21. Meleyot

545 38 4
                                    

_________________

Mobil mewah berwarna putih lantas berhenti tepat di depan sebuah halaman rumah. Entah siapa pemiliknya Tiara sendiri juga tak tahu.

Tiara ikut turun bersamaan dengan Pak Johan, lalu berdiri di belakangnya. Kedua manik mata menatap bangunan rumah yang terlihat cukup megah.

Ini rumah siapa? Apa rumah Pak Johan yang lain?

Supir pribadi Pak Johan segera menekan bel, lalu menunggu sang pemilik rumah untuk membuka pintu. Tak lama kemudian pintu terbuka menampakkan seseorang dengan setelan pakaian santainya, celana pendek berwarna coklat gelap dipadu dengan kaos berwarna putih polos.

Dia!

Keduanya sama-sama berseru di dalam hati dengan mata yang saling bersitatap. Perasaan terkejut pun dirasakan Tiara dan juga Mayor Juna saat ini.

Kenapa dia ada di sini? ~ Mayor Juna.

Kenapa Pak Johan ngajak saya ke sini? ~ Tiara.

Begitulah pertanyaan yang ada di dalam pikiran mereka masing-masing. Pak Johan melihat Mayor Juna yang berdiri diam sambil menatap ke arah Tiara, begitu juga sebaliknya, membuat Pak Johan bertanya-tanya mengenai kedekatan hubungan keduanya.

Ehemm!

Pak Johan berdeham guna menegur sikap Mayor Juna yang mendiaminya di sana, seakan merasa menjadi orang ketiga di tengah-tengah mereka.

"Ya, selamat pagi, Pak!" sapa Mayor Juna dengan suara tegas sambil memberi hormat, seusai menyadari akan teguran dari Pak Johan.

"Selamat pagi. Apa saya boleh masuk, Arjuna?" Mayor Juna lupa akan mempersilahkannya untuk masuk ke dalam rumah.

"Siap. Silahkan, Pak!" Mempersilahkan setelah bersikap hormat.

Kaki Pak Johan berjalan masuk ke dalam rumah namun, sebelum itu beliau menepuk pundak Mayor Juna sambil berkata, "santai saja, ini kan waktu liburmu." Meninggalkan pesan karena melihat sikap tegangnya.

Setelah Pak Johan masuk, Tiara pun turut dipersilahkan Mayor Juna untuk masuk ke dalam rumah, meski tanpa suara karena Mayor Juna hanya menggunakan bahasa tubuhnya dengan cara menggerakkan sedikit kepala.

Tepat begitu masuk, ekspresi takjub dirasakan Tiara tatkala manik mata mengerling ke segala sudut ruangan, menatap isi di dalamnya.

Wah, besar banget rumahnya. Rapi dan juga bersih. Ini pasti orang tua Mas Mayor rajin bersih-bersih rumah.

"Tiara, ayo duduk, jangan hanya diam saja di sana!" Pak Johan memanggil sambil membalikan kepalanya ke arah Tiara.

"Eh, iya, Pak!" Menurut dan tersenyum kikuk, kemudian duduk di deretan sofa kecil yang tepat berada di samping Pak Johan.

"Hei, kamu tidak boleh duduk di sebelah Pak Johan!" tegur Mayor Juna segera, sehingga membuat Tiara mendongak menatapnya

"Sudah biarkan, tidak apa-apa," balas Pak Johan membebaskan Tiara untuk duduk di sana. "Duduklah, Arjuna!" sambung beliau meminta.

Mayor Juna hanya bisa menurut, kemudian duduk di sebrang sofa.
"Saya ambil minum ke dapur sebentar," ucapnya kembali berdiri hendak membuatkan minuman.

That SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang