60: Ice Cream

697 69 15
                                    

Keesokan harinya..

Sejak mengutarakan seluruh keluh kesah mu pada Heeseung, kamu berubah menjadi pribadi yang tak banyak berbicara seperti biasanya. Kamu bahkan menahan dirimu untuk tidak bersikap manja atau clingy pada lelaki itu. Bukan tanpa alasan, kamu diam-diam masih menaruh kesal pada Heeseung atas kematian mendadak anak buahnya yang sangat peduli padamu.

Ya, kamu masih belum bisa menerima kenyataan kalau Heeseung lah yang membunuh Sooyoung menggunakan tangannya sendiri. Padahal, hanya Sooyoung yang dapat mengobati rasa kesepianmu selama berada di lingkungan mafia ini. Hanya Sooyoung satu-satunya wanita yang peduli padamu disaat wanita lain berusaha menjatuhkan kamu ke dasar jurang kehidupan paling dalam.

Kamu merasa begitu terpukul atas kepergian Sooyoung, terlebih lagi setelah mendengar alasan yang mendasari tindakan nekat Heeseung tersebut. Lelaki itu tak suka Sooyoung semakin terlibat atas banyak hal di hidupmu, Heeseung hanya ingin dirinya menjadi satu-satunya tumpuan hidupmu saat ini, sehingga lelaki itu nekat menyingkirkan siapa saja yang dapat mengambil alih perhatianmu darinya, termasuk anak buahnya yang paling setia tersebut.

Kamu merasa semua yang Heeseung lakukan telah melewati batas ketahananmu. Baiklah, jika memang Heeseung ingin perhatianmu hanya berfokus padanya seorang, tapi kenapa Heeseung selalu meninggalkanmu sendirian dalam kamar itu? Lelaki itu bahkan tak ada niatan sedikitpun untuk mengajakmu keluar sekedar mencari udara segar, Heeseung terus mengurung mu sendirian dan meninggalkanmu dalam kamar itu tanpa hiburan sedikitpun.

Handphone-mu bahkan Heeseung retas, ada televisi tetapi tak ada siaran yang dapat kamu saksikan di televisi tersebut, kamu juga tak diperbolehkan duduk di balkon atau bertemu dengan siapapun selain dirinya. Selama empat hari terakhir, kamu hanya bisa menunggu kedatangan Heeseung yang tak pasti kapan akan kembali. Heeseung benar-benar menempatkan kamu dalam penjara hingga membuat kejiwaanmu semakin terguncang setiap harinya. 

Heeseung sadar benar atas perubahan sikapmu, itulah sebabnya Heeseung memberanikan diri mengajakmu keluar dari kamar kalian untuk menikmati sarapan di restoran kapal. Biasanya, lelaki itu selalu meminta pelayan kapal untuk mengantarkan makanan pada jam-jam tertentu untukmu.

Berkat kamu utarakan seluruh keluh kesahmu pada lelaki itu, membuatnya perlahan sadar atas obsesinya yang kelewat batas. Walau Heeseung masih tak biarkan kamu keluar sendirian dan menikmati berbagai fasilitas di kapal pesiar yang mereka sewa.

Heeseung berharap dengan diperbolehkannya kamu menikmati makanan di restoran kapal dapat mengurangi rasa kesal mu pada lelaki itu. Padahal, mau sekeras apapun Heeseung berusaha, kamu tetap merasa takut dan kesal pada lelaki yang telah membunuh orang terdekatmu. Wanita yang sudah kamu anggap seperti kakakmu sendiri!

Sepanjang kalian menikmati sarapan yang Heeseung pesan, kamu terus menundukkan kepalamu saking tak ingin menatap wajah Heeseung. Kamu begitu fokus menyelesaikan makananmu hingga Heeseung meminta izin padamu untuk pergi ke toilet sebentar.

Setelah Heeseung berada cukup jauh darimu, datang seorang pelayan yang mengantar semangkuk ice cream rasa strawberry padamu, lengkap dengan catatan kecil yang mampu mengalihkan perhatianmu dari kesedihan yang kamu rasakan. Kamu baca catatan tersebut secara sembunyi-sembunyi.

"Kok murung? Dimakan ya ice cream strawberry kesukaanmu. Semoga susana hatimu semakin membaik, sayangku.

Tertanda cinta, Jay Park."

Langsung kamu sembunyikan catatan tersebut ke dalam saku bajumu lalu menghapus air mata yang tanpa sadar menetes membasahi wajahmu. Kamu edarkan pandanganmu untuk mencari keberadaan lelaki yang mengirimkan ice cream tersebut hingga tatapan kalian akhirnya bertemu di kejauhan.

Jay Park balas senyuman darimu yang malah memecah tangismu semakin menjadi-jadi. Jantungmu berdegup kencang saat kamu berusaha menghapus air mata yang mengalir tanpa henti di wajahmu. Bahkan saat ice cream tersebut kamu suapkan ke dalam mulutmu malah memecah tangismu semakin hebat.

Saking tak kuasanya kamu menahan kesedihan itu sampai membuatmu kembali menundukkan kepalamu di meja makan tersebut. Semua orang sadar, kamu menangis dalam diam, namun tak ada seorang pun yang berusaha menenangkan mu atau sekedar peduli padamu.

Semuanya ikut mengambil jarak berkat kematian Sooyoung yang begitu mendadak dan mengejutkan semua orang. Heeseung benar-benar sukses menempatkan dirinya dalam posisi yang amat krusial dalam hidupmu.

Jay Park yang merasa tangismu semakin kencang setelah membaca catatan darinya pun berniat bangkit dari duduknya, namun dengan cepat Jungdae menahannya dan berusaha menyadarkan lelaki itu untuk tidak membuat keributan lagi. "Jangan bos!" cegah anak buah paling terpercaya Jay Park tersebut. Jay Park pun menurut dengan tak henti mengupas kulit bibirnya, pertanda lelaki itu merasa begitu cemas saat melihat dirimu yang terus menangis di meja restoran itu.

Jay Park tak bermaksud membuatmu sedih dan kamu sadar benar atas niat baik lelaki itu. Kamu menangis karena kamu ingin sekali menghambur dalam pelukan Jay Park untuk meminta tolong pada lelaki itu. Tapi, berulang kali logikamu berusaha menyadarkan kalau lelaki itu sebenarnya juga tak baik untukmu.

Setidaknya, Jay Park lelaki yang kamu cintai dan dapat kamu andalkan selama ini. Dia juga tak akan memukulmu jika tidak kamu ciptakan duluan permasalahan di antara kalian. Hatimu terus menuntun mu kembali pada Jay Park, namun logika mu tak kalah berusaha untuk menyadarkan mu dari perasaan cinta yang membutakanmu.

"Kenapa?" Heeseung yang baru kembali dari kamar mandi begitu terkejut saat melihatmu telah tertunduk dalam keadaan menangis kejar. Heeseung elus punggungmu, namun langsung kamu buat gerakan untuk menolak sentuhan lelaki itu dengan menyuapkan kembali ice cream pemberian Jay Park ke mulutmu.

"Ice cream nya manis." jawabmu singkat dengan suara yang bergetar.

"Kok nangis?" tanya Heeseung masih berusaha menahan kekesalannya atas penolakanmu tersebut.

"Aku tak menangis," Bahkan, tak ada panggilan manja yang kamu berikan pada lelaki itu.

"Mau kembali ke kamar?" tawar Heeseung, kembali berusaha mengelus punggungmu. Namun, kamu terus berusaha menghentikan sentuhan lelaki itu di tubuhmu.

"Belum, aku mau habisin dulu ice cream-nya dulu." tentu saja, ice cream tersebut dari Jay Park dan tak akan kamu sia-siakan pemberian lelaki itu.

"Oppa boleh cicip?" tanya Heeseung sekali lagi, untuk melihat reaksi tak terdua darimu untuk menolaknya. Namun, untuk kali ini kamu sengaja mengatakan penolakan itu dengan nada yang manja.

"Tak boleh, tinggal sedikit!" jawabmu yang langsung dijawab tawa paksa oleh lelaki itu. Setelah menghabiskan ice cream pemberian Jay Park, Heeseung duduk kembali ke kursinya sambil terus menatapmu dalam diam. Seorang anak buah Heeseung pun tiba-tiba datang dan membisikkan sesuatu pada lelaki itu.

Seketika suasana di meja makan itu menjadi semakin tidak kondusif, apalagi setelah kamu menyadari tatapan tajam dari pemilik barumu tersebut. Jantungmu semakin berdegup kencang saat Heeseung bertanya, "Enak ice cream dari Jay Park?" dengan suara yang berat dan penuh penekanan.

TBC

Dapat ga sih feel marahnya yn?
Sudahkah kalian siap menghadapi amarah Heeseung?

Dapat ga sih feel marahnya yn? Sudahkah kalian siap menghadapi amarah Heeseung?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CONSUMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang