16. Gagal

548 41 6
                                    


______________________

Terik mentari pagi hari menghangatkan suasana kebun saat ini. Tiara yang sedang menyirami tanaman bunga terlihat begitu menikmatinya, hingga terdengar suara senandung yang keluar dari bibirnya.

Namun, tiba-tiba senandung itu terhenti begitu Tiara terdiam sambil memerhatikan satu tangkai daun dari tanaman pot bunga.

"Itu ulat bukan, sih?" tanyanya dengan suara lirih dan mata memicing.

Karena rasa penasaran, lantas Tiara menyemprotkan air selang ke arah ulat tersebut, guna meyakinkan dugaannya. Benar saja, begitu air mengenai ulat, tubuh ulat itu pun meliuk-liuk berusaha untuk naik ke ujung tangkai daun.

Tiara yang melihat itu segera mundur satu langkah dari sana. Dengan tubuh bergidik geli Tiara bergumam, iih, tuh kan bener itu ulat!

"Dasar anak kecil!"

Suara bariton terdengar jelas dari balik punggung Tiara. Sontak Tiara pun berbalik dan mendapati Mayor Juna sedang berdiri tegap dengan posisi kedua tangan masuk ke dalam saku celana.

"Kapan dia datang kesini? Kok, saya bisa nggak sadar ya?" Memandang sambil bicara di dalam hati.

"Sama ulat aja takut, dasar anak kecil!" Mayor Juna kembali meledek.

"Saya nggak takut dan saya juga bukan anak kecil!" protes Tiara setelahnya dengan ekspresi wajah masam.

"Kalau bukan anak kecil kenapa langsung mundur begitu liat ulat? Harusnya diambil ulatnya biar nggak ngerusak tanaman!" tantang Mayor Juna sengaja mengetes keberanian Tiara.

"Rencananya juga begitu, baru mau saya ambil setelah matiin keran air dulu!" berkilah sebisa mungkin agar tidak terus-menerus mendapat ledekan dari Mayor Juna.

Mendengar itu lantas Mayor Juna terkekeh kecil. "Alasan aja!"

Tiara hanya bisa membalas dengan mendengus sambil berjalan melewati Mayor Juna. Rupanya Tiara hendak mematikan keran air, lalu mengambil kantong keresek kecil dan setangkai batang kecil. Mayor Juna terus memerhatikan gerak-gerik Tiara sambil tersenyum-senyum kecil.

Batang kecil yang diambil Tiara rupanya digunakan untuk mengambil ulat, dan nantinya ulat itu segera dimasukkan ke dalam kantong keresek.

"Ambil langsung pakai tangan!" celetuk Mayor Juna.

"Mas Mayor nggak liat ini saya juga ambilnya pakai tangan bukan pakai kaki!" protes Tiara dengan wajah sebal bercampur rasa takut.

"Pakai tangan bukan pakai batang kecil!" celetuk Mayor Juna lagi yang kali ini lebih diperjelas.

"Ih bawel banget sih! Udah bagus saya mau usaha ngambil ini ulat!" Menggerutu tanpa suara.

Tiara memilih untuk tidak meladeni ucapan Mayor Juna, sebab ia memilih untuk fokus mengambil ulat itu. Meski dengan tangan gemetar dan mulut yang terus saja komat-kamit mengucapkan kalimat tak jelas, Tiara akhirnya berhasil mengusir ulat itu dari tangkai daun.

"Nih, lihat! Ulatnya udah berhasil saya masukin ke kantong keresek!" Dengan bangga Tiara menunjukkan keberhasilannya itu di depan Mayor Juna sambil memperlihatkan ulat yang berada di dalam keresek putih.

"Jadi, saya bukan anak kecil! Umur saya udah 28 tahun!" sambung Tiara mempertegas sekaligus memberitahu umurnya pada Mayor Juna.

"Baru satu ulat jangan bangga dulu! Di sana masih banyak ulat yang menggantung di daun. Kalau emang kamu bukan anak kecil, gih, ambil semua ulat-ulat itu!" Sambil menunjuk ke arah semua tanaman Mayor Juna sengaja ingin menakut-nakuti Tiara.

"Hah?" Tiara ikut menoleh ke arah yang ditunjuk olehnya, wajah yang semula senang kini memelas seketika begitu melihat banyaknya tanaman yang berjejer, dan itu berarti Tiara harus mengumpulkan ulat sebanyak tanaman yang ada di sana. "Mas, serius jangan bercanda?"

"Kenapa, kamu takut? Katanya udah 28 tahun bukan anak kecil lagi?" ledek Mayor Juna dengan raut wajah senang begitu melihat ekspresi ketakutan Tiara.

"Ya kalau ulatnya sebanyak itu, ya saya takut!" jawab Tiara dengan suara lirih tanpa menatap ke arah Mayor Juna.

"Tiara!"

Panggilan dari seseorang yang berjalan mendekat, seketika membuat Tiara dan Mayor Juna menoleh secara bersamaan.

"Hai Tiara, gue cari-cari ternyata lo di sini!" ucap Herlino dengan napas tersengal.

"Ada apa Mas? Kenapa nyariin saya?" tanya Tiara bingung.

"Nggak ada apa-apa sih, cuma pengen ketemu sama lo aja," jawab Herlino diiringi dengan senyum garing. "Eh, ada Mayor Juna disini?" sambungnya begitu menoleh.

Mayor Juna tak membalas wajahnya justru terlihat datar dengan perasaan tanda tanya di dalam pikirannya. Sejak kapan Herlino kenal dengan Tiara?

"Tia, boleh bicara sebentar?" pinta Herlino tak sabar untuk bicara berdua dengan Tiara.

"Enggak boleh!" tukas Mayor Juna tegas yang langsung menjawab permintaan Herlino.

Keduanya pun menoleh menatap ekspresi wajah Mayor Juna yang tampak begitu datar dan dingin. "Gue kan nanya ke Tiara bukan ke Mayor Juna?" bisik Herlino berkomentar.

Tahu akan suara bisikannya itu lantas Mayor Juna kembali bersuara, "Ini jam kerja, bukan waktunya untuk mengobrol!" Menegur, "Cepat kerjakan tugasmu, Tiara!" perintah Mayor Juna dengan suara lantang.

Terkejut dengan suara lantangnya, Tiara pun cepat-cepat berbalik dan berjalan-melanjutkan kembali tugasnya. "Maaf Mas, saya kerja dulu ya!" ucap Tiara sebelum berlalu.

Herlino mengangguk dan tersenyum. "Iya. Nanti kita bicara pas istirahat aja."

Sementara Mayor Juna masih terus menatap keduanya dengan perasaan aneh yang tiba-tiba membuat kesal. Dalam waktu sepersekian detik wajah yang semula senang saat mengerjai Tiara, kini justru dengan cepat berubah.

"Misi Mayor Juna." Herlino berpamitan ketika hendak berjalan pergi dari sana.

Masih dengan respon yang sama, diam dan datar. Itulah yang Mayor Juna tunjukkan saat membalas pamitan dari Herlino. Begitu keduanya telah menjauh, Mayor Juna mengeluarkan sesuatu dari kantong saku celananya.

"Kayanya bukan waktu yang pas buat ngasih ini ke dia!" Kembali memasukkan benda itu ke dalam saku celana.

Sedang Tiara sibuk mencari-cari ulat pada ranting tanaman bunga. Dengan perasaan takut sekaligus geli, Tiara menggerutu sendiri.

"Harusnya tadi saya minta tolong aja sama Mas Herlino ya! Huuuh, Mayor Juna itu kenapa galak banget, sih!"

Sibuk mencari nyatanya tak satupun ulat yang Tiara temukan di sana, meski telah diperiksa dengan teliti. "Mana ulatnya? Katanya banyak di sini, tapi nggak ketemu satupun. Apa jangan-jangan dia cuma ngerjain saya aja ya? Ih ngeselin banget kalau sampai bener dia ngerjain saya!" Berdecak dengan wajah masam.

Ya, Mayor Juna hanya berpura-pura mengerjai Tiara, sebab Mayor Juna sendiri sudah lebih tahu bahwa semua tanaman bunga milik Pak Johan jarang dihinggapi ulat. Mungkin hanya ada beberapa hama ulat saja yang berada di tanaman, itupun setelahnya akan mati dengan sendirinya, karena sebelum itu tanaman telah disemprotkan obat anti hama, sehingga tidak banyak daun yang bolong dan rusak akibat ulah hama ulat.

____________________

Telat up karena aku harus di rawat 😢 selama Ramadhan ini ternyata dikasih sakit, tapi nggak apa-apa ambil hikmahnya aja dan Alhamdulillah kemarin aku udah balik dari Rumah sakit. Harus disuruh bedrest dulu, tapi nggak sabar pengen terus lanjutin cerita ini.

Untuk readers izin ya kalau nanti aku up ceritanya sedikit ngaret, insyaallah aku bakalan terusin kok cerita Mayor Juna dan Tiara sampai ending. Jangan bosen² ya untuk terus dukung cerita ini melalui vote dan komentar kalian.

Selamat membaca kembali kisah Mayor Juna dan Tiara (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠











That SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang