35

285 31 0
                                    

Allahuakbar allahuakbar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Allahuakbar allahuakbar...

Sakusa terbangun dari tidurnya, diliriknya perempuan yang masih terlelap dalam tidur itu.

"Ilusi gak sih?" ucap Sakusa.

Allahuakbar allahuakbar...

Mata itu membulat usai benar benar memastikan apa yang dirinya dengar.

"Tsum, Tsumu bangun." Sakusa menggoyangkan tubuh Atsumu agar bangun dari tidurnya.
"Tsum, ada suara azan."

Mata sang perempuan terbangun lalu menatap sang suami di remangnya gelap.

"Azan, Omi halu ya? Kita ada di pengasingan emang ada orang azan disini?" Atsumu merasa suaminya mungkin sedikit tertekan.

"Makanya dengerin Atsumu."

Gadis itu menajamkan pendengaranya setelah teguran sang suami. Matanya sontak saja menatap mata Sakusa kala mendengar hal yang sama.
Keduanya segera bangkit lalu berlari ke arah yang mereka yakini menggumandangkan azan.

Saat keduanya sampai di bangunan kecil, sudah banyak bapak bapak maupun ibu ibu berkumpul untuk melaksanakan solat subuh berjamaah.
Napas Atsumu tersengkal kala menatap tubuh laki laki yang membelakangi dirinya. Dia adalah muazin yang membuat Sakusa dan Atsumu berlari kesini.

Saat laki laki itu berbalik, Atsumu tak bisa lagi membendung air matanya. Wajahnya berseri bahagia menatap sang lelaki.

"Bang Zuna?"

Laki laki itupun sama, dia tersenyum menatap Atsumu dan Sakusa disana.

"Adikku sudah dewasa."

Motoya menetap Terushima yang siang ini menemuinya di ruangan semacam ruang guru pesantren.

"Ustadzah Moyi, anda yang menjebak Atsumu kan?" Motoya hanya diam saja atas pertanyaan yang Terushima lontarkan. Dia tak punya jawaban untuk itu.

"Ustadz Teru ada urusan sama saya?" Motoya berusaha membelokan alur percakapan mereka.
Teru tuh curiga gegara Hirugami sama Sakusa yang ditugasin buat deketin Motoya. Ehh malah keduanya yang keluar dari pesantren kan Teru jadi negatif thinking.

"Ustadzah tau maksud pertanyaan saya tadi. Saya yakin ustadzah paham." balas Terushima. Pemuda itu tak menyerah menekan perempuan dihadapanya ini.

"Assalamualaikum." baik Motoya maupun Terushima menatap ke arah sumber suara. Ada Kenma disana membawa teko berisikan teh disana.

"Waalaikumsalam."

"Ustadzah, ustadzah Fidya ada gak. Tadi Kenma disuruh buat teh." Kenma masuk menyalami wanita itu lalu bertanya kepada Motoya.

"Lagi ngajar kayaknya Ken, kamu taruh aja di meja nya." balas Motoya.

"Baik ustadzah." asalnya Kenma tuh males buat teh cuma karna hari ini pelajaranya Terushima jadi dia bela belain gak apa capek sedikit ehh malah masih aja ketemu disini.

Ya Zaujati (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang