wira malah membawa Lia ke apartemennya. Ia tak ingin percintaan mereka hanya jadi sebuah aktivitas seks. Lia punya masalah, Wira punya masalah. Jadi yang Wira lakukan adalah membawa Lia untuk bercerita seraya menyesap minuman yang ada di rumahnya.
Ini memang hubungan satu malam. Tetapi, Wira tak ingin menjadi binatang untuk itu.
Lebih lanjut, membawa Lia ke hotel bisa jadi berbahaya. Ia tak ingin mengulang kesalahan Darma—kakaknya—yang membawa hostess dari kelab ke hotel. Beberapa bulan kemudian, kelab tersebut digrebek karena memperkerjakan hostess di bawah umur.
Sudah bisa ditebak akhirnya, Darma ikut terseret dan berakhir dengan si kakak yang terkena skandal besar hingga masuk media dengan tajuk "DARMANTARA ADHYAKSA PUTRA MENCABULI PEREMPUAN DI BAWAH UMUR".
KAMU SEDANG MEMBACA
Lead Magnet
RomantizmADHYAKSA SERIES no. 5 🌼 *** Lead Magnet (n.) An incentive to attract and capture potential customer. Lia--Hazelia Salim--nyaris jantungan ketika ia tahu, kekasihnya, Bryan ternyata sudah berpacaran dengan Lidya Kani Melatika, putri pemilik perusah...