94. Stereotip

142 19 0
                                    

“Hallo, Papa!” seru Kae ketika Sasuke membuka pintu, lalu dia mencium tangan laki-laki itu penuh hormat.

Sasuke mengusap kepala Kae seraya tersenyum tipis. “Masuk,” ucapnya pada ibu dan anak itu.

Hari ini Kae libur sekolah dan gadis lima belas tahun itu langsung merengek meminta diantarkan ke rumah Sasuke. Kae ingin menunjukan kemahirannya bermain games pada orang yang sudah mengajarinya tersebut. Sekarang gadis itu sudah menjelma gamers terkenal dan memiliki ratusan ribu pengikut di akun Yout*be resminya.

Kae kerap kali mengikuti event-event di dalam maupun luar negeri. Kecakapannya dalam bermain games menarik perhatian organisasi atlet esport Jepang dan merekrutnya menjadi anggota atlet nasional.

“Sarada di mana?” tanya Sakura.

“Belum datang. Mungkin sebentar lagi.” 

Setelah mempersilakan Sakura dan Kae duduk, Sasuke hendak mengambilkan minuman untuk mereka ketika Sakura mencegah, sebab janda satu anak itu bersedia mengambil sendiri. Sasuke kemudian duduk bersama Kae untuk membahas perkembangan skill gadis tersebut.

Setelah menaruh dua gelas es jeruk di meja, Sakura juga duduk di seberang Kae dan Sasuke, memerhatikan obrolan mereka. Sasuke dan Kae membicarakan banyak hal dengan menggunakan istilah-istilah gamer yang tidak dimengerti oleh Sakura. Meskipun dia ingin mengerti, tetapi sulit karena harus ikut bermain games untuk memahami pembicaraan mereka.

Ketika tengah asyik membahas games, tiba-tiba terdengar suara pintu ditutup. Tak lama kemudian, Sarada pun muncul. Sakura lekas menyapa gadis itu, mencium pipi kanan dan kirinya.

“Aku baik.” Sarada berusaha bersikap ramah seperti biasa pada Sakura, meski ada rasa yang aneh mengganjal di hatinya. Akan tetapi dirinya bisa bersikap tanpa kemunafikan jikalau pada Kae. Sarada lekas memeluk gadis remaja itu penuh sayang. Dia sudah menganggap Kae seperti adiknya sendiri. “Kamu awet muda banget, Kae,” kelakar Sarada.

Kae tertawa geli seraya menjawab. “Aku memang masih muda kali. Gimana sih?”

Sarada tergelak seraya tangannya membalas cubitan Kae. Lama kelamaan keduanya pun menjadi balas mencubit dan mengejek layaknya kakak beradik yang sedang bercanda. Sakura hanya bisa menggelengkan kepala melihat kekonyolan keduanya. Kae dan Sarada terlihat seperti anak kecil bila sedang bersama.

“Maafkan saya,” ucap Sakura ketika memiliki kesempatan berduaan dengan Sarada. Sasuke dan Kae tengah bermain games di ruangan khusus. Pria itu memiliki perangkat pendukung gamers lebih lengkap, sehingga membuat Kae bersemangat untuk bermain bersamanya.

Sarada yang semula sedang bengong di sisi kolam sembari memegang gelas minum pun menoleh pada Sakura, lalu tersenyum tipis. “Aku pikir Kak Sakura, tidak menyadarinya.”

Sakura menghela napas panjang, lalu duduk di sebelah Sarada. Wajahnya kentara akan rasa bersalah. Dia menyesal. “Kamu tahu, Sarada? Status janda saya memberikan saya stigma dan stereotip sebagai antitesis ibu yang tidak ideal. Karena itu saya rawan terkena pandangan buruk dan fitnah. Maka dari itu sebisa mungkin saya menghindari konflik. Hidup saya sudah sulit, saya harus bisa menjaga diri saya dan Kae.”

Sarada terdiam, menatap fokus ke depan, lalu mengangguk paham. Dia memandang Sakura intens, kemudian seulas senyuman hangat pun tersungging. Sarada tahu jika dirinya tidak seharusnya bersikap seperti itu. Sepatutnya dia pula mempertimbangkan dari sudut pandang Sakura, bukan malah bersikap egois. Namun, tetap saja dirinya tidak bisa meredam kekecewaan.

Famous (SasuSaku)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang