Tiga belas

279 29 5
                                    

Janganlah engkau bersedih
Sesungguhnya allah bersama
Kita

(QS. At taubah: 40)

Hari ini Suna rintarou sedang mengajar di kelas Ennoshita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Suna rintarou sedang mengajar di kelas Ennoshita. Dia mencatat beberapa dasaran kata arab di papan tulis.
Berbeda dengan semua yang tengah pokus, Osamu malah salfok sama tubuh tegap pemuda itu.

"Perasaan dulu Suna kecil banget deh, udah berapa lama sih gua gak ketemu nih anak." batinya melamun, dia menyanggah wajahnya menatap ke arah depan seolah memperhatikan Suna yang tengah mengajar.
"Astagfirullah, dosa Samu. Kamu kan dah janji gak bakal jatuh cinta sama mahluk allah sebelum halal."

Kembali ke beberapa tahun lalu.

Kita berlari memeluk tubuh anak delapan tahun yang terlihat panas.

"Mas, badan Tsumu panas banget." ucapnya pada sang suami. Aran memeriksa dan benar suhu tubuh sang anak memang panas. Padahal mereka berniat liburan hari ini.

"Yaudah ayo ke puskesmas." ajak Aran namun Kita menghentikan langkahnya.

"Samu lagi tidur, aku gak tega bangunin. Mau dititipin ke Suga dia udah mudik duluan, Iwa, Semi sama Yaku juga Tendou kalau gak salah baru berangkat, gimana ini." ucap Kita dengan wajah khawatir.

"Bokuto belum berangkat kan, mbak Akaashi pasti dirumah coba kamu telepon." saran Aran dan Kita lekas menganguk. Dia menelpon Akaashi saat itu, mengingat jarak antara rumahnya dan Akaashi lumayan jauh.

"Hallo assalamualaikum Akaashi, kamu udah berangkat?" tanya Kita.

"Belum mbak, lagi nunggu bang Bokuto balik dari kantor."

"Alhamdulillah, Kash kamu bisa kerumah badan Tsumu panas banget, Samu lagi tidur aku gak tega banguin." jelas Kita.

"Iya mbak, nanti Akaashi sama Rin kesana mbak berangkat aja kasihan Tsumu."

"Makasih ya."

"Kenapa ma?" tanya bocah laki laki delapan tahun menatap sang ibu usai ditelpon.

"Rin, main tempat Samu yok sambil nunggu papa." mata anak itu berbinar lalu menganguk semangat.
"Mama ambil payung dulu ya, kayaknya mau hujan."

"Susu vanilla Rin jangan lupa!" ingatkan bocah itu lalu lari keluar rumah, Akaashi terkekeh pelan.

Suna menatap langit yang memunculkan killat disana.
"Camu takut petir kan?"

Bocah itu mengerutkan keningnya lalu lari begitu saja menuju rumah si kembar.

Gleder!!

Petir pertama membuat Suna terkejut, dia makin mempercepat larinya. Ingatkan Suna dia harus effort melewati rumah paman bibiknya yang banyak demi kerumah Osamu.

Ya Zaujati (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang