30

253 21 5
                                    

Terima kasih sudah mau menjadi tempatku pulang

_Hirugami Sachirou

Langkah kaki berlari menelusuri jalanan pesantren menuju ndalem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah kaki berlari menelusuri jalanan pesantren menuju ndalem. Kaki jenjang milik Hirugami tanpa henti berlari kala mendengar kabar angin dari beberapa santri saat masuk ke pesantren tadi.

"Hir!" Suna dibelakang ikutan lari. Dia juga bingung harus berbuat apa.

"Assalamualaikum." dengan napas ngos ngosan Hirugami melepas sandalnya dan masuk saat melihat pintu ndalem tengah terbuka. Suna menyusul setelahnya.

"Waalaikumsalam." balas orang orang disana.

"Kourai dimana?" tanya nya cemas saat melihat hanya ada Sakusa, Tanaka, Konoha dan ustadz Tora disana.

"Dikamar tamu, bareng mbak Kira kayaknya ketiduran." Sakusa membalas pertanyaan yang tadi Hiru tanyakan.

"Astagfirullah."Hirugami menghela napas kasar. Dia sebenarnya bersyukur istrinya baik baik saja tapi mendengar kata ketiduran sudah pasti tadi malam adalah malam berat untuk sang istri. "Gus, saya dan Kourai sudah menikah. Jika Gus tidak percaya saya bisa membuktikan nya."

"Gak usah, tadi udah dijelasin. Tapi maaf sekali ustadz Hiru. Anda tidak bisa lagi mengajar di pesantren ini." Konoha mengatakan dengan wajah menatap lurus. "Ini sudah keputusan dari abah sendiri."

"Kalau begitu mohon izinkan saya bertemu dengan istri saya. Untuk mengajak nya keluar." Konoha menghela napas lalu mempersilakan Hirugami.

Tok

"Enn, didalem?" Hirugami yang tadi sudah ditunjukan kamarnya mengetuk pintu dengan pelan takut istrinya bangun.

Cklek

"Kak Hiru, Kourai lagi tidur baru bisa tidur dia kak." Ennoshita membuka sedikit pintu itu. "Kalau gitu Enno permisi. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Sepeninggalan Ennoshita. Hirugami masuk dan benar yang Enno katakan, ada sang istri matanya terlihat sembab, kulit putihnya terlihat pucat.
Hirugami merasa sangat bersalah, tadi malam istrinya ini pasti sangat ketakutan.

"Maafin a'a ya, maaf." Hirugami mencium tangan Kourai dengan pelan lalu beralih kekedua mata itu sebelum kecupan lumayan lama mendarat di kening sang wanita.

"A'a Sachi." Hirugami tersadar lalu menatap manik mata sang istri yang mulai terbuka.

"Maafin a'a ya."

Kourai memeluk tubuh Hirugami, dia merasa aman dan nyaman saat memeluknya seperti ini.

"Kamu siap siap sayang, kita gak akan tingal di pesantren lagi." Kourai menatap sang suami segera.

"Tapi rencana?"

"Gak apa, a'a udah pikirin matang matang. Kita dukung mereka dari luar, sekarang kita harus keluar."

Ya Zaujati (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang