Sakura memegangi perutnya yang terasa nyeri. Sakit magh-nya kambuh dan bekal yang dirinya bawa berada di mobil tim produksi, sebab rencana awalnya, dia ingin mengajak mereka makan siang bersama. Sakura segera mengambil obat serta tumbler yang selalu siap sedia di tasnya, lalu lekas meminum obat tersebut.
Wanita itu merasa tidak enak hati bila harus mengadukan sakitnya pada Sasuke. Obat yang dikonsumsi Sakura akan meredakan sakit dan bertahan hingga satu jam ke depan. Sakura memperkirakan itu akan cukup sampai dirinya tiba di rumah dan bisa mengisi perut.
Sasuke melihat obat yang Sakura minum dan dirinya tahu itu obat apa. Dia pun melihat jam di tangan, sudah menunjukan pukul satu siang, memang sudah lewat waktu makan siang. “Saya lapar dan kita masih jauh dari rumah. Saya mau mampir, makan sebentar. “Tidak apa-apa ‘kan?”
Sakura pun lantas mengangguk setuju. Kesempatan bagus, dengan begini dia pula bisa mengisi perut dan tidak perlu lagi dihantui asam lambung naik. “Tidak masalah. Kalau begitu, saya juga sekalian mau makan.”
Keduanya pun mampir ke salah satu hotel. Sasuke tidak bisa makan di sembarangan tempat. Bila sedang berada di luar, dia biasanya makan di restoran hotel bintang lima supaya tidak ada yang mengganggu. Dia selalu menggunakan tempat yang memiliki layanan eksklusif, demi menjaga privasinya.
Sakura telah salah sangka. Dia kira mereka hanya akan mampir ke restoran atau warung sederhana, tetapi nyatanya malah ke restoran hotel bintang lima. Seketika dia pun pusing sendiri menghitung jumlah yang akan dirinya gelontorkan hanya untuk biaya makan siang.
Sakura dan Sasuke makan berdua di ruangan makan pribadi. Sakura hanya memesan nasi goreng dan es jeruk agar hemat, sedangkan Sasuke memesan menu signature di restoran tersebut.
Sasuke menyodorkan cumi tumis pedas yang dia pesan. “Makan ini!” ujarnya singkat, lalu kembali fokus pada menu makan sehatnya sendiri–quinoa and lemongrass tofu bowl.
“Tapi itu kan, itu punyamu.”
“Saya tidak bisa makan itu. Itu berminyak,” balas Sasuke tak acuh.
“Loh?” Sakura kebingungan, tetapi dia rikuh bertanya lagi. Sakura khawatir akan membuat Sasuke kesal atau muak jika terlalu banyak bicara. Alhasil dia pun patuh melahap cumi yang pria itu berikan.
Sasuke tak mengacuhkan Sakura. Khidmat dia menikmati menu makanan sehat yang dihidangkan. Sasuke tidak terlalu suka makan sambil mengobrol, karena menurutnya itu akan membuat makanan yang dia santap menjadi kurang sedap.
Sakura terus menunduk, terasa gugup karena hanya berduaan dengan Sasuke. Rasanya seperti Sakura memenangkan jackpot makan siang gratis bersama seorang artis. Perasaan campur aduk antara antusiasme dan kecanggungan sangat luar biasa.
Sakura ingin mengabadikan momen ini, tetapi khawatir Sasuke akan merasa tidak nyaman dan nanti malah marah padanya. Sangat disayangkan, padahal ini peristiwa yang sangat langka terjadi dalam hidupnya. Sakura pun tertunduk lunglai, kehilangan semangat makannya.
Tiba-tiba sebuah ide gila terlintas, bagaimana kalau Sasuke tidak mengetahui dia mengambil fotonya? Sakura berjanji tidak akan mengunggah hasil jepretannya ke medsos. Dia hanya ingin menyimpannya untuk kenang-kenangan dan kelak dipamerkan kepada keluarga besarnya di kampung, bahwasanya dia pernah makan siang berdua dengan artis papan atas Uchiha Sasuke.
Sakura pun mengeluarkan ponselnya, pura-pura sibuk mengetik sesuatu. Namun, sangat disayangkan senter kemarenya menyala, hingga mengakibatkan aksi Sakura pun ketahuan.
Sakura lekas beralasan ketika Sasuke melenggak, menatapnya dengan air muka serius. “M–maaf! Ka–kameranya tidak sengaja tertekan. Ss–saya akan langsung hapus fotonya.” Dia benar-benar merasa bersalah dan cemas. Sasuke pasti membencinya sekarang. Sakura merasa sangat payah, tetapi tidak dapat berkutik, karena dirinya tertangkap basah. Sakura pun lekas membuka fitur galeri untuk menghapus foto yang baru saja diambilnya.
Sasuke lantas berdiri dari duduknya, lalu merebut ponsel Sakura. Dia menyalakan kamera depan ponsel tersebut, lantas mengambil selfie dengan ekspresi bengong Sakura sebagai latar belakangnya.
“Sudah. Bilang saja kalau ingin mengabadikan momen.” Sasuke menaruh ponsel itu di dekat piring Sakura. Sementara wanita tersebut hanya bisa ternganga seraya terlongong-longong. Sakura tidak menduga tindakan pria itu sebelumnya. Dia kira Sasuke akan marah, lalu membanting ponsel hingga hancur berkeping-keping.
“Tt–terima kasih,” ucapnya tergagap.
Sasuke hanya menyeringai miring, lalu kembali fokus pada makannya, tak mengacuhkan Sakura kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Famous (SasuSaku)✔️
FanfictionDari penulis novel online hingga janda di rumah 'Hot Daddy Duda Abadi'! Haruno Sakura terjebak dalam dunia asing sebagai ART Sasuke-vokalis Code Band. Sasuke mengira Sakura: janda kesepian yang mengharapkan belaiannya, hingga pria itu mendorong diri...