01: Luka

4.4K 177 6
                                    

AUTHOR POV

Angin berhembus kencang menemani rintik hujan yang membasahi Kota Seoul, Korea Selatan. Kamu eratkan jaket tipis yang melindungi tubuhmu dari dinginnya malam. Sesekali meringis pelan saat merasakan air hujan yang mengenai luka di wajahmu. Tujuan utamamu saat ini adalah toko obat guna membeli obat untuk luka di sekujur tubuhmu.

Kamu mengalami perundungan di kampusmu akibat kejadian di masa lalu yang melibatkan ibumu dengan seorang laki-laki yang tak lain adalah ayah kandung dari wanita yang merundungmu. Kamu tipe orang yang tidak mau ditindas sehingga akan melawan tak perduli sampai harus terjadi perkelahian. Itulah sebabnya tubuhmu dipenuhi luka terbuka dan lebam, karena wanita yang merundungmu itu nekat memanggil semua teman laki-lakinya untuk mengeroyokmu. Kamu terjebak dan tak bisa berbuat banyak. Ia berkata akan terus merundungmu sampai ibumu menyesali segala perbuatannya dan menjauh dari ayah kandungnya. Namun, kamu tak akan pernah memberitahukan kejadian malam ini ke siapapun termasuk ibumu karena kamu merasa bisa melewatinya sendiri, kamu tak ingin ibumu menderita lagi.

Kamu masuki sebuah toko obat guna membeli segala yang kamu butuhkan seperti perban, alkohol dan lain sebagainya. Setelah kamu membayar obat-obatan tersebut, kamu sempat melihat pantulan dirimu pada sebuah kaca yang berada di samping pintu keluar toko obat tersebut. Keadaanmu sangatlah memprihatinkan, dengan pakaian yg robek dan luka terbuka yang darahnya mengalir membasahi wajahmu. Kamu hapus darah itu menggunakan punggung tanganmu dan langsung keluar dari toko obat tersebut.

Langkahmu mulai tertatih karena tak sanggup menahan segala rasa sakit yang kamu rasakan kini. Sepanjang perjanan, kamu menjadi pusat perhatian bahkan saat berada di dalam bus tak ada yang berani duduk di sebelahmu.

Rintik hujan mulai membasahi pakaianmu. Kejadian malam ini, menjadi puncak dari segala penderitaan yang kamu dapatkan dari hubungan terlarang yang ibumu jalin dengan suami orang. Kamu ingin memaki keadaan namun kamu sadar akan percuma karena ibumu lebih memilih lelaki itu ketimbang anaknya sendiri, itulah sebabnya kamu tinggal sendiri di kota ini sambil menempuh pendidikanmu, sedangkan adik perempuanmu yang masih kecil tinggal bersama ayah kandung kalian di kota Daegu.

Kamu langkahkan kaki dengan putus asa menyusuri gang menuju kontrakanmu namun saat kamu mau memasuki sebuah gang yang sempit, sedang terjadi pengeroyokan disana. Seorang lelaki diinjak, dipukul dan ditendang dengan membabi buta oleh segerombolan orang-orang berbadan besar dibawah rintikan hujan. Kamu tahu bagaimana sakitnya di keroyok seperti itu sehingga hati nuranimu berteriak ingin menolong lelaki itu. Kamu senderkan tubuhmu pada dinding bangunan sambil memutar otak guna mencari bantuan selain menelpon pihak kepolisian.

Kalau di drama-drama sih, seseorang bisa membubarkan perkelahian menggunakan sirine palsu dari polisi sehingga kamu berniat menggunakan cara tersebut, tetapi kamu sendiri tak yakin apakah suara handphonemu dapat sampai ke mereka atau tidak, ditambah lagi rintik hujan yang mulai terasa deras.

(Sirine polisi)

Ternyata suara handphonemu sampai dan didengar oleh beberapa orang dari kelompok berandal itu yang membuat mereka lari kocar-kacir keluar dari gang tersebut. Beberapa orang pejalan kaki yang ingin melewati gang itu juga ikut membantumu dengan menutupi keberadaanmu yang masih membunyikan sirine saat kelompok berandal itu lari menuju seberang jalan.

Setelah kamu matikan suara sirine nya, "Terima kasih." kamu mengucapkan itu ke orang-orang yang membantumu dan setelah dirasa keadaan sudah cukup aman, kamu masuki gang tersebut di belakang pejalan kaki yang lain. Jika gang ini bukanlah satu-satunya jalan menuju kontrakanmu mungkin kamu akan menggunakan jalan lain tanpa harus membahayakan dirimu seperti ini.

Suasana di dalam gang ini remang tetapi kamu tahu lelaki yang dikeroyok itu masih terbaring lemah di tengah gang tersebut. Beberapa pejalan kaki yang lain hanya menoleh ke arahnya tanpa berniat menolongnya. Kamu pun juga begitu, berjalan melewatinya tetapi lagi-lagi hati kecilmu berteriak ingin menolong setelah kamu sadari keadaan lelaki itu tak kalah parahnya denganmu.

CONSUMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang