“Bagaimana? Kamu suka?” tanya Sasuke, ingin mengetahui pendapat Sakura pasal kejutan makan malam romantis dari kedua anak mereka.
“Aku masih tidak menyangka. Dari mana mereka mendapatkan ide seperti ini?” Sakura masih sulit memercayai, jika rencana sempurna ini disusun oleh Sarada dan Kae yang masih kanak-kanak di matanya.
Sasuke terkekeh. “Jangan dipikirkan. Just enjoy it.” Dia menatap Sakura seraya tersenyum, membuat janda itu salah tingkah.
“Ss–sasuke, seperti yang tidak keberatan makan malam dengan saya,” ucap Sakura berhati-hati dengan suara yang ciut. Sedari tadi pria itu terus tertawa dan bersikap ramah, membikin Sakura merasa nyaman serta berdebar-debar. Apakah Sasuke sengaja melakukan itu supaya Sakura tidak merasa gugup? Pikir janda tersebut.
“Apa kamu merasa keberatan?” Sasuke mengangkat kedua alisnya, memandang Sakura disambi tersenyum simpul.
“Tidak, kok. Aku tidak keberatan.” Sakura menjawab pertanyaan Sasuke cepat, khawatir akan membuat laki-laki itu salah paham.
“Apa mungkin kamu sedang memikirkan Utakata, takut membuatnya cemburu?”
“Sama sekali tidak!” tegas Sakura, menjawabnya segera. “Aku kan, sudah menjelaskan kalau hubunganku dan Utakata tidak seperti yang kamu pikirkan. Dia memutuskan semuanya secara sepihak. Aku ….”
“Saya bercanda, Sakura.” Sasuke menyela ucapan Sakura seraya melekukan senyuman bersahaja. “Dia melamarmu berkali-kali, tapi kamu menolaknya, bukan?”
Sakura menganggukan kepala dengan raut wajah polos sebagai tanggapan. Pertanyaan Sasuke tadi memang menyebalkan, tetapi anehnya, dia tidak bisa marah padanya.
“Kenapa kamu menolak lamaran Utakata?” tanya Sasuke penasaran.
“Karena aku tidak bisa mencintainya.” Sakura menjawab to the point dengan air muka sendu.
“Kalau saya yang melamarmu. Bagaimana?”
Sakura melengak, menatap telaga mata Sasuke. Dia terpinga-pinga, tercengang keheranan. Sakura terpangah, menganga, debu dan bisu bersaing menguasai mulutnya. Akan tetapi, dia segera terbangun dari angan-angan. Sakura tidak boleh terbawa perasaan, karena bisa saja itu sekadar pertanyaan biasa. “Itu mustahil. Jangan membuat saya salah paham.”
Dahi Sasuke mengernyit. “Kenapa?”
“Kamu lebih dari mampu untuk mendapatkan wanita yang lebih baik dariku.” Sakura tersenyum lembut, sorot matanya redup. Hatinya keberatan mengatakan semua itu. Dia mencemaskan jawaban Sasuke yang mungkin akan sangat jelas dan mematahkan hatinya.
“Kamu wanita yang baik Sakura,” menatap Sakura intens, “hanya saja nasibmu kurang beruntung, karena dipertemukan dengan orang sepertiku.” Sasuke tersengih prihatin.
Sakura pun lekas menyangkal, “Tidak, Sasuke! Justru aku yang sangat beruntung, karena bisa menjadi temanmu. Bisa dekat seperti kita adalah keluarga.”
Sasuke tersenyum simpul. "Kamu benar. Itu sebabnya aku tidak bisa membiarkanmu pergi. Mungkin kamu yang pertama mendatangiku, tapi kamu tidak bisa pergi seperti kamu datang padaku." Melihat Sakura tergemap, pria itu pun melanjutkan ucapannya. “Kamu milikku dan hanya aku yang boleh memilikimu.”
Sakura menengadah, menatap telaga mata Sasuke dengan berkaca-kaca. Dia sudah memastikan bahwa dirinya tidak salah mendengar. Sakura benar-benar terharu mendapati pria yang sudah lama dirinya sukai, mengatakan sesuatu seperti itu. Dia mengusap air mata yang luruh ke sisi muka seraya berkata, “Kamu juga milikku dan hanya aku yang boleh memilikimu.”
Sasuke tergelak renyah, terbahak-bahak. Begitu pun Sakura yang malah ikut tertawa. Sakura merasa lega bisa mengatakan sesuatu yang sulit seperti itu. Setelah tawa mereka reda, Sasuke mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Sakura lembut. Dia lalu menyeka sisa-sisa air mata Sakura dengan hati-hati, memperlihatkan raut wajah penuh kelembutan.
Sakura tersenyum, air matanya sudah kering. Dia merasa lega dan bahagia bisa berbagi perasaan dengan Sasuke.
“Kita menikah minggu depan.”
“Apa?!” Sakura termangau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Famous (SasuSaku)✔️
FanfictionDari penulis novel online hingga janda di rumah 'Hot Daddy Duda Abadi'! Haruno Sakura terjebak dalam dunia asing sebagai ART Sasuke-vokalis Code Band. Sasuke mengira Sakura: janda kesepian yang mengharapkan belaiannya, hingga pria itu mendorong diri...