19. Sayang?

569 36 5
                                    

“Papa, tadi Mama Sakura mencerita tentang mendiang suaminya, sambil menangis. Sepertinya Mama Sakura sangat menyayangi almarhum suaminya. Aku jadi mengasihaninya,” tutur Sarada dengan wajah muram. Melalui cerita Sakura, dia seolah dibawa masuk ke masa lalu, menyaksikan sendiri setiap kenangan yang Sakura lalui bersama Shino. Sarada pula dapat merasakan cinta dan kasih sayang keduanya. Kehilangan Shino merupakan pukulan terberat bagi Sakura yang selalu bergantung padanya.

Sarada baru tahu kalau Sakura berasal dari keluarga yang tidak sempurna. Ayah dan ibunya Sakura selalu bepergian, sehingga wanita itu tumbuh tanpa bisa menghabiskan waktu dengan mereka. Sakura tumbuh menjadi anak yang kekurangan kasih sayang dan perhatian kedua orang tua. Shino adalah orang pertama yang menawarkan kebahagiaan dan memberinya banyak cinta. Pantas bila kematian Shino menjadi luka terburuk baginya.

Kini baru terpikir oleh Sarada, sebab musabab orang tua Sakura tidak mau menetap di Tokyo, tinggal bersama wanita tersebut. Asumsinya, mungkin, karena kedua orang tua wanita itu tidak suka tinggal bersama anaknya, mereka tidak terlalu menyayangi Sakura. Sungguh ironis dan menyedihkan.

Sarada merasa bersyukur, karena hidupnya lebih beruntung dari Sakura. Uzumaki Karin–ibunya Sarada–memang menikah lagi sejak Sarada masih kecil, tetapi dengan laki-laki yang mampu menerima dan menyayangi Sarada dengan baik. Sehingga dia tidak pernah merasakan kekurangan kasih sayang sedikitpun. Sarada memiliki seorang ibu dan dua orang ayah yang teramat menyayanginya.

Sarada menceritakan semua yang Sakura ceritakan padanya–kepada Sasuke. Tentang Shino yang baik serta perjuangan wanita itu setelah ditinggalkan suaminya. Kisah hidup Sakura begitu melankolis, membuat Sarada terbawa perasaan. “Ngomong-ngomong, Pa … Mama Sakura cantik, ‘kan?” Dia menatap ayahnya penuh sayang.

Dahi Sasuke mengernyit kian dalam kala mendengar pertanyaan Sarada. Terlebih–dari mulai bercerita–anaknya tersebut terus memanggil Sakura dengan sebutan Mama Sakura, tidak seperti biasanya. “Wait, Sarada … Mama Sakura? Apa Papa, tidak salah dengar?” Sasuke terkekeh sumbang.

“Apa Papa, menyayangi Mama Sakura? Kalau Papa, suka, aku tidak akan keberatan.” Sarada tidak terdistorsi oleh pertanyaan balik ayahnya.

Sasuke tergelak. Dia merasa pertanyaan anak itu lawak dan tidak berdasar. Kenapa dirinya harus menyayangi Sakura? Sungguh menggelikan, pikir Sasuke. Hari ini Sarada bersikap sangat aneh, bahkan bicaranya pun ngelantur, membuat Sasuke merasa tak habis pikir. “Are you kidding? Ayolah! Kamu aneh hari ini. Jangan membuat Papa cemas.”

Bukan tanpa alasan Sarada menyimpulkan seperti itu, tetapi ayahnya memang tampak berubah belakangan ini. Sarada sadar kalau Sasuke sering mengawasi Sakura, memerhatikannya secara diam-diam. Gadis itu pernah memergokinya berkali-kali dan dia yakin jikalau sang ayah memiliki perasaan khusus kepada penulis terkenal itu.

“Kalau Papa, menyukai Mama Sakura, nikahi saja dia, Pa. Bahagiakan dia. Buat dia melupakan luka batinnya. Aku percaya, Papa, laki-laki yang tepat untuk Mama Sakura,” jelas Sarada dengan raut wajah yang masih melow. Cerita hidup Sakura, masih teramat mempengaruhi suasana hatinya, membuat gadis imut itu ingin membahagiakannya.

Sepeninggalan Sarada, Sasuke pun merenung. Dia terdiam–bengong–lalu tergelak tawar. Sasuke sama sekali tidak mengerti sikap Sarada hari ini. Ada apa dengan anaknya? Kenapa dia begitu terpengaruh oleh cerita hidup Sakura? Padahal dari yang Sarada ceritakan, kisah hidup Sakura cukup biasa. Hanya cerita rumah tangga orang biasa yang normal.

Kemudian Sasuke kembali diam–tercenung–kala mengingat pertanyaan konyol Sarada. Menyayangi Sakura katanya, serius? Apa yang membuat Sarada menyimpulkan demikian? Sasuke kembali tertawa, kini bahkan terbahak-bahak. Anaknya menjadi aneh setelah mengenal Sakura. Entah itu pengaruh baik atau buruk, sepertinya Sasuke harus mulai melarang Sarada untuk dekat dengan janda satu anak itu.

“Apa Papa, menyayangi Mama Sakura?” 

Pertanyaan itu terus terngiang di benak Sasuke. Sayang? Mama Sakura? Apa mungkin Sarada salah paham padanya? Mengira Sasuke memerhatikan Sakura, karena menyukainya. “Hah! Konyol!” Dia kembali tertawa renyah.

Tunggu! Apa mungkin Sasuke terlihat menyukai Sakura–di mata Sarada? Apakah terlihat seperti itu?

Sasuke tergemap, tersedak oleh pikirannya sendiri. Jadi, kenapa dirinya selama ini begitu tertarik pada janda itu, ingin selalu melihat wajahnya?

Sasuke hanya mengawasinya, karena dia dekat dengan Sarada. Sasuke melakukan itu hanya untuk menjaga Sarada. Itulah yang dia pikirkan–mulanya.

Akan tetapi pria itu kembali melamun. Sakura menyakiti Sarada? Wanita dengan sikap keibuan yang selalu berhati-hati dalam bertutur kata akan menyakiti Sarada? Sasuke merasa itu tidak mungkin terjadi. Dia tahu itu, Sakura tidak akan bisa menyakiti Sarada. Jadi, kenapa dia terus memerhatikan Sakura selama ini? 

Apa mungkin benar yang Sarada pikirkan, bahwasanya Sasuke menyukai Sakura?

Tamat.

Next bab masuk vol 3 ya.


Famous (SasuSaku)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang