39. Malam yang panjang

262 28 0
                                    

2 bulan kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2 bulan kemudian

Wanita itu sedang sibuk menyetrika baju sang suami. Hari ini suaminya akan pergi dan bertemu dengan para orang yang berpengaruh di kota.

"Aww." ringisnya saat besi panas setrika mengenai tanganya. Seketika perasaanya menjadi tak tenang.

"Dek, kaos kaki a'a mana ya?" Kourai menoleh mendapati sang suami sibuk mengacak lemari bagian bawah. "Udah a'a cari gak ketemu." Kourai mematikan setrika lalu mendekat pada sang suami.

"A'a yakin sendirian, ajak kang Suna ya atau kang Teru." ucap Kourai. Dia khawatir jika suaminya pergi sendirian.

"Gak apa, a'a cuma nyampein aspirasi aja kok sebagai seorang pengusaha." jawab Hirugami. Acara ini merupakan acara rutin di kota itu, setiap tahunya para pemimpin atau para pengusaha baik dari perusahaan besar sampe pemimpin rumah makan harus datang di acara tersebut.

"Tetep aja aku khawatir." tegas wanita itu. Hirugami menghela napas kasar lalu mendekat pada sang istri. Dielusnya pelan perut yang sudah terlihat membuncit itu.

"Adek, jangan buat umma khawatir ya. Baba cuma sebentar kok." Kourai yang kali ini menghela napas.

"A'a!"

"Cuma sebentar kok sayang, ya?" sumpah dari kemaren susah banget minta izin sama istrinya ini. Hiru tau Kourai dalam masa ke overthinking nya lagi.

Di peluknya tubuh yang lebih kecil itu sembari berbisik mendoakan sang istri dan calon anaknya.
"Masih suka nyidam gak?"

Kourai menggeleng lemah sembari sibuk menghirup aroma tubuh sang suami.

"Kaos kaki a'a mana? Udah telat ini." Kourai melepas pelukanya lalu berjalan ke arah lemari. Ada kok berjejer kaos kaki disana dasar suaminya aja yang manja.

Usai bersiap Hirugami menatap sang istri yang dari tadi melamun.

"A'a berangkat ya, assalamualaikum." bukanya menjawab Kourai malah menatap sang suami dengan lekat.

"Pulang!"

"Iya, a'a pasti pulang. Jawab dulu dong salam a'a."

"Waalaikumsalam."

"Shir, lu mangil gua?" Shirabu menoleh ada Taichi yang baru masuk ke asrama tempat Tanaka dan lainya.

"Taichi sini deh. Ada email masuk!" pekik Shirabu membuat Taichi mengerutkan keningnya merasa heran.

"Hah emang udah ada sinyal?" tanya Taichi heran.

"Kalian semua pasti gak sadar, sepersekian detik tadi sinyal nya normal semua chat dari orang tua kita masuk tapi waktu aku buka email nya dan berhasil sinyal nya ilang lagi." ucap Shirabu.
Taichi mendengarkan sembari membuka handpone dan benar saja ada 100 lebih pangilan tak terjawab. Kebanyakan dari sang ibu.

Ya Zaujati (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang