34. Bercanda

237 23 2
                                    

Sakura melongo kala mendengarkan obrolan Sasuke dan Iruka. Pura-pura pacaran? Seketika wajah Sakura pun memanas. Dia merasakan percikan aneh di hatinya. Jikalau mereka bersandiwara seolah memiliki hubungan, mungkin Sakura akan memiliki lebih banyak waktu bersama artis terkenal itu. Siapa yang akan menolak?

Akan tetapi akal sehatnya kembali, dan membuat pikiran licik Sakura menghilang. Sasuke merupakan artis ternama pun temannya, tidak mungkin dia menggunakan pria itu untuk kesenangan. Jikalau dirinya seperti itu, artinya dia tidak ada bedanya dengan paparazi yang menggunakan artis sebagai kesenangan.

Selesai berbicara dengan Iruka, Sakura dan Sasuke pun beranjak pulang. Sasuke beritikad mengantar janda satu anak itu sampai ke kediamannya. Karena kali ini Sakura terpaksa harus keluar dari rumahnya untuk kepentingan Sasuke. Jadi, lelaki tersebut merasa mempunyai kewajiban mengantarkannya kembali.

Selama di perjalanan, Sakura terus diam. Dia selalu merasa canggung bila hanya berduaan dengan Sasuke, tetapi tidak dapat dipungkiri, jikalau dirinya juga merasa senang. Sakura berimajinasi, berapa juta wanita di Jepang yang ingin duduk di kursinya saat ini? Melihat langsung Sasuke yang sedang mengemudikan mobil di sisinya? Sungguh pemandangan luar biasa.

Sakura membekap mulutnya, tak ingin ketahuan Sasuke kalau dirinya sedang mesem-mesem kegirangan. Dia menoleh ke jendela di sisi sebelahnya untuk mengalihkan pikirannya, menyembunyikan wajah berseri-serinya.

Dahi Sasuke mengernyit mendapati tingkah aneh Sakura. Entah kenapa dia merasa wanita itu sedang bahagia hari ini. Sasuke jadi penasaran, Sakura bahagia karena apa. Apa mungkin sebab lokasi syuting film telah ditentukan? Sasuke tersengih, lalu menggodek.

"Kamu lapar?" tanya Sasuke membuat Sakura berpusing dengan jejak senyuman yang masih melekat di wajahnya.

Mendapati bibirnya masih melengkung, Sakura pun mendeham, mengendalikan ekspresi wajahnya, lalu menyahut, "Kamu lapar? Saya tidak masalah kalau kamu mau mampir ke hotel. Saya bisa pulang naik taksi online."

"Nanti orang-orang mengira saya dicampakan." Sasuke menyeringai tipis.

"Dicampakan siapa?" Sakura tidak mengerti.

"Dicampakan kamu." Sasuke memeluk setirnya, memasang puppy eyes, seraya tersenyum sendu menggoda Sakura yang duduk di samping kursi kemudi. "Kamu menyuruh saya ke hotel sendirian."

Sakura terlongong-longong, bengong, tetapi segera menyadarkan diri. "Bukan begitu! Ss-saya cuma masih kenyang." Dia dibikin kelabakan oleh pose manja Sasuke. Kini dia merasa Tuhan benar-benar tidak adil. Emang boleh paket sekomplit itu? Sudah diberi tampan, keren, gagah, eh tingkah manjanya pula masih mematikan. Tolong, jantung Sakura berdebar kencang sekarang, sangat tidak aman.

Sasuke terkekeh, lalu menegakkan tubuhnya, kembali fokus menyetir. Dia suka menggoda Sakura. Wajah wanita itu tidak bertopeng, sehingga setiap emosi akan terlihat jelas di wajahnya. Menggelikan, pikirnya.

Beberapa saat kemudian, Sasuke pun sampai di depan rumah Sakura. Sakura tidak lupa mengucapkan terima kasih dan berbasa basi. "Mau mampir dulu? Saya buatkan kopi?"

Sasuke membuka sabuk pengamannya lalu menjawab, "Boleh. Kebetulan jadwal saya kosong hari ini."

Sekali lagi Sakura kembali mati kutu. Dia tidak bermaksud begitu. Sakura hanya mencoba berbasa basi untuk kesopanan, tidak benar-benar mengundang Sasuke bertamu. Dia pun terkekeh kikuk. "A–anu … tt–tapi ... saya lupa belum beli kopi. Ss–stok kopi di rumah saya habis."

"Tidak masalah Saya bisa minum teh atau air putih."

Tawa canggung Sakura kian nyaring. Dia tak menyangka tawaran sopan santunnya akan ditanggapi serius oleh Sasuke. Sakura menggaruk gugup pelipisnya. Sepertinya memang tiada pilihan, dia benar-benar harus menjamunya, karena menolak tamu di depan pintu rumah merupakan tindakan yang tidak sopan, terlebih dirinya yang menawarkan–awalnya. "Yy–ya sudah. Kebetulan saya masih punya sirup leci," ucapnya setelah berpikir sebentar, meyakinkan diri.

Sasuke tergelak melihat salah tingkah Sakura. Selalu menyenangkan membuat wanita itu rikuh, sebab ulahnya. Emosi Sakura sangat mudah diprovokasi. "Saya bercanda, Sakura." Sasuke menyentil kening Sakura keras, karena tak kuasa menahan geregetan.

"Aduh!" Sakura memegangi bekas sentilan Sasuke seraya meringis kesakitan.

Famous (SasuSaku)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang