AUTHOR POV
Dirimu menggeliat pelan saat sinar matahari masuk melalui celah gorden kamarmu. Kamu meringis setelah merasakan sakit yang begitu hebat di sekujur tubuhmu, seperti remuk tak berbentuk terutama pada bagian tangan hingga pundak. Rasa sakit itu sukses memecah tangisan yang semalaman berusaha kamu tahan di depan laki-laki asing yang kamu tolong. Kamu tak ingin terlihat lemah di depan orang terutama keadaan lelaki itu yang lebih memprihatinkan ketimbang dirimu. Pasti lelaki itu merasakan sakit yang berpuluh kali lipat dari yang kamu rasakan saat ini.
Setelah puas menangis, kamu kuatkan diri agar bisa bangkit dari tempat tidur ini. Kamu harus melihat keadaan laki-laki yang kamu tolong semalam, bernama Jungwon. Kamu bangkit dari tempat tidurmu dengan susah payah, sempat memukul pelan pundakmu yang begitu nyeri lalu merapikan tatanan rambutmu dengan menguncirnya. Kamu berjalan dengan tertatih menuju ruang tengah dan begitu terkejutnya kamu saat tak mendapati seorang pun disana. Selimut dan baju yang semalam Jungwon gunakan juga telah terlipat rapi di atas sofa. Terdapat sepucuk note yang dituliskan Jungwon untukmu.
"Terima kasih, Y/n. Jaga dirimu!"
Kamu tersenyum tipis setelah membaca pesan singkat yang Jungwon berikan untukmu. Kamu bersyukur karena pertolonganmu semalam membuahkan hasil hingga lelaki itu dapat pergi tanpa harus merepotkan dirimu lagi. Ya, tidak bisa dikatakan merepotkan juga sih karena kamu ikhlas menolongnya.
Kringggg
Tiba-tiba, kamu mendapatkan sebuah panggilan di handphone milikmu. Dengan tertatih kamu kembali ke kamarmu guna mengangkat panggilan tersebut. Kamu tak ingin masuk kuliah dulu hari ini, ditambah lagi luka yang masih basah di sekujur tubuhmu. Kamu tak ingin menjadi bahan pembicaraan teman sekampusmu.
Kamu lihat handphone milikmu dan ternyata panggilan itu dari kekasihmu bernama Saena. Ya, kekasihmu adalah seorang perempuan sama sepertimu.
"Chagiya~" Saena memanggilmu dengan begitu manja. Kamu menyesal dengan semua keputusan yang kamu ambil dalam hidupmu termasuk mencoba menyamankan diri dalam hubungan gila ini.
"Iya," jawabmu tak bersemangat. Kamu pikir kenyamanan yang kamu rasakan bersama Saena itu dapat diartikan sebagai perasaan cinta, terutama dari begitu banyak pengalaman buruk yang kamu terima dari laki-laki semasa hidupmu. Dulu, kamu sangat membenci figur mereka sehingga nekat menjalin hubungan sesama jenis agar terhindar dari rasa sakit yang mereka berikan, namun lama kelamaan kamu menyadari bahwa keputusan yang kamu ambil ini salah. Kamu mengabaikan hati kecilmu yang berteriak membutuhkan figur itu untuk melengkapimu.
"Kau darimana saja? Aku mencarimu semalaman eung?!" Saena ingin marah denganmu, namun kamu sedang tidak mood dalam melakukan apapun. Tubuhmu begitu lelah dan perlu istirahat yang banyak.
"Aku ada urusan mendadak kemarin, maaf tak mengabarimu." ucapmu terkesan dingin.
"Aku dengar kamu berkelahi dengan Kyungri ya? Mengapa kau tak cerita denganku? Aku ke apartemen mu juga tak ada orang disana!" tanya Saena yang semakin memperburuk suasana hatimu. Bahkan dengan mendengar nama wanita itu saja dapat membangkitkan amarahmu begitu besar.
"Aku sedang tak ingin berbicara apapun saat ini." ucapmu ketus. Ingin segera mematikan panggilan itu.
"Mau aku temani?" tanya Saena membuatmu semakin pusing.
"Tidak usah, tolong absen kan saja aku ya." ucapmu, menggunakan kesempatan itu untuk menguntungkan dirimu sendiri. Saena tak bisa berbuat banyak jika sudah seperti ini.
"Iya sayang, jika keadaanmu sudah mendingan, hubungi aku lagi ya.." ucap Saena begitu perhatian. Dulu, saat kalian baru berkencan, kamu sangat menyukai sifat perhatian Sena ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONSUME
Fiksi Penggemar[🔞] Kamu mengalami perundungan akibat kesalahan yang ibumu lakukan di masa lalu. Tak hanya menyakiti fisik hingga mentalmu, gadis perundung itu juga menjual mu ke sebuah pelelangan manusia yang membuatmu bertemu dengan anggota dari sebuah kelompok...