________________________
Langkah tapak sepatu dengan suara tegas terdengar jelas ketika Mayor Juna memasuki ruangan dapur. Matanya menatap Tiara nyalang dan sedetik kemudian suara keras memekik di sudut ruangan.
"Hentikan!"
Sontak suara bariton itu membuat ketiganya terkejut bersamaan dengan melihat ke arah pintu. Mereka juga dapat melihat kemarahan yang tercetak jelas pada wajah Mayor Juna. Hanya saja mereka bingung, ada apa dan kenapa Mayor Juna berbicara keras seperti itu?
Kakinya melangkah masuk lebih dalam, lalu berhenti tepat di depan Tiara, yang saat itu masih memegangi pisau.
"Siapa yang minta kalian untuk mengacak-acak dapur ini?"
Sambil berkacak pinggang Mayor Juna menyorot dengan mata tajamnya yang tepat mengarah pada Tiara. Sementara Tiara menjadi takut dibuatnya. Susah payah meneguk saliva, Tiara pun mencoba menjawab pertanyaan Mayor Juna.
"Maaf. Tapi bukannya kemarin kami diminta untuk membuat soto ayam di dapur Pak Johan?"
"Apa ada konfirmasi sebelumnya?"
Balik bertanya masih dengan nada suara yang sama. Lantas Tiara pun segera mengeluarkan ponsel dari saku celana. Menekan layar pada menu aplikasi WhatsApp.
"Ini, pesan yang kemarin malam Mas Mayor kirimkan pada saya!" Menunjukkan layar ponsel yang berisikan percakapan mereka.
"Baca dengan teliti!"
Mayor Juna mengomeli setelah sekilas melihat isi percakapan itu. Kini matanya kembali melotot tajam ke arah Tiara.
"Hah?"
Tentu saja ucapannya itu membuat Tiara bingung, sebab seingat dirinya malam kemarin telah membaca betul-betul pesan tersebut. Namun, sayang Tiara lupa untuk membalas pesannya dan yang lebih parah lagi Tiara tidak menyadari akan panggilan dan pesan Mayor Juna pagi tadi.
"Astaghfirullah, saya belum balas ya? Aduh!!"
Lantas Tiara pun merasa bersalah pada Mayor Juna. Sambil menunduk Tiara meminta maaf. "Maaf, Mas Mayor, saya salah. Saya lupa membalas pesan kemarin malam."
"Terus?"
"Saya mengaku salah." Tak berani mengangkat wajah. Tiara terlalu takut melihat wajah Mayor Juna ketika sedang marah seperti saat ini.
"Bereskan semua dan tinggalkan tempat ini!" perintahnya sebelum berbalik hendak melangkah.
"Tapi Mas Mayor, kami sud—" Ingin berbicara namun, terputus.
"Saya bilang bereskan!!"
Bentakan keras yang dilakukan Mayor Juna refleks membuat ketiganya tercengang. Bahkan suara itu terdengar sampai ke luar ruangan.
Pak Johan yang sedang berjalan pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah ruang dapur yang ada di lantai bawah.
"Ada apa itu, Eky?" tanya beliau penasaran.
"Sepertinya Mayor Juna sedang menegur salah satu petugas masak yang bertugas hari ini, Pak."
"Kita ke sana!" Memutar balik badannya untuk menuruni anak tangga.
"Siap, Pak!" Mengikuti langkah Pak Johan.
Sementara yang menerima bentaknya hampir menangis cc. Tidak pernah sebelumnya Tiara mendapat bentakan dari seorang lelaki, bahkan almarhum ayahnya saja tidak pernah membentak dengan suara keras seperti itu.
"Ayo, Tia, kita bereskan!" bisik Ratih menarik tangan dan membawanya menjauh dari Mayor Juna.
"Mayor Juna!" panggil Pak Johan saat masuk ke dalam ruang dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Someone
Fanfiction"Galak banget sih, Mas! Saya nggak suka!"~Tiara. "Kalau nggak suka ya nggak apa-apa, saya juga nggak suka kamu!"~Arjuna. Berawal dari mengantar pesanan untuk Pak Johan, Tiara sempat dikira penyusup oleh Arjuna. Lantas keduanya terlibat percekcokan h...