"Kakak kenapa??" Tanya papi Chu. Lia mengubah posisi duduknya menghadap tembok, menyembunyikan air matanya.
"Sini coba liat papi, kak Lia kenapa nangis?" Kata papi Chu sambil memangku Lia.
"Lia capek" kata Lia sambil menangis.
"Capek? Capek kenapa? Mana yang capek, papi pijit sini"
"Ningning enggak ngerti-ngerti papii. Enggak mau di urusin" adu Lia sambil mengusap air matanya.
"Adek enggak mau di urusin?" Tanya papi Chu.
"Iya, enggak ngerti-ngerti"
"Emang tadi adek ngapain?" Tanya papi Chu sambil mengelus rambut Lia.
"Ningie masak batu nya di goreng" papi Chu menghentikan aktivitasnya saat mendengar perkataan Lia.
"Masak batu?" Tanya papi Chu memastikan.
"Iya. Tadi lagi main masak-masak, terus ningie goreng batu. Batu kan enggak di goreng papiii, batu kan di rebus" kata Lia kembali menangis mengingat kelakuan ningie.
"Mungkin adeknya enggak tau kak"
"Udah Lia kasih tau, tapi ningie enggak dengerin Lia. Lia enggak mau urusin ningning lagi" kata Lia sebal.
"Iya, nanti biar mami aja yang urusin ningie"
"Lia enggak mau ajak-ajak ningie main lagi. Ningie suka mainnya terserah ningie, enggak ikut peraturan" kata Lia sambil memeluk papi Chu.
"Nanti papi kasih tahu adek ya, tapi adeknya kalo main diajak ya kak. Kasian adeknya nanti main sendiri" kata papi Chu memberikan pengertian. Lia masih memeluk papi Chu tidak mau menjawab.
"Nanti kita bicara sama adek ya? Kita kasih tau adek ya?" Tanya papi Chu.
"Iya" jawab Lia pelan.
"Aduh kak Lia udah besar, papi kuat enggak ya gendong kak Lia"
"Papi enggak kuat?" Tanya Lia sambil melepaskan pelukannya.
"Enggak tau, coba sini papi gendong"
"Satu.. dua.. ti..ga. wah, papi masih kuat gendong kak Lia. Kita turun ya?" Tanya papi Chu sambil berdiri dari duduknya. Lia menggeleng cepat sambil meminta di turunkan dari gendongannya.
"Loh kok enggak mau?? Kenapa?"
"Lia masih marah sama ningie" kata Lia berlari ke arah meja belajar.
"Yaudah kita disini dulu sampai kak Lia enggak marah lagi" kata papi Chu ikut mendekat ke arah Lia.
"Coba papi liat, kak Lia tadi di sekolah belajar apa?"
"Enggak belajar papi, tadi bermain di sekolah" kata Lia berpindah duduk di samping papi Chu.
"Bermain? Bermain apa?"
"Bermain kereta-kereta, nanti Lia pegang pundak Chaery, terus Chaery pegang pundak Karin terus semuanya pegang pundak biar jadi kereta" jelas Lia sambil memperagakan gerakan bermain kereta-kereta.
"Wahh.. seru banget"
"Terus jalan pelan-pelan papi, sambil bernyanyi. Terus habis itu membuat ori-.." Lia menggaruk pipinya pelan saat lupa nama yang di ucapkan Bu guru di sekolah.
"Ori?"
"Lia lupa namanya, oriori? Orima? Eung.. lupa papi"
"Yang kayak gimana kak?" Tanya papi Chu bingung.
"Melipat-melipat kertas papi, tadi bikin perahu sama pesawat. Iniii" kata Lia sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
"Origami?"
KAMU SEDANG MEMBACA
White
Fiksi Penggemarisinya keseharian bocil absurd dan berbagai tingkah anehnya. Oh iya, jangan lupakan para bunda yang hobi ngomel dan para bapak yang takut istri