1. Kesasar

3.3K 81 1
                                    


________________________

"Tia, tolong kamu antar ini ke rumahnya Pak Johan, ya!"

Menatap keresek merah yang diserahkan oleh sang ibu, lalu bertanya kemudian dengan ekspresi mengerinyit penasaran, "ini apa, Bu?"

"Soto ayam. Kemarin ada ajudan Pak Johan datang kemari dan beliau meminta dibuatkan 5 bungkus soto ayam untuk sarapan pagi di rumahnya."

"Tumben banget Pak Johan mau sarapan pagi pakai soto buatan orang kampung, Bu? Apalagi nyuruh ajudannya langsung yang datang ke sini?" Tangannya sibuk mengaduk kuah soto yang ada di dalam mangkuk bercorak ayam.

"Loh, bagus dong kalau Pak Johan mau pesen soto ayam buatan ibu! Memangnya nggak boleh orang seperti Pak Johan makan soto ayam buatan orang kampung?"

"Setau Tia, orang-orang kaya seperti Pak Johan sarapannya pakai roti atau sereal gitu bu!" Menjawab sembari menuangkan beberapa sendok sambal ke dalam mangkuk.

"Nggak ada salahnya juga toh, kalau orang kaya mau makan soto? Memang ada larangannya?" tanya sang ibu dengan wajah sedikit jengkel.

"Nggak ada sih!" Tia terkekeh sambil menerima kantong keresek yang sedari tadi masih dipegang oleh ibunya.

"Dasar kamu ini!" berdecak kecil sambil menggelengkan kepala. "Habis makan langsung antar ya!" lanjutnya memberi perintah sebelum berjalan keluar rumah.

"Iya, siap Komandan!" Memberi hormat dengan sikap berdiri tegak, kemudian duduk di kursi dan melahap sarapan paginya.

••••

Tin!

Tiara membunyikan klakson motor matic-nya di depan pagar rumah Pak Johan. Tak lama kemudian keluarlah seorang pria bertubuh tegap menghampiri Tiara.

"Eh, ada mbak Tia. Ada apa, mbak?" Tersenyum ramah meski wajahnya tampak sanggar.

"Mau nganter soto, Mas. Kata ibu, Bapak pesen soto ayam buat sarapan." Menunjukkan keresek merah pada sang penjaga.

"Oh gitu. Yasudah langsung masuk aja mbak, kebetulan tadi Pak Arjuna juga ngasih tahu ke saya, kalau ada yang antar soto ayam diminta langsung masuk aja!" Sang penjaga yang bernama Wirawan segera membuka pintu gerbang.

"Oke Mas, makasih." Motor matik kembali melaju melewati pintu gerbang seusai Tiara kembali menekan klakson.

Tepat setelah motornya berjalan masuk ke dalam, kepala Tiara menoleh ke kiri dan kanan merasa takjub saat melihat luas dan asrinya kediaman Pak Johan. Bahkan tanpa sadar suara decakan kagum pun terus menerus keluar dari bibirnya.

Wah, selama 15 tahun tinggal di daerah sini, baru kali ini saya bisa masuk ke dalam rumahnya Pak Johan. Luas banget ya ternyata, udah sejuk asri lagi. Banyak pepohonan dan tanamannya juga, keren!

Semakin jauh berjalan masuk ke dalam, Tiara semakin bingung untuk mengantarkan pesanan soto ayam itu. Bahkan ia juga bingung harus menghentikan kendaraannya di mana.

"Ini dari tadi saya jalan, kenapa nggak ketemu bangunan rumahnya? Apa disini cuma perkebunan aja ya?" Celingak-celinguk mencari seseorang yang sekiranya bisa ditanya.

Drttt!

Tiara merogoh saku celananya guna mengambil ponsel yang bergetar di dalam sana. Dilihatnya layar yang menunjukkan notifikasi sang penelepon.

Ibu❤️
Halo Tia, kamu udah antar soto ayamnya ke Pak Johan, kan?

Tiara
Belum Bu. Ini kayanya Tia kesasar deh!

Ibu ❤️
Kok bisa kesasar?

Tiara
Tadi Tia udah masuk pintu gerbang rumah Pak Johan, tapi kenapa nggak lihat gedung rumahnya ya?

Ibu ❤️
Bangunan rumah Pak Johan nggak jauh dari pintu gerbang. Kamu masa nggak lihat?

Tiara
Eh, emang iya ya bu?

Ibu ❤️
Iya. Kamu matanya lihat kemana sih?

Tiara
Maaf bu, tadi sangking takjubnya jadi nggak sadar kalau udah ngelewatin bangunan rumahnya. (Terkekeh malu) Yaudah Tia puter balik deh!

Ibu ❤️
Yasudah cepat ya! Takut keburu dingin sotonya.

Tiara
Iya bu, Tia ngebut.

Ponsel segera dimasukkan kembali ke dalam saku celana, lalu Tiara memutar arah sebelum akhirnya menancap gas. Hanya butuh 3 menit saja Tiara pun berhasil menemukan bangunan rumah. Lantas motor diparkiran tepat bersebelahan dengan kolam ikan.

Suasana kediaman Pak Johan pada pagi itu terlihat sunyi, tak tampak seorang pun berada di sana. Hingga Tiara berinisiatif untuk mengetuk pintu, berharap ada seseorang di dalam sana.

Namun, sayang beberapa kali mengetuk pintu sambil memberi salam, nyatanya tak ada satupun sahutan yang terdengar dari dalam sana.

Ini orang-orang rumahnya pada kemana sih? Kok sepi banget?

Tak sengaja telapak tangan kanan Tiara menyentuh dinding pintu, sehingga pintu pun terbuka. Sekilas kedua matanya mengintip dari celah pintu yang terbuka, melihat sekiranya ada penghuni di dalam.

Derap kaki perlahan melangkah masuk sembari kepala yang terus celingak-celinguk. "Assalamualaikum, permisi!"

Hening~

Langkah kaki pun semakin masuk ke dalam-memeriksa. Namun, semakin masuk ke dalam justru Tiara merasa seperti tersesat di dalam bangunan.

Sumpah ini saya nyasar dua kali di rumah Pak Johan? Nggak lucu banget ya!

Tiba-tiba dari belakang ada seseorang menarik tangan kiri Tiara dengan paksa dan lehernya pun dibekap lengan kekar.

"Eh!"

_____________________________

That SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang