Sakura sudah pernah ke tempat ini sebelumnya–waktu kecil di saat paman dan bibinya merantau di kota ini. Dia masih ingat penampakan tempat tersebut pada masa-masa itu. Namun, kini sudah banyak yang berubah. Lapangan di belakang pemukiman–yang dahulunya penuh ilalang dan rumput liar–sudah berubah menjadi gedung pencakar langit.
“Sepertinya kita harus mencari tempat lain, Kak,” ucap salah satu anggota tim, memberikan saran. Mereka sudah tidak bisa menggunakan lokasi ini lagi, karena sudah tidak sesuai dengan deskripsi novelnya.
Penuh perhatian mereka meninjau lokasi lainnya. Aspek visual dan artistik menjadi penilaian penting. Lokasi yang dipilih harus sesuai visi artistik film pula suasana yang tepat sama dengan novelnya. Akan tetapi bukan hanya itu, keterjangkauan logistik juga menjadi pertimbangan supaya proyek berjalan lancar serta efisien.
Ketika tengah blusukan ke pemukiman pandat penduduk pinggiran kota, beberapa warga mulai mengenali wajah Sasuke dan meminta berfoto bersama. Awalnya hanya sekumpulan kecil, tetapi lama kelamaan makin ramai dan membuat keadaan tidak kondusif.
Tim produksi pun membentuk barikade seadanya, menghalau warga yang kian membludak. Menyadari situasi sudah tidak memungkinkan untuk melakukan rekognisi lokasi, mereka memutuskan berpencar, melarikan diri. Sakura yang panik hendak meraih tangan Sarada pula keliru, malah menarik tangan orang lain.
Semua kekacauan tersebut terjadi gara-gara Sasuke yang kelelahan dan berkeringat, membuka masker dan kacamata hitamnya. Padahal tadi Sakura sudah buru-buru memasangkan lagi masker serta kacamatanya, tetapi sialnya, ada yang langsung mengenali Sasuke, meski hanya melihat sekilas.
“Papamu tuh, ceroboh banget! Argh!” teriak Sakura seraya terus berlari sekuat tenaga tanpa menoleh ke belakang. Seruan ibu-ibu masih terdengar jelas mengekori mereka. Sakura benar-benar kesal pada kecerobohan Sasuke.
Sasuke memandangi punggung wanita bertubuh kurus yang memadu pelariannya. Dia akui, tenaga Sakura cukup besar, walaupun perawakannya seperti kacang panjang. Sasuke tersenyum tipis kala melihat tangan kecil wanita itu yang mencengkram pergelangan tangannya dengan kuat.
“Aduh! Lari ke mana lagi, nih?” Sakura yang kebingungan pun berpusing ke kanan dan ke kiri dengan gelisah, menilik arah. “Argh!” Dia memilih satu arah, lalu kembali mengayuh kakinya dengan kecepatan seperti tadi. Mereka harus bisa keluar dari pemukiman ini, supaya tidak lagi dikejar-kejar.
Setelah tak terdengar lagi suara-suara yang memanggil Sasuke, Sakura pun berhenti berlari untuk mengambil napas. Dia menunduk dengan terengah-engah. Tenggorokannya terasa sedingin es dan kering kerontang. Deru napasnya kasar dan berat.
“Sarada, kita ….” Sakura yang membungkuk, karena kelelahan, seketika membeku saat melihat kaki panjang Sasuke. Semi boots abu-abu dengan warna jeans senada bukanlah outfit yang dikenakan Sarada. Seingatnya, gadis imut itu–tadi–mengenakan dress pendek dan sandal gunung bertali kuning.
Sakura ternganga saat mendongak. Dia benar-benar telah melakukan kesalahan besar. Pantas saja warga terus mengejarnya. Rupa-rupanya dia telah keliru menarik orang. Sakura menepuk keningnya frustrasi.
“Hey! Itu mereka!”
Sakura berpusing ke belakang saat mendengar teriakan itu. Dia melihat warga tengah berlari dengan cepat ke arahnya. Sakuraa pun lekas memacu lajunya, tetapi dia kembali saat Sasuke malah terpaku, lalu lekas menarik tangannya. Sakura dan Sasuke berlari tunggang langgang, melarikan diri dari gerombolan rusuh penggemar itu. “Aduh! Kapan sih, mereka akan berhenti mengejar?” seru Sakura kesal, mengeluh.
Setelah berlarian ke sana kemari cukup lama, Sakura dan Sasuke pun sampai di tempat parkir kendaraan mereka. Di saat bersamaan pula tim produksi dan Sarada tiba di sana. Melihat warga dari beberapa penjuru arah siap mengepung, mereka pun lekas masuk ke dalam mobil terdekat.
Akan tetapi keduanya kembali berpencar saat sampai di perempatan. Sudah ada beberapa warga yang hendak menghadang di sana, sehingga membuat Sasuke terpaksa membanting setir ke arah berlawanan dengan kendaraan tim produksi yang membawa Sarada.
“Sepertinya kita masih dikejar. Ada empat motor yang mengiikuti kita,” ujar Sasuke yang tengah menyetir, napasnya masih memburu.
“What?” Sakura memelotot kaget, lalu menoleh ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Famous (SasuSaku)✔️
FanfictionDari penulis novel online hingga janda di rumah 'Hot Daddy Duda Abadi'! Haruno Sakura terjebak dalam dunia asing sebagai ART Sasuke-vokalis Code Band. Sasuke mengira Sakura: janda kesepian yang mengharapkan belaiannya, hingga pria itu mendorong diri...