45.

245 30 2
                                    

Ennoshita Chikara, gadis yang akan menginjak 23 tahun itu menatap ragu ke arah pemuda yang selama ini selalu mengangu pikirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ennoshita Chikara, gadis yang akan menginjak 23 tahun itu menatap ragu ke arah pemuda yang selama ini selalu mengangu pikirannya.
Tanaka Ryuunosuke. Iya, pemuda yang bahkan mengorbankan nyawa demi menyelamatkan dirinya.

Pemuda itu terbaring lemah dengan selang tertancap di anggota tubuhnya guna mendukung agar sang empu bisa terus bernapas.

Mereka sudah pindah ke pengasingan seperti yang telah direncanakan. Alat medis terbatas, jika mereka bertiga tak kunjung sadar tak bisa diungkiri jika alat medis tidak akan membantu suatu hari nanti.

"Kak Tanaka, maaf." cicit Ennoshita. "Maaf kak." Sakusa yang tadinya sedang membaca al quran disebelah ranjang Atsumu menoleh kala mendengar lirihan sang kakak.

"Mbak Kira." Ennoshita baru sadar jika didalam ruangan itu bukan hanya dirinya. Enno mengusap kasar wajahnya lalu menatap sang adek. "Mbak capek pasti, luka mbak juga lumayan parah."

"Gak apa Kiyoo, mbak keluar ya." Ennoshita gak mau lama lama disana, makin dia lama makin dia merasa bersalah dan sedih. Sakusa menatap Tanaka usai kepergian kakaknya lalu kembali ke bangku sebelah Atsumu.

Disisi lain gadis itu terbangun dari tidurnya. Percuma, dia tidak melihat apapun saat bangun.

"Enn?" tak ada jawaban. Kenma berusaha duduk dan tentu itu mudah hanya saja saat ini Kenma haus.
Tak berniat menyusahkan orang lain Kenma memilih turun sendiri dari ranjang dan berharap lancar sampai ke dapur. "Enno, pasti nemenin Kourai atau Osamu." Kenma inget banget dua temenya ini lagi hamil jadi mungkin Ennoshita sedang menjaga mereka.

Brak!

"Uhh meja, nih meja pasti. Ihh goblok, udah tau gua buta nih meja malah ngalangin." tahta anak perempuan pertama, gak pernah salah!

"Mbak Kenma!" Kenma tolah toleh kala mendengar suara Inuoka.

"Lah ada lu Nu, ngomong dong dari tadi. Asli deh kesel gua, elu kan lumpuh bukan bisu!" Inuoka merengut. Niatnya tadi mau kasihan soalnya mbak nya nabrak laci cuma niat kasihanya dia tarik lagi deh, mbaknya ngeselin.

"Mbak Kenma mau kemana?" tanya Inuoka.

"Dapur, mau minum aus!" balas Kenma.

"Jauh banget sampe ke dapur, depan mbak itu ada gelas tapi gak tau isinya apa." balas Inuoka. Oke, dia juga gak bisa lihat soalnya tuh laci lumayan jauh!

Kenma raba raba atas laci itu. Lacinya gak tinggi cuma sepingang Kenma makanya dia sangka itu meja gitu.

Pyarr

"Cocok, udahlah tadi ketendang sekarang malah jatohin." Kenma berjongkok, dia tau kok gelas yang dia cari jatoh terus pecah.

"Mbak gak usah diberesin." cegah Inuoka takutnya bukanya beres malah tangan Kenma yang berdarah.

"Terus siapa yang mau beresin, ntar kalau gak diberesin ada yang lewat jadinya luka." ucap Kenma.

"Terus mbak mau beresinya gimana, Pake mata batin?" udahlah kagak ngarti lagi author sama kakak beradek ini.

Ya Zaujati (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang