54. Mencekam

164 24 0
                                    

Sasuke mengepalkan tangannya, tidak suka mendengar jawaban Naruto. Namun, hatinya sedikit lega, setidaknya sekarang dia mengetahui keadaan kedua orang yang dicarinya, baik-baik saja.

“Saya tidak bisa tinggal,” ungkap Sasuke pada Naruto.

Naruto yang mengerti pun segera menganggukan kepala, mengerti.

“Sebentar lagi tim rescue datang.” Sasuke meninggalkan Naruto di sana. Itu adalah jalur yang dia lalui untuk menghindari kawasan longsor. Sasuke yakin tim penyelamat akan melewati tempat itu kala melakukan pencarian.

“Tunggu!” seru Naruto yang membuat Sasuke berbalik. “Terima kasih sudah menolong saya.”

“Sama-sama.” Sasuke kembali melanjutkan perjalanannya. Naruto sempat menunjukan arah–dari mana dia berlari saat dikejar babi hutan tadi. Sasuke pun mengikuti petunjuknya, mencari titik di mana pria itu berkumpul terakhir kali dengan Sakura dan Sarada.

Naruto merenung, Sasuke tidak seburuk yang dirinya pikirkan selama ini. Rumor tentang Sasuke yang apatis, nyatanya tidak terbukti. Malam ini, pertolongan justru datang dari Sasuke–orang yang tidak pernah Naruto sukai sebelumnya. Beruntung pria itu datang tepat waktu. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi. Mungkin Naruto sudah berada di dasar jurang sekarang. Dalam hati, pria bermata biru itu berdoa, semoga Sasuke bisa menemukan Sakura dan Sarada.

Doanya tersebut pula lantas menyadarkan dirinya sendiri. Dia bahkan tidak bisa menjaga Sakura dan malah menyelamatkan diri lebih dulu saat babi hutan itu berlari ke arah mereka. Seketika Naruto merasa payah dan egois. Dia merasa telah menjadi seorang pengecut.

Sasuke kesulitan melangkah, kakinya beberapa kali terbenam di tanah berlumpur. Dia mengerahkan lebih banyak tenaganya, bahkan untuk berjalan. Belum lagi kontur hutan yang terjal, kadang berbatu membuat semuanya makin menantang.

“Tolong!” 

Sasuke mendengar suara teriakan Sarada. Akan tetapi dia kebingungan, sebab ada tebing batu di kedua sisi. Suara Sarada bergema, sehingga sulit mengidentifikasi asalnya dari arah mana. “Sarada, kamu di mana?” Sasuke memanggil balik putrinya.

Tidak membantu, karena Sarada hanya menjawab, “Aku di sini!”

Sasuke memeriksa segala arah seraya terus memanggil putrinya. Dia bergerak cepat ke sana kemari dan setelah posisinya ditemukan, Sasuke terpogoh-pogoh menghampirinya.

“Papa!” seru Sarada senang melihat ayahnya dengan air mata berlinangan. Keduanya pun segera berpelukan setelah Sarada turun dari atas pohon. 

Babi hutan tadi sempat menemukan dan mengejar-ngejar Sarada, sehingga gadis itu memanjat pohon untuk menyelamatkan diri. Semula si babi terus diam di bawah sana, seperti menunggunya. Namun, hewan itu segera berlari terbirit-birit saat mendengar suara dentuman dahsyat menggema di seluruh hutan. Itu adalah suara longsoran tanah, Sarada sempat melihat pepohonan bergerak dari atas sana tadi.

“Sakura di mana?” tanya Sasuke setelah sadar wanita itu tidak bersama putrinya.

“Ah, Kak Sakura! Kak Sakura, Pa! Dia lari ke arah berlawanan denganku. Tolong temukan Kak Sakura, Pa! Cari dia!” Sarada langsung panik ketika mengingat Sakura. Dia cemas, karena tadi wanita itu berjalan agak pincang. Sepertinya kaki Sakura terluka kala tersandung tadi, pikirnya. Sarada cemas, khawatir Sakura akan kenapa-napa dalam kondisi tidak beres seperti itu.

Sasuke dan Sarada pun berjalan menelusuri hutan, mencari keberadaan Sakura. Mereka makin jauh memasuki hutan. Keduanya memanggil Sakura bergantian, sembari terus mengayuh langkah mengesampingkan rasa lelah. Setelah jauh berjalan, Sarada dan Sasuke pun menemukan Sakura tengah bersandar ke pohon. Mereka lekas menghampiri wanita itu, tetapi mengkaku kala melihat wajah tegangnya.

“Jj–jangan bergerak … aa–ada beruang,” bisik Sakura. Dia amat senang melihat kedatangan keduanya. Namun, dirinya tidak bisa mengungkapkan kegembiraan tersebut, karena sedang berada di posisi terdesak dan berbahaya.

Sasuke dan Sarada pun dapat melihat nyala mata hewan itu di bawah bayangan pohon besar, di hadapan. Predator tersebut perlahan mendekati mereka sembari menggeram. Sarada bergidik ketakutan, begitupun Sasuke. Pikiran ayah dan anak itu seketika kosong, berhadapan dengan situasi yang mencekam seperti itu. Keduanya hanya bisa mundur perlahan kala beruang berukuran sedang tersebut mengalihkan perhatiannya pada mereka.

“Gg–gimana ini, Pa?” tanya Sarada lirih dengan terbata-bata.

Famous (SasuSaku)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang