Sasuke kembali pulang dalam keadaan mabuk, tetapi kini diantar seorang perempuan. Sakura sempat terkejut, karena mengenali perempuan itu. Dia adalah Temari-seorang penyanyi terkenal. Kalau saja tidak dalam kondisi seperti ini, Sakura pasti sudah meminta tanda tangan dan berfoto. Janda satu orang anak itu merasakan sesak, menyesalkan keadaan saat itu.
Sasuke merupakan selebriti papan atas dan berteman dengan artis-artis yang memiliki kelas yang sama dengannya. Pria itu mempunyai lingkaran pertemanan yang luas. Sakura mengaggumi kemampuan bersosialisasinya. Tidak heran Sarada terlahir menjadi remaja yang atraktif dan dinamis. Semua itu pasti menurun dari ayahnya. Memang bibit unggul, pikir Sakura.
Sakura lantas menundukan kepala saat tiba-tiba Sasuke dan Temari berciuman dengan panas. Dia yang masih memegangi kenop pintu itu merasa canggung dan malu sendiri. Namun dia memaklumi, karena keduanya artis dan pasti sudah terbiasa dengan kehidupan bebas seperti itu. "Mereka yang berciuman, kenapa aku yang malu? Yang benar saja, Sakura. Kamu waras?" gumamnya berbisik. "Pergi jangan ya? Situasinya gini banget sih." Sekali lagi berkemam pada dirinya sendiri.
Sasuke yang tidak semabuk Temari pun dapat mendengar gerutuan Sakura. Pria itu pula menyudahi ciuman panasnya lalu menyuruh Temari pulang. Kemudian dia duduk di sofa dan meminta air putih pada Sakura.
Sasuke menunduk, memerhatikan wajah Sakura dari dekat. Pria itu meraih gelas yang masih digenggam sang ART tanpa ragu. Sakura terkejut saat Sasuke tiba-tiba memegangnya yang sedang menyuguhkan minum. Wanita itu pun segera menarik tangannya dan menunduk makin dalam.
Untuk melepaskan diri dari rasa canggung, Sakura pula melaporkan kedatangan Sarada guna mengalihkan perhatian Sasuke. Mengetahui hal tersebut, Sasuke segera menelepon Sarada dan pergi ke kamarnya. Sekali lagi Sakura mengalami sport jantung. Dia memegangi dadanya seraya menghela napas. Sasuke selalu berhasil membuat Sakura salah tingkah. "Sampai kapan akan seperti ini, Tuhan? Ini tidak sehat untuk jantung."
"Datang lagi besok. Papa, janji tidak akan pergi ke mana-mana," ucap Sasuke pada anaknya di sambungan telepon. Dia merasa bersalah, karena tidak berada di rumah saat Sarada berkunjung.
***
Sesuai yang Sasuke minta, keesokan harinya Sarada datang kembali. Dia membawa beberapa barang belanjaan. Sarada ingin memasakan sesuatu untuk sang ayah tercinta.
"Sarada, mau masak apa?" tanya Sakura saat melihat bumbu asing yang dibawa Sarada. Ada banyak botol dan bubuk berbau aneh yang gadis itu keluarkan dari tas belanjanya.
"Aku mau masak Risotto dan Lasagna. Gimana menurut, Kak Sakura?"
"Wah, Sarada mau masak western food?" Sakura memandang kagum Sarada yang jago memasak. Dia sering menulis tentang makanan barat yang menjadi favorit beberapa tokoh khayalannya. Namun, Sakura belum pernah memakan, bahkan membuat dan melihat seperti apa bumbu-bumbunya. Dia hanya menulis berdasarkan informasi dari Go*gle dan film yang ditontonnya.
Sarada menyeringai canggung. "Tidak! Aku belum jago. Aku masih mengandalkan tutorial di Yout*be. Ini kedua kalinya masak makanan barat by the way. Semoga sukses lagi."
Sakura bertepuk tangan dengan perasaan takjub. "Tidak mudah mengikuti tutorial di Yout*be. Saya beberapa kali gagal, karena tidak sesuai dengan instruksi di video. Sarada, keren!"
Sarada tergelak renyah. "Kak Sakura, bisa saja. Tutorial yang ini mudah, makanya aku tidak pernah gagal."
Sarada pun mulai memasak dibantu Sakura. Keduanya menonton video seraya tangan sibuk bekerja. Mereka menonton dengan fokus, memastikan tidak ada yang terlewatkan. Masakan ini tidak boleh gagal atau nanti semuanya menjadi sia-sia, pikir Sakura.
Sasuke yang hendak mengambil paket di teras pun tersenyum kecil saat melewati dapur. Dia melihat Sarada sibuk memasak untuknya. Jika biasanya Sarada mengandalkannya membuat makanan, kini gadis itu percaya diri akan bisa memasakan makanan kesukaan sang ayah dengan dibantu ART barunya.
Sasuke pula memerhatikan Sakura yang begitu telaten membantu putrinya. Aneh, pemandangan ini asing, tetapi terasa hangat. Sarada dan Sakura terlihat akrab, seperti sudah saling mengenal cukup lama. Padahal setahunya, Sarada bukan tipe anak yang mudah mendekatkan diri dengan seseorang. Dia selalu membuat garis pembatas yang jelas dengan orang selain ayah dan ibunya.
***
Setelah beberapa jam berkutat di dapur, semua makanan pun siap dihidangkan. Sarada dan Sakura bekerja sama menata meja makan dan setelah semuanya siap, Sasuke pun dipanggil. Sakura segera kembali ke dapur kotor untuk membersihkan wadah dan alat masak bekas pakai tadi.
"Kak Sakura, sedang apa? Ayo makan bersama!"
"Saya mau mencuci wadah. Saya bisa makan belakangan. Tidak apa-apa, Sarada, duluan saja."
"Tidak boleh! Sini ikut aku!" Sarada meraih tangan Sakura lalu menariknya ke meja makan. "Kakak, duduk di sini, dekat aku. Kita makan bersama."
"Tapi ...."
"Turuti saja apa mau anak saya. Dia tidak biasa menerima penolakan. Anggap ini sebagai bagian dari pekerjaan kamu," ucap Sasuke memotong. Dia tidak suka pada orang yang berani menentang keinginan anaknya. Sarada adalah anaknya yang berharga. Keinginannya adalah perintah yang tidak boleh dibantah.
Sakura menelan salivanya. Hawa dingin segera merambat ke tengkuk, menjalari tubuhnya. Sakura merinding. "Ba-baik, Tuan."
Sarada tersenyum senang. "Ayo, coba Risotto-nya, Pa! Katakan saja bila ada kekurangan atau rasanya tidak enak!"
"Papa, yakin masakanmu enak. Kamu tidak perlu cemas. Hmm?" Sasuke tersenyum hangat pada putri semata wayangnya.
Sakura merasa canggung, tetapi dia berusaha bersikap seprofesional mungkin. Seperti yang Sasuke katakan, anggap itu salah satu bagian dari pekerjaannya. Sakura tidak boleh membantah. Dia harus menuruti apa yang menjadi kemauan sang majikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Famous (SasuSaku)✔️
FanfictionDari penulis novel online hingga janda di rumah 'Hot Daddy Duda Abadi'! Haruno Sakura terjebak dalam dunia asing sebagai ART Sasuke-vokalis Code Band. Sasuke mengira Sakura: janda kesepian yang mengharapkan belaiannya, hingga pria itu mendorong diri...