___________________
Mayor Juna bersiap-siap pulang setelah tugasnya selesai, dan ia juga telah meminta izin pada Pak Johan untuk kembali pulang ke rumah pribadinya di salah satu daerah yang tak jauh dari kediaman Pak Johan.
"Kamu jadi pulang?" tanya Rafli yang kebetulan berpapasan dengannya.
"Iya. Lumayan dapat libur 3 hari, jadi manfaatin istirahat di rumah," jawab Mayor Juna sambil berjalan beriringan dengan Rafli.
"Iya bener. Emang paling bagus liburan di rumah aja, ngabisin waktu buat santai-santai di rumah udah paling enak!" seru Rafli mendukung ucapannya.
"Kalau gitu saya deluan!" Mayor Juna tersenyum sambil menepuk pundak Rafli seusai berpamitan.
"Ok. Hati-hati di jalan ya!" sahut Rafli memberikan pesan sebelum akhirnya mereka berjalan terpencar.
Rafli pergi ke arah pendopo sementara Mayor Juna ke area parkiran. Mobil berwarna hitam dengan tipe SUV terlihat gagah sama seperti dengan pemiliknya terparkir rapi di sana.
Mesin mobil lantas dinyalakan seusai Mayor Juna berada di dalam, dan tak lama mobil pun melaju meninggalkan halaman rumah kediaman Pak Johan. Tiba dipertengahan jalan, Mayor Juna justru melihat Tiara yang sedang berlari kecil ditengah gerimisnya hujan. Segera Mayor Juna menghentikan laju kendaraan di sisi jalan setelah sebelumnya sempat membunyikan klakson mobil.
Keluar dari mobil sambil membawa payung hitam dalam genggaman. Payung hitam itu lantas disodorkan untuk Tiara, meski Mayor Juna sendiri tak peduli jika dirinya kehujanan.
"Kenapa jalan kaki? Motor kamu rusak lagi?"
"Hah? I-iya." Suara Tiara terdengar gemetar dan terbata-bata.
Mendengar dan melihat ekspresi wajah yang saat ini Tiara tunjukkan, Mayor Juna pun segera menawarkan tumpangan untuknya. "Masuk ke mobil, biar saya antar kamu pulang."
"Hah?" masih terlihat bingung dengan ekspresi wajah yang sama.
"Kamu mau pulang kan?"
"I-iya"
"Yaudah ayo saya antar!"
"I-iya." Terus menjawab kata yang sama dengan anggukan kecil.
Mayor Juna menilai jika ekspresi itu merupakan ekspresi ketakutan Tiara. Sedangkan bukan ketakutan yang sedang Tiara rasakan, melainkan perasaan lain yang tiba-tiba muncul dari dalam benak dan hatinya, yang bahkan Tiara sendiri pun tak tahu perasaan seperti apa.
•••
Suasana sunyi mendera di antara keduanya. Sejak tadi Tiara maupun Mayor Juna terus terbungkam tak bicara, hanya suara rintik hujan yang terdengar dari luar jendela mobil.
Suasana macam apa ini? Kenapa saya jadi canggung begini? gumam keduanya dari dalam hati.
"Em..." Sama-sama menoleh dan bersuara, sehingga membuat suasana di dalam mobil terasa semakin canggung.
"Silahkan kamu bicara deluan!" ujar Mayor Juna menoleh kembali.
"Maaf." Tiara menatap Mayor Juna dengan tatapan penuh.
"Maaf untuk?" tanya Mayor Juna penasaran.
"Maaf selalu ngerepotin terus." Tiara merasa tak enak karena Mayor Juna selalu memberikan tumpangan.
"Santai aja. Kebetulan saya juga mau pulang," balasnya berkata jujur.
Suasana pun kembali terasa hening sesaat pembicaraan usai dan Tiara menunggu giliran Mayor Juna untuk bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Someone
Fanfiction"Galak banget sih, Mas! Saya nggak suka!"~Tiara. "Kalau nggak suka ya nggak apa-apa, saya juga nggak suka kamu!"~Arjuna. Berawal dari mengantar pesanan untuk Pak Johan, Tiara sempat dikira penyusup oleh Arjuna. Lantas keduanya terlibat percekcokan h...