8. Janda

662 61 4
                                    

“Saya tahu kamu menghindari saya. Kenapa?” tanya Sasuke seraya menatap Sakura sinis. Meskipun ruangan itu temaram, karena lampu utama belum dinyalakan, tetapi Sakura masih dapat melihat kilat mata Sasuke yang tajam.

Sakura yang gelisah pun menjawab, “A–anda salah paham, Tuan. Saya tidak melakukan itu. Ss–saya hanya sedang sibuk dengan urusan lain.”

“Omong kosong!” sergah Sasuke muak pada sikap tarik ulur Sakura. “Saya tahu kamu sudah lima tahun menjadi janda. Kamu pasti kesepian ‘kan? Mengaku saja!” Dia yang kurang ajar pun menyentuh organ seksual Sakura. “Kamu mau saya masuk ke sini?”

Sakura yang terkejut pun membeliak saat Sasuke dengan lancang menyentuh kemaluannya di balik pakaian. “Tt–tolong jangan kurang ajar!” Dia meraih tangan Sasuke lalu menariknya sekuat tenaga. Namun, lelaki itu malah menangkap kedua tangan Sakura dan menekannya ke bawah.

“Sepertinya kamu penggemar masokis. Mau coba yang lebih ekstrim?” Sasuke menyeringai dingin.

Sakura menggelengkan kepala, meronta-ronta. “Omong kosong! Lepaskan saya! Saya tidak akan menjadi wanita yang kamu pikirkan! Lepas!” Sudah cukup dia dipandang sebelah mata, dianggap murahan, dan gampangan hanya, karena bersikap ramah tamah. Sakura melakukan semua itu bukan untuk menggoda siapa pun. Dia hanya ingin menjadi manusia yang baik dan menghindari konflik. Sakura merasa kesal dan frustrasi, sebab kebaikannya disalahartikan.

Meski perasaan kesepian dan merindukan belaian memang benar adanya, tetapi Sakura sekuat tenaga meredamnya. Dia mengalihkan keinginan negatifnya itu dengan menulis. Dia tidak ingin berbuat sesuatu yang kelak akan merugikannya. Sakura memutuskan untuk fokus merawat anak semata wayangnya dan masa depannya bersama sang buah hati.

“Tarik ulur hmm?” Sasuke yang tidak menyukai kemunafikan Sakura pun lantas mencium bibirnya dengan paksa. Kedua tangannya memegangi wajah Sakura yang mencoba berpaling. Dia tidak memedulikan kedua tangan Sakura yang berusaha mendorong tubuhnya menjauh. Pukulannya bahkan hanya memberikan efek geli pada tubuh Sasuke Cakaran kuku tumpulnya membuat gairah Sasuke kian memuncak. Laki-laki itu semakin bernafsu, ingin menguasainya.

Sakura yang panik pun berusaha sekuat tenaga melawan. Dia memukul bahkan mencakar Sasuke yang hilang kendali. Situasi ini sangat berbahaya jikalau dirinya tidak segera melepaskan diri. Tidak, Sakura tidak mau menyerah. Dia melakukan usaha terakhirnya. Sakura menyundul keras kemaluan Sasuke menggunakan lututnya. 

“Argh!” jerit Sasuke yang kesakitan. Dia lantas tersungkur ke sisi Sakura seraya memegangi kemaluannya. “Brengsek!” Dia menggeram kesal akibat rasa sakit hebat yang menghantam di sana. Sasuke menjerit frustrasi, menggelepar-gelepar di atas ranjang.

Tidak membuang-buang waktu, Sakura bergegas meninggalkannya. Terpogoh-pogoh dia berlari dengan air muka diselimuti ketakutan yang mencekam. Sesekali dia menoleh ke belakang untuk memastikan Sasuke tidak mengejar. Sesampainya di kamar, dia segera mengunci pintu. Napasnya memburu dengan detak jantung berkejaran. Air mata sudah luber membasahi wajahnya dengan penampilan yang kini berantakan. Sakura terhentak ke lantai, duduk sembari menangis tergugu.

Dia kesal pada laki-laki yang tidak menghargai wanita seperti Sasuke. Menjadikan wanita hanya sebagai objek pemuas birahi semata. Sebenarnya apa yang dipikirkan laki-laki seperti itu? Wanita juga manusia, memiliki hati dan perasaan. Tidak akan ada wanita yang senang diperlakukan seperti itu, dilecehkan, disemena-menakan.

Hanya karena dirinya seorang janda, lantas Sakura pantas menerima semua ini? Dia tidak pernah ingin menjadi janda. Andai suaminya tidak meninggal dunia, dia tidak akan menjanda dan diperlakukan sedemikian tidak adil. Sakura menangis sesenggukan. Dia merasa frustrasi. Dia benci statusnya saat ini. 

Famous (SasuSaku)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang