75. Dekat

158 25 0
                                    

“Saya setuju dengan Hana. Beberapa adegan perlu diperhalus agar sesuai dengan karakteristik si tokoh utama. Misalnya saat proses si Hideo ini mulai menyukai tokoh utama cewek–Rui. Menurut saya, waktunya terlalu cepat dan mendadak. Padahal di cerita dijelaskan, kalau si Hideo ini tak acuh dan dingin. Dia juga rasional dan workaholic,” tanggap Uzuki Yugao–anggota tim penulis skrip lainnya yang disetujui teman-teman satu timnya.

“Menurut Kak Sakura sendiri, gimana?” tanya Hana meminta pendapat Sakura setelah mengaminkan koreksi Uzuki.

Sakura menarik napas lalu mulai menjelaskan, “Meskipun memiliki ribuan penggemar, tapi saya akui, novel “Pernikahan Buta” ini memiliki banyak kekurangan. Karena novel ini saya tulis saat masih junior di dunia literasi dan memang kurang riset.” Dia menaruh bolpoin lalu menautkan kedua tangan, mengungkapkan pendapatnya dengan percaya diri. “Saat itu wawasan saya masih minim dan hanya mengandalkan informasi dari Go*gle. Jadi, saya putuskan untuk menerima semua saran dan masukan dari semuanya, selama tidak merusak konsistensi plot. Karena saya khawatir, pembaca yang sudah membaca versi sebelumnya, menyukai novelnya, akan kecewa dan kehilangan minat jika perbedaan antara novel dan adaptasinya terlalu banyak.”

“Saya setuju,” ucap Utakata. “Perubahan alur yang terlalu signifikan akan mempengaruhi minat penonton. Selain pemilihan tokoh tentunya.”

Alur cerita dan karakterisasi merupakan dua aspek penting yang harus diperhatikan secara mendalam oleh tim. Tidak jarang alur yang tidak konsisten dengan cerita aslinya dapat mengecewakan para pembaca novel tersebut. Begitu pula dengan penokohan yang tidak sesuai dengan deskripsi aslinya, yang dapat mengganggu imajinasi visual pembaca terhadap tokoh-tokoh dalam cerita.

Selama rapat, tim kreatif membahas berbagai aspek produksi, termasuk penyesuaian cerita, pemilihan pemain, lokasi syuting, serta strategi pemasaran untuk menarik pemirsa. Sakura turut aktif dalam diskusi, memberikan pandangan dan masukan yang berharga berdasarkan visi aslinya saat menulis novel.

Utakata mengambil peran sebagai mediator antara visi Sakura dan kebutuhan produksi sinetron. Dia memberikan saran-saran yang cerdas dan mencoba mempertahankan inti cerita yang membuat novel tersebut begitu disukai oleh pembaca.

Meskipun ada perbedaan pendapat di beberapa titik, suasana rapat tetap profesional dan kolaboratif. Semua pihak berusaha untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan untuk menciptakan adaptasi sinetron "Pernikahan Buta" yang berhasil dan mampu menyampaikan pesan yang kuat kepada pemirsa.

“Oke, sekian untuk rapat hari ini. Terima kasih atas masukan dan koreksi kalian,” tandas Utakata.

Setelah beberapa jam berdiskusi intens, rapat berakhir dengan kesepakatan atas langkah-langkah selanjutnya dalam proses adaptasi sinetron ini. Sakura merasa senang melihat antusiasme dan dedikasi tim kreatif dalam menghadirkan karyanya ke layar televisi dengan penuh kehormatan dan integritas.

***

Akibat adaptasi sinetron tersebut, Sakura dan Utakata menjadi dekat. Mereka sering bertemu untuk rapat dan makan siang bersama setelahnya. Bahkan Utakata terkadang menyempatkan diri untuk mengantar Sakura pulang. Utakata begitu memerhatikan janda satu anak itu.

“Temani saya ke reuni SMA. Gimana? Kamu mau ‘kan?” tanya Utakata yang membuat Sakura keheranan. Dia ingin menunjukan kedekatannya dengan Sakura pada Sasuke. Utakata yakin jikalau itu akan menjadi kejutan “istimewa” untuk pria tersebut.

“Kenapa mau saya temani?” Sakura bingung. Pasalnya dirinya bukan alumni SMA yang sama dengan Utakata. Tentu dia akan merasa asing di sana nantinya, karena tidak mengenal siapa pun. Dirinya membayangkan, mungkin akan seperti anak hilang dan mendapatkan tatapan aneh dari orang-orang yang tidak pernah dirinya kenali sebelumnya.

“Dulu saya introvert. Saya tidaj mempunyai banyak teman dan saya selalu sendirian setiap menghadiri reuni. Kalau saya mengajakmu, saya akan memiliki teman ngobrol, tidak akan menjadi seperti anak hilang lagi.” Meski teman-temannya: Shikamaru, Neji, Ereki, dan Kiba selalu menyapanya, tetapi Utakata tetap tak acuh, menjaga jarak. Dia masih membenci teman-temannya tersebut yang dahulu malah memihak Sasuke dan menjauhinya.

“Gimana?” tanya pria itu sekali lagi kala melihat Sakura malah melamun.

Setelah memikirkan semuanya, Sakura pun menatap kedua mata Utakata lalu menjawab, “Acaranya tidak akan lama ‘kan?”

“Tidak. Saya hanya ingin menyapa sebentar, supaya tidak digosipkan sombong, lalu setelah menyapa mereka, kita pulang. Gimana?”

“Baiklah. Kebetulan di hari itu saya tidak memiliki janji.”

Famous (SasuSaku)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang