Pagi tadi Sasuke menemui orang tua Sakura untuk meminjam ponselnya. Kemudian dia membuat janji temu dengan Nara Shikamaru–pengacaranya. Dia ingin melaporkan penggemar-penggemarnya yang sudah merundung Sakura di media sosial.
Dibantu Yuhi, Sasuke membongkar akun media sosial perempuan itu. Dia tercengang, kala mengetahui ada lebih banyak yang merundung Sakura di fitur pesan langsung. Mereka bahkan tak segan melontarkan kata-kata kotor.
Sasuke memijat dahi, ini lebih buruk dari dugaannya. Dia kira hanya di kolom komentar saja, ternyata tidak. Keyakinan Sasuke pun semakin teguh untuk mempolisikan mereka. Dia memilah beberapa akun yang menurutnya paling keterlaluan.
“@luna94, @catcollin, dan @mika08, tiga itu dulu untuk sekarang,” kata Sasuke seraya men–screenshot pesan-pesan dari mereka lalu mengirimkan ke ponselnya dan Shikamaru.
Yuhi menggeleng-geleng seraya menatap laptopnya, fokus membaca pesan brutal yang diterima Sakura. Beberapa bahkan mengancam akan membunuh dan membakar rumah penulis terkenal itu. Bahkan ada yang meneror akan menculik Kae, lalu memperkosanya.
“Ya Tuhan! Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan. Tindakan kamu sudah tepat, Sasuke. Mereka benar-benar menakutkan.” Yuhi mengusap kedua pangkal lengannya, merinding. Dia ngeri sendiri membaca pesan-pesan itu. Jikalau hal tersebut menimpanya, Yuhi yakin dirinya sudah melaporkan mereka ke Polisi dari sejak lama.
Terlintas di pikiran manager Sasuke itu, pasal Sakura yang kuat bertahan membaca komentar, bahkan pesan gila dari mereka. Yuhi jadi penasaran, bagaimana bisa perempuan itu tetap tenang menjalani rutinitas tanpa merasa khawatir?
Sasuke menyesal agak lambat mengambil tindakan. Dia jadi merasa kesal pada dirinya sendiri. Andai dirinya lebih keras mencari tahu dari awal, mungkin sekarang semua sudah teratasi. Fans-nya sungguh bar-bar bila sudah merasa cemburu.
Dahulu pula pernah ada kasus seperti ini, hingga si artis wanita itu meminta bantuan Sasuke mengklarifikasi kesalahpahaman pada penggemar fanatik laki-laki tersebut. Dari kejadian itu pula sang artis menjadi lebih berhati-hati bila berinteraksi dengan Sasuke, apalagi di depan kamera.
Penggemar fanatik Sasuke dijuluki nir etika se-Jepang jikalau sudah kontra terhadap suatu pemberitaan. Mereka benar-benar cinta mati pada Sasuke, menganggap laki-laki itu lebih berharga dari apa pun, merasa mempunyai hak untuk menjodohkan laki-laki tersebut dengan wanita yang mereka inginkan.
“Ini sudah cukup lengkap untuk dijadikan bukti,” ujar Shikamaru kala mengecek berkas yang Sasuke bagikan. Rencananya, hari ini dia akan langsung membuat laporan ke kantor polisi. Sakura sedang terluka dan melakukan perawatan di rumah sakit, sehingga Shikamaru–selaku pengacara dadakannya–sudah cukup untuk membuat laporan.
Usai mengurusi pelaporan, Sasuke pun ke rumah sakit. Dia harus mengabari Sakura tentang tindakannya ini. Namun, dirinya malah membeku kala pintu terbuka setengah, Sasuke dapat mendengar obrolan Sakura dan Sarada. Dia diam, menguping seraya menahan kenopnya.
Sasuke mengiba saat mendengar curahan hati Sakura yang mengaku merindukan mendiang suaminya. Sasuke pula berpikiran sama dengan wanita itu, semua ini mungkin tidak akan terjadi andai Sakura masih bersuami. Sasuke sangat menyesalkan insiden penyerangan dan perundungan wanita tersebut. Sakura tidak bersalah dan dia korban dari keganasan para penggemarnya.
Sasuke mengetuk pintu terlebih dahulu–setelah memastikan pembicaraan kedua wanita di kamar itu selesai–lalu masuk.
“Papa!” Sarada menghampiri Sasuke usai mengusap jejak basah di pipinya. Dia meraih tentengan yang dibawa sang ayah, lalu meletakkannya di atas nakas. “Papa, kok, lama. Dari mana dulu?”
Sasuke merangkul Sarada, mendekati ranjang Sakura. “Gimana keadaan kamu?”
“Sudah lebih baik,” jawab Sakura sembari memamerkan senyuman pucatnya.
Sasuke memberikan senyuman tipis pada wanita berambut pendek itu. “Bagus lah. Emmm … ada yang harus saya ceritakan ke kamu.”
“Tentang apa?” Sakura menatap Sasuke.
Sasuke pun menghela napas, lalu duduk di sofa–diikuti tatapan penasaran Sakura. Laki-laki itu merogoh saku celana jeansnya, menjepit ponsel, kemudian menunjukan benda pipih tersebut pada Sakura. “Hari ini saya dibantu pengacara, membuat laporan ke Kepolisian.”
Kedua alis Sakura bertaut saat melihat ponselnya berada di tangan pria itu. Saat dia menanyakan keberadaan ponselnya beberapa hari yang lalu, sang ibu menjawab kalau benda tersebut ditaruh di rumah. Lantas, kenapa sekarang ada di tangan Sasuke? Pikir Sakura.
“Saya melakukan yang seharusnya sudah lama kita lakukan,” ungkap Sasuke tidak menjelaskan lebih dari itu. Dia merasa lelah bila terlalu banyak berbicara. Hari ini sudah cukup, Sasuke sudah mencapai batas jumlah katanya. Sasuke tidak bisa berbicara lebih panjang dari ini.
Sakura masih belum mengerti. Dalam benak, dia menerka-nerka, mungkinkah maksud laki-laki itu melaporkan perundungan yang terjadi di sosmed?
KAMU SEDANG MEMBACA
Famous (SasuSaku)✔️
FanfictionDari penulis novel online hingga janda di rumah 'Hot Daddy Duda Abadi'! Haruno Sakura terjebak dalam dunia asing sebagai ART Sasuke-vokalis Code Band. Sasuke mengira Sakura: janda kesepian yang mengharapkan belaiannya, hingga pria itu mendorong diri...