24. Alasan

273 27 1
                                    

Yuhi menyampaikan tawaran peran dalam film untuk Sasuke. Dua hari yang lalu, wanita tiga puluh delapan tahun itu dihubungi tim produksi salah satu perusahaan perfilman ternama tanah air. "Bagaimana, Sasuke?"

"Saya belum tahu. Menurut kamu, bagaimana?"

"Menurut saya peran ini sangat cocok untukmu. Saya yakin melalui peran ini, citramu akan berubah. Film ini akan membawa dampak positif pada kariermu, Sasuke."

"Baik. Akan saya pikirkan."

Pagi tadi Yuhi memanggilnya ke kantor management dan menjelaskan tentang penawaran main film pada Sasuke. Pria itu pernah main di beberapa film sebelumnya, salah satunya genre petualangan dan drama. Bisa dibilang film tersebut merupakan salah satu film terbaik yang pernah dia bintangi.

Sesampainya di rumah, dia meminta pendapat Sarada. Sang anak tampak senang mendengarnya. Sarada rindu melihat ayahnya berakting. Dia pun meminta Sasuke untuk menerima tawaran tersebut. "Jadi, filmnya adaptasi novelnya Kak Sakura?"

Sasuke menjawab dengan anggukan kepala.

"Ya sudah terima saja, Pa. Aku yakin banget perannya bakalan cocok buat, Papa."

Melihat sang anak antusias, Sasuke pun jadi tertular semangatnya. Pria itu pula lekas menghubungi pihak management untuk mengkonfirmasi jawabannya. Yuhi dan management yang menaungi Sasuke, merasa puas oleh jawabannya.

Tiba-tiba, Sarada mendapat telepon dari Sakura. Dia diundang untuk makan malam, sebagai perayaan atas salah satu judul novelnya yang akan segera difilmkan. Sakura mengadakan pesta kecil-kecilan.

Sasuke setuju datang. Sekalian dia ingin tahu apa alasan Sakura menginginkannya mengambil peran utama ceritanya. Sasuke juga ingin tahu garis besar novel karya wanita itu. Dia hanya membaca sekilas prolog novelnya tadi, itu pun tidak terlalu menyimak, sebab disambi mendengarkan penjelasan Yuhi.

Sesampainya di rumah Sakura, senyuman ramah Naruto menyambut kedatangan mereka. Suasana hati Sarada yang cerah, seketika berubah muram saat melihat wajah menyebalkan pria bermata biru itu. Dia kira hanya dirinya dan sang ayah yang diundang, nyatanya ada Naruto juga. 

Jika seperti ini jadinya, mungkinkah selama ini Sakura menganggap mereka sama dengan Naruto? Sarada tidak suka disetarakan dengan pria munafik itu. Dia merasa dirinya dan sang ayah lebih dulu dekat dengan Sakura.

"Tadi siang Yuhi kasih tahu saya, kalau saya mendapatkan tawaran peran dari adaptasi novelmu," ungkap Sasuke pada Sarada.

Sakura tersenyum malu-malu, lalu menganggukan kepala. "Lalu jawabanmu, bagaimana?"

Sasuke tersengih. "Saya sudah lama tidak main film dan agak kangen juga. Jadi, saya terima."

Sakura pun langsung kesenangan mendengar jawaban Sasuke. Spontan dia menjabat tangan pria itu, mengucapkan terima kasih. "Terima kasih! Peran itu memang sangat cocok untukmu! Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik!"

Sasuke menatap kedua tangan Sakura yang meraih tangannya dengan raut wajah tanpa ekspresi. "Ya."

"Ah ... " Sakura melepaskan cengkramannya pada kedua tangan pria itu dengan kikuk, "ma-maaf … saya terlalu senang."

Sasuke menyeringai tipis. "Tidak masalah."

Sarada dan Naruto hanya diam menyaksikan kecanggungan di antara keduanya. Sakura terlihat kikuk dan hanya bisa diam, tidak kuasa menjauh. Dia masih berdiri di hadapan Sasuke, sesekali tersenyum padanya lalu mengalihkan pandangan. Dia kebingungan harus bagaimana setelah spontanitas yang dilakukannya barusan.

Sasuke tersenyum tipis saat melihat salah tingkahnya. Dia merasa puas. Sasuke dapat mengetahui isi hati perempuan itu hanya dari tingkah lakunya, karena itu pula, dirinya tidak tertarik padanya. Sakura: wanita yang terlalu mudah, sama seperti yang lainnya. Sasuke agak bosan berhadapan dengan perempuan yang malu-malu tapi mau. Sasuke lebih suka pada wanita yang agresif dan to the point.

"Filmnya. Kenapa saya? Apa ada alasan khusus?" tanya Sasuke.

"Karena kamu yang paling cocok mendapatkan peran ini. Kamu seorang ayah yang mencintai putrinya dan rela melakukan segala cara untuk membahagiakannya, sama seperti tokoh utama di cerita itu. Tidak ada yang memahami cinta seorang ayah kepada anak, selain si ayah itu sendiri." Sakura menatap mata Sasuke tegas saat menjawab pertanyaannya. Menurutnya, pemilihan peran, bukanlah hal yang sepele. Maka dari itu dia mencari visual dan karakter yang persis, bahkan nyaris sama dengan tokoh-tokoh di ceritanya. Sakura tidak pernah main-main untuk urusan peran di novelnya.

Famous (SasuSaku)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang