Seorang gadis yang tengah fokus pada surat absen di kelas yang cukup sunyi tadinya kini teralihkan pada suara pintu yang terbuka dengan kasar. Pandangannya tertuju pada sesosok pria yang dikenal sebagai preman disekolahnya yang tak lain adalah Ma Taeso.
Tak banyak yang ingin ikut campur dalam masalah yang melibatkan Taeso karena sudah dipastikan mereka akan dihajar habis-habisan. Anak remaja berusia 17 tahun yang urakan dan berwajah tampan itu seakan mengundang banyak orang untuk menakuti sosoknya yang terlihat seperti preman yang mengerikan.
Y/n sebenarnya tak ingin mengurusi anak-anak dengan jumblah nama di buku kasus yang sangat banyak dengan bermacam-macam kasusnya. Tapi, sebagai seorang ketua kelas mau tak mau ia harus membantu beberapa anak lainnya karena ia selalu menerima komentar tentang Taeso yang tidak piket dan mengerjakan tugas.
"Taeso kau harus piket hari ini."
Lelaki remaja yang merasa terpanggil itu menolehkan pandangannya, rambut panjang dengan sedikit ikat itu membuat ia semakin urakan dengan bando sebagai pelengkapnya. Maniknya menyipit menatap sosok gadis yang berlabel ketua kelas itu.
Ma Taeso melihat jelas ketenangan dari gadis bernama Y/n, bagaimana ia tahu tak banyak gadis mau berbicara padanya karena ia adalah sosok yang paling dijauhi entah karena kenakalan ataupun hal lain.
"Tidak mau."
Y/n merapikan poninya sebentar sebelum melihat buku kasus yang berada didepannya, "Kau sudah absen setengah semester dan tidak pernah piket. Ibu Kim akan memanggilmu nanti jika kau tidak piket hari ini."
"Lalu? Kau pikir aku perduli?"
Helaan nafas gusar terdengar, Y/n begitu tak menyukai anak-anak yang selalu membuat dirinya harus bekerja dua kali. Sebagai ketua kelas yang teladan tentu Y/n tidak ingin ada masalah selama masa jabatannya, namun ketika melihat teman-teman yang sudah diatur itu membuat dirinya semakin kesal karena ia tentu akan melaporkan kepada guru dan ia harus menegur teman-temannya lagi dan membuat itu semua membuang banyak waktu.
