36

284 31 3
                                    

"AYO OMI!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"AYO OMI!!!"

Sakusa menatap horor ke arah Atsumu yang berada didalam lumpur. Ya, mereka sedang belajar menanam padi dengan petani yang lainya.

"OMI AYOO INI CUMA TANAH!" teriak gadis itu kembali.

"Tidak, itu kotor!" tolak Sakusa. Petani yang lainya pada ketawa ngelihat Sakusa dengan wajah tertekan.

"Omi, katanya mau bertahan hidup disini, ya Omi harus turun liat yang lainya udah pada nanem." pekik Atsumu lagi. Lama lama gemes deh si Atsumu sama suaminya ini.

"Gak bisa Tsum, gak bisa. Aku nanem yang lain aja." Sakusa segera kabur dari sana membuat para petani yang lainya semakin ketawa.
Atsumu yang ditingal sendirian jadi cemberut sendiri.

"Ndak apa nduk, sini ibu yang ajarin." salah satu wanita mendekatinya lalu memberikan bibit padi pada Atsumu.
"Pengantin baru udah biasa kalau malu malu." dengan polos Atsumu menoleh kala sang wanita bicara.

"Itu biasa ya bu?" pertanyaan Atsumu dihadiahi anggukan dari sang wanita. Atsumu kembali pokus pada padi di tanganya. "Cara ngatasinya gimana?"

Wanita itu tersenyum lalu membisikan sesuatu yang membuat Atsumu tertawa kecil.

Sakusa lari dari sawah ke ladang sebelah, gak jauh kok disana ada Iizuna yang lagi nyemai bibit cabai. Sakusa langsung mendekati Iizuna.

"Bang Zuna."

"Lah katanya mau belajar nanem padi?" Sakusa menggeleng, Iizuna tertawa kecil sungguh dia lupa kalau Sakusa anti kuman.
"Yaudah, bantu nyiram aja ya ntar tak jelasin." Sakusa nganguk aja, dia dan beberapa pemuda lainya berjalan ke sumur belakang buat nimba air.

"Mas Sakusa ini adeknya kang Zuna ya?" Sakusa yang lagi pokus nimba jadinya menoleh.

"Iya."

"Alhamdulillah, akhirnya kita bisa bebasin kiyai." Sakusa kembali bingung saat ucapan itu datang dari salah satu pemuda itu.

"Maksudnya apa ya?"

"Ustadzah Motoya itu.."

"WOY SUWI ERAM, BANYUNE NDI!" mendengar teriakan Iizuna pemuda itu segera lari meningalkan Sakusa yang masih penasaran dengan ucapan mereka.

"Membebaskan, Kiyai?"

Tanaka pergi ke belakang rumah Osamu. Dia mengintip sebentar Ennoshita disana, bukan tanpa alasan beberapa hari semenjak Sakusa pergi Enno sedikit berubah.

Tanaka merasa bersalah, ucapan terakhir Enno yang seakan bilang Tanaka adalah ketua tim tapi tak bisa menjaga itu terus terniang dikepalanya.

"Samperin, jangan diintipin mulu." tegur Osamu. Dia mau metik cabe niatnya.
Tapi ngelihat Tanaka yang dari tadi natap Ennoshita sedih membuat Osamu sedikit merasa iba.

Ya Zaujati (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang