23. Gaya memasak Mayor Juna

561 46 0
                                    

______________

"Kalau begitu bagus, kamu juga bisa sekalian antar Tiara pulang nanti." Pak Johan tersenyum senang.

Ada arti dibalik senyuman itu yang hanya beliau sendiri yang tahu. Tanpa memberi tahu pada keduanya, sebab beliau punya maksud dan tujuan di sana.

"Hah? Nggak...nggak usah Pak, say—" Tiara kembali menolak namun, kalimatnya terputus begitu Mayor menyela.

"Baik, Pak," sahutnya mengiyakan perintah Pak Johan ikut tersenyum.

Sepertinya kedua pria itu memiliki tujuan yang sama, dan itu terlihat pada tatapan mata serta bahasa tubuh mereka yang memperlihatkan sebuah isyarat.

Ish apa sih dia?

Tiara berbalik menatapnya sambil mendengus sebal, karena Mayor Juna terus saja mengambil sikap tanpa persetujuan dirinya.

"Baik kalau begitu, nikmati makan siang kalian," pesan Pak Johan. "Ah, iya, kalian nggak perlu antar saya ke depan, lanjutkan saja kegiatan memasaknya," sambung beliau lalu benar-benar melangkah pergi.

"Baik Pak. Hati-hati di jalan," balas Mayor Juna dengan sopan.

Begitu Pak Johan tak lagi di sana, Mayor Juna menghampiri Tiara yang masih berdiri di tempat sambil membawa apron.

"Ini!" Menyerahkan apron itu padanya.

Tiara menoleh dengan wajah jengkel kelewat lucu menurut Mayor Juna. Ya, Mayor Juna ternyata tahu apa yang sedang Tiara rasakan saat ini. Berada di rumah seorang pria yang hanya dihuni oleh ia sendiri, bukan tidak mungkin Tiara merasa was-was.

"Ini mau diambil atau mau saya yang pakein? ucapnya mengulang kalimat yang sama sambil menyodorkan apron.

Tiara mengambil apron itu lalu bertanya, "ini saya pakai buat apa?"

"Bantu saya masak," jawab Mayor Juna setengah berbisik dan balik berjalan.

"Masak? Kita berdua?" tanya Tiara dengan mata mendelik dan berbalik ke arahnya.

"Iya berdua, emang kamu mau sama siapa lagi?" Mayor Juna mengambil talenan dan pisau. "Tadinya sih, saya mau ngajak teman wanita," sambungnya menatap Tiara.

Mendengar itu lantas Tiara merasa cukup lega. "Yaudah ajak aja Mas!" usulnya segera.

"Kamu yakin minta saya ngundang dia?"

"Iya yakin. Kan bagus kalau nambah teman buat main ke sini, jadi kita nggak berduaan aja!" sahutnya penuh keyakinan meski dibalik itu Tiara menyimpan rasa cemas.

"Ok. Kalau gitu saya panggil sekarang ya?"

"Iya, panggil aja." Memasang apron.

"Mbak kunti, ada yang ngajak main nih!" seloroh Mayor Juna ketika ingin menakut-nakuti Tiara.

Seketika itu Tiara segera bersembunyi di balik punggung gagah Mayor Juna. "Mas, ya ampun, ngomong dong kalau temannya itu hantu!" ucapnya setengah mengomel sembari mengintip.

Mendengar itu Mayor Juna hanya tersenyum dan hampir tertawa, meski tak dapat melihat ekspresi wajah ketakutannya secara langsung namun, Mayor Juna bisa menebak bagaimana perasaan takut Tiara saat ini.

That SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang