6. The Trouble

49.7K 3.6K 31
                                    

Pertama, karena ini teknis, jadi aku double up ya (wait, I feel deja vu, pernah nulis gini nggak, sih?)

Kedua, mm... if you don't mind, Let's interact and please let me know what do you think in comment section.

XOXO

*

No strings attached.

Frasa itu sudah melekat untuk Lia. Namun percayalah, malam pelampiasannya hari itu bersama Wira bukan malam yang mudah dilupakan. That was wild, that was crazy.

Mungkin malam itu, mereka mabuk. Mungkin malam itu, Lia sedang kesal dan marah karena merasa begitu bodoh. Atau mungkin, Wira memang terlalu lihai dan membekas.

Yang Lia tahu, malam itu bukan malam biasa. Egonya harus mengakui hal itu. Dan, walaupun Lia berusaha menyingkirkan bayangan malam itu, setiap detiknya seperti sulit untuk dilupakan.

Bahkan siang ini, setelah dua minggu berlalu, setiap adegannya masih terputar di otak. He is a disaster. The best disaster, indeed.

"Lia! Lo numpahin air!"

Teriakan Rana membuat Lia terkesiap. Ia menekan tombol dispenser terlalu lama hingga air di botolnya meluap ke mana-mana.

Lia buru-buru mundur untuk menghindari air. Ia meringis dengan panik.

"Gue cari OB dulu!" ucap Lia cepat.

Ia meletakan botol minumnya di atas meja kerja dan buru-buru memanggil seorang office boy untuk membantunya mengepel. Gadis itu mendengkus dengan putus asa. Ia harus fokus, tetapi, rasanya begitu sulit.

"Lo kenapa, Li? Galau gara-gara ditinggal pacar ke luar negeri lagi?" ejek Rana.

"Udah putus," jawab Lia cepat.

"Hah?"

Lia sadar akan wajah Rana yang meminta penjelasan. Tetapi, gadis itu mengabaikan permintaan Rana.

"Cowok kayak gitu nggak pantes ditangisin." Lia menjawab ketus. Mengingat-ingat Bryan membuatnya ingin muntah.

"Terus, kenapa nggak konsentrasi gitu? Otak lo lagi mikir ke mana?" cecar Rana.

Sontak, Lia tergagu. Daripada membayangkan Bryan yang ketahuan menjadikannya selingkuhan, Lia malah memikirkan Wira dan malam panas mereka. Gadis itu buru-buru mengambil napas untuk menepis pikiran itu.

"Gue lagi capek aja, kemarin bergadang ngurus revisian proposal promosi ke merchant." Lia menjawab setengah jujur. Semalam, ia memang bergadang mengerjakan revisi proposal promosi untuk salah satu merchant partner dalam rangka single's day alias 11.11.

Sebagai e-commerce top di Indonesia, BuyMe tak mungkin tak ikut serta dalam perhelatan paling besar di belanja online tersebut. Lia yang bertindak sebagai anggota dari tim campaign and promotion, punya banyak andil. Ia harus membuat strategi promosi dari hulu ke hilir dan memantau seluruh aktivitas promosi. Mulai dari konsep, copywriting, desain segala jenis banner hingga analisa data pasca kampanye.

Sialnya, acara diskon besar-besaran melibatkan banyak pihak. Merchant alias pemilik toko dan brand menjadi salah satunya. Masalahnya lagi, alih-alih membuat konsep kampanye besaran perusahaan seperti Rana, Lia di tempatkan dalam divisi campaign and promotion yang spesifik mengerjakan perintilan dan day-to-day dengan merchant partner spesifiknya untuk kategori Home & Living yang mencakup seluruh kebutuhan rumah, travelling, dan hobi seperti alat musik, buku dan hewan peliharaan.

Lead MagnetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang