44. Pesan Moral

220 17 3
                                    

Dari ketiga pembenci yang Sasuke laporkan, salah satunya menggunakan akun palsu. Ketika dua orang lainnya dapat terlacak, satu orang itu membikin Cyber Police sedikit kesulitan. Namun beruntung, tidak sampai satu bulan, orang yang memakai akun bodong itu dapat diketahui identitasnya.

Sasuke menghubungi wartawan televisi, mengirimkan bukti tangkapan layar pesan langsung para pembully pada mereka, dan menyuruh pencari berita itu ke kantor polisi, karena hari ini para perundung tersebut sudah tertangkap. Benar saja, penangkapan itu langsung viral di berbagai acara berita selebriti dan media online.

Tindakan bar-bar mereka ramai dikomentari, bahkan psikologi dan selebriti terkenal pun ikut menyoroti dan menyuarakan pendapat mereka untuk kasus itu. Dari mulai pekerjaan, hingga tempat tinggal para pembully, dapat terlacak oleh netizen. Sampai-sampai keluarga para pelaku pula terkena imbasnya, mendapatkan sanksi sosial.

Sakura menonton salah satu pemberitaan televisi di rumahnya. Air matanya berlinang saat melihat wajah ketiga orang pelaku yang sudah merundungnya habis-habisan di media sosial. Semuanya wanita, lebih-lebih salah satu dari mereka merupakan seorang ibu.

"Kyaaa! Papa, hebat!" seru Sarada puas pada langkah yang diambil sang ayah. "Papa, kayak Om Pangeran berkuda putih yang datang untuk nyelametin Mbak Cinderella yang selalu dibully orang-orang jahat. Iya, 'kan, Kak?"

Keceriaan dan kebahagiaan Sarada seolah menulari Sakura. Janda itu mengusap air matanya, lalu tersenyum lebar. Perkataan Sarada benar-benar lucu: Om Pangeran berkuda putih yang menyelamatkan Mbak Cinderella. Harus dia akui, jikalau Sarada pandai membuat judul. Mungkin itu bisa dijadikan salah satu judul novel Sakura suatu saat nanti.

"Syukurlah! Nenek, harus berterima kasih sama papa kamu, Sarada!" Mebuki terkekeh, Sarada dan Sakura pun sama. Kini Mebuki tinggal lebih lama, suaminya mengizinkan dia menemani Sakura selama beberapa waktu. Wanita lima puluh dua tahun itu akan pulang menemui suaminya setiap dua minggu sekali, lalu kembali lagi. Dia ingin memastikan sang anak pulih, makanya bertahan.

"Sudah masuk kriteria calon menantu idaman belum, Nek?" tanya Sarada, menggodanya. Dia cukup dekat dengan Mebuki dan memanggil wanita paruh baya itu nenek, mengikuti Kae.

"Boleh! Dan kamu jadi cucu idaman Nenek juga." Mebuki mencubit pipi Sarada geregetan. Gadis itu benar-benar membuatnya merasa gemas. Dia sopan dan ramah pada siapa pun dan Mebuki menyukainya.

"Kalau aku? Aku cucu idaman juga 'kan?" Kae mengangkat kedua tangannya dengan gembira seraya terkinjat.

"Kalau kamu cucu kesayangan Nenek." Mebuki mengusap kepala Kae penuh sayang. Dia benar-benar menyayangi remaja awal tersebut.

Sakura hanya bisa menggeleng-geleng sembari tersenyum menyaksikan kedekatan mereka. Sarada sungguh lucu, selalu berhasil menghidupkan suasana. Sakura sangat menyukainya. Gadis itu masih tampak imut di mata Sakura, meski umurnya sebentar lagi menginjak dua puluh lima tahun.

Tiba-tiba sebuah panggilan telepon mengalihkan Sakura. Dia mengangkatnya, rupanya itu dari Aduma. Sang sutradara memberi tahu, bahwa syuting akan kembali dilangsungkan minggu depan. Sakura benar-benar bahagia mendengarnya. Semua kabar yang dia terima, memberikan kebahagiaan dan kelegaan. Kebaikan menghampiri hidupnya setelah badai berlalu, membuat Sakura kembali bersemangat.

Dari insiden kemarin, dia mendapatkan pelajaran: tidak boleh menganggap remeh seorang pembenci dan harus segera bertindak jika sudah keterlaluan. Sakura tidak akan melupakan pesan moral dari pengalamannya kemarin. Mulai sekarang, dia akan selalu mengingat dan berhati-hati. Sakura memutuskan tidak akan lemah lagi.

Tamat.

Next bab masuk vol 4.

Famous (SasuSaku)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang