52. Lomba

219 23 0
                                    

Sasuke tertawa saat melihat Sakura salah tingkah, bahkan tersipu setelah mendengar gombalannya. Wanita itu sangat mudah dipermainkan. Sasuke selalu puas menggodanya. Dia pun beranjak pergi menuju tenda, hendak mengambil beberapa barang sebelum kembali ke tempat istirahatnya dengan tak acuh, seolah bisikannya tadi tidak pernah terjadi.

Sementara Sakura kesal setengah mati sampai ingin menangis saat menyadari dirinya dipermainkan lagi. Dia ingin memukulinya, tetapi tidak berani. Sakura hanya bisa mengatur napas sembari mengusap dadanya. Pria itu benar-benar kejam, tak tahu dampak keisengannya pada hati Sakura.

Selesai makan camilan, mereka berkumpul untuk makan malam. Barulah saat jam menunjukan pukul tujuh, permainan kembali dilanjutkan. Panitia mengadakan "malam mengumpulkan cap stempel" dan membagi peserta family gathering menjadi kelompok dengan masing-masing beranggotakan tiga orang. Ada dua puluh regu yang ikut serta.

Sakura dan Sarada, satu tim dengan Naruto, sedangkan Sasuke dan Kae tidak berminat berpartisipasi. Keduanya memilih diam di tempat kamping. Karena menurut mereka, hadiahnya tidak sesuai dengan rasa lelah berkeliling di hutan. Kae dan Sasuke tidak mau membuang-buang waktu.

Lomba dimulai, peserta dibekali senter dan selembar kertas. Usai mendengarkan instruksi para panitia, satu per satu regu pun memasuki hutan. Semula, setiap tim hanya boleh berisi dua orang. Namun, Sarada yang menyadari rencana Naruto-ingin berduaan dengan Sakura-pun merasa keberatan. Menyebalkannya laki-laki tersebut pula mengatur semuanya supaya Sakura dan dirinya berada di kelompok yang sama.

Mendapatkan komplain dari Sarada, juri pun mengubah peraturan menjadi tiga orang per regu. Bukan hanya sebab Sarada, tetapi setelah gadis itu mengungkapkan keluhannya, yang lain pula ikut menyuarakan pendapat mereka. Rata-rata dari mereka merasa takut berkeliling hutan hanya berduaan.

"Dingin? Mau pakai jaket saya?" tanya Naruto.

"Terima kasih, Pak. Tapi saya sudah cukup hangat."

Sarada memutar bola matanya. Dia merasa mual mendengar celotehan Naruto yang berusaha merayu Sakura. Sarada berpikir bahwa laki-laki tersebut kuno dan norak, menggunakan obrolan sebagai sarana mendekati wanita. Tidak heran jika dia masih melajang di usia yang sama dengan Sasuke. Menurut Sarada, Sasuke agak lebih baik dari Naruto, karena setidaknya, sang ayah sudah pernah menikah.

"Aduh!" seru Sakura spontan saat kakinya tersandung akar pohon.

"Kamu kenapa?" Naruto khawatir kala melihat Sakura memegangi kaki seraya meringis kesakitan.

"Saya tidak apa-apa. Hanya tersandung."

Sarada menghela napas kasar. Dia merasa muak pada Naruto yang berlebihan. Sarada tahu jikalau semua tindakannya itu dilakukan untuk membuat Sakura terkesan. Namun sayangnya Naruto tidak memikirkan bagaimana efeknya. Janda tersebut akan merasa kagok dan terbebani dengan perhatian berlebih seperti itu.

Satu jam kemudian setelah perjalanan cukup panjang, kelompok Sakura pun menemukan stempel kelima. Total mereka harus mencari tujuh pos lainnya untuk melengkapi koleksi mereka. Sakura dan Sarada pun menamparkan telempap pada satu sama lain dengan riang.

"Sisa tujuh lagi, Kak!" seru Sarada riang.

"Semangat!" Sakura mengangkat kedua tangan ke udara yang lantas diikuti Sarada.

Naruto tidak terlalu menyukai Sarada. Karena gadis itu, aturan permainan yang seharusnya berpasangan, terpaksa diubah. Naruto menganggap Sarada sebagai orang yang menghambat pendekatannya dengan Sakura. Padahal dia sudah mengkhayalkan banyak hal, berharap lomba kali ini akan membuatnya makin dekat dengan Sakura. Sayang sekali rencananya kini harus gagal. Naruto sangat menyesalkan itu.

Sejak awal, Naruto tidak suka Sarada mengikuti acara family gathering perusahaannya. Namun, Sakura mengancam tidak akan ikut bila Sarada tidak diizinkan, sehingga Naruto dengan terpaksa membiarkan janda itu mengajak gadis tersebut.

Tepat ketika mereka menemukan stempel ke enam, hujan pun turun. Semula hanya gerimis, tetapi lama kelamaan menjadi besar. 

Grup Sakura pun memutuskan meneduh di bawah pohon. Di pos ketiga mereka masih berpapasan dengan tim lain, tetapi setelah melewati pos kelima, Sakura dan anggota regunya pun sepakat jika mereka merupakan peserta terakhir dengan kata lain, tertinggal di belakang.

Cahaya redup rembulan dan gemuruh hujan yang menggema di antara pepohonan menciptakan atmosfer mencekam. Tanah basah berlumpur serta suara jeritan hewan menambahkan kesan misterius dan menakutkan. Sarada dan Sakura merinding. Imajinasi mereka berkembang liar, khawatir bertemu hewan buas. Mengingat pesan para penjaga satwa yang mengatakan, bahwa hutan ini masih liar, dan ada banyak predator yang menghuni dari mulai beruang, rubah, hingga serigala.

Seketika keduanya pun menyesal mengikuti lomba tersebut. Jikalau mereka mau mendengarkan Sasuke, keduanya tidak perlu melewati keadaan mendebarkan seperti sekarang. Sakura dan Sarada pun saling berpegangan tangan dengan gemetaran.

"Kalian tidak perlu takut. Kita masih di wilayah aman. Menurut penjaga satwa, wilayah ini berjauhan dengan wilayah predator," tutur Naruto menenangkan kedua wanita yang tengah cabar hati-bergidik-itu. Akan tetapi Naruto lantas menegang kala mendengar suara mendengus.

Bukan hanya Naruto, tetapi Sarada dan Sakura pun dapat mendengar suara tersebut. Ternyata itu babi hutan yang keluar dari semak, siap menerjang. Ketiganya pun lari pontang panting berpencar saat babi hutan tersebut berlari ke arah mereka.

"Tolong! Tolong!" teriak Sakura yang mengayuh lajunya tak tentu arah.

"Papa, tolong! Paa!" Sarada menjerit ketakutan seraya terus memacu kecepatannya.

Famous (SasuSaku)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang