____________________Keduanya pun akhirnya menghampiri kepala PRT yang saat itu sedang melaksanakan tugasnya di kebun belakang halaman rumah.
"Bu Nur," panggil Ageng saat berdiri di belakangnya.
Bu Nur yang merupakan kepala PRT lantas berbalik dan menyahuti panggilan Ageng. "Mas Ageng, ada apa?" tanyanya.
"Saya dapat perintah dari Bapak untuk mengantarkan Tiara pada Ibu Nur," ucap Ageng memberitahu.
"Oh iya. Baik Mas, terima kasih!" Tersenyum pada Ageng selepas melirik ke arah Tiara.
"Ya sudah kalau begitu saya permisi, silahkan dilanjutkan kegiatannya!" pamit Ageng sebelum berjalan pergi.
Begitu Ageng tak berada di sana, Bu Nur lantas bicara pada Tiara. "Kamu Tiara ART baru yang kemarin Pak Johan ceritakan?"
"Hah? I-iya," jawab Tiara mengiyakan dengan canggung, meski ia sendiri tak mengetahui hal apa yang telah Pak Johan ceritakan pada Bu Nur.
"Kalau begitu, mari ikut saya ke ruangan!" ajak Bu Nur sambil berjalan dan Tiara ikut mengekori di belakangnya.
Tiba melangkah masuk ke dalam ruangan, Bu Nur segera membuka salah satu loker penyimpanan barang didekat tembok. Mengambil keresek bening yang di dalamnya terdapat pakaian seragam berwarna hitam.
"Nah, ini seragamnya. Kamu bisa berganti di toilet sebelah sana!" Menunjuk ke arah sisi sebelah kiri setelah memberikan seragam itu pada Tiara.
Tiara mengambilnya dan berjalan menuju toilet saat mendapat perintah. Tak berselang lama setelah berganti pakaian, sejenak Tiara memandangi dirinya pada pantulan cermin wastafel.
Baru tahu kalau art di sini harus pakai seragam. Tapi, keren juga ya seragamnya, jadi kelihatan rapi.
Puas memandangi diri dan memuji seragam yang dikenakan, kakinya pun melangkah keluar dari toilet dan kembali menghampiri Bu Nur. Di sana Bu Nur telah menyiapkan beberapa lembar kertas yang harus dibaca dan dipahami oleh Tiara.
"Sebelum memulai tugas pertamamu, ada baiknya kamu membaca dan memahami isi dari lembar-lembar kertas itu!"
Rupanya isi dari lembaran kertas tersebut mengenai tugas yang harus Tiara kerjakan selama 10 jam dalam sehari dan beberapa peraturan yang harus ditaati olehnya.
"Kamu sudah paham, Tiara?" tanyanya seusai memberi waktu jeda selama 5 menit untuk Tiara membaca.
"Iya Bu," jawab Tiara mengangguk paham.
"Baik. Kalau begitu kamu bisa bertugas sekarang. Oh iya, ini kunci loker kamu!"
"Iya baik. Terima kasih Bu." Berjalan keluar dari ruangan setelah menerima kunci dan mendapat tugas.
•••
Sambil membawa sapu lidi, Tiara siap memulai pekerjaannya membersihkan kebun dari dedaunan kering yang berguguran di atas tanah. Sejenak netra matanya memandangi sekeliling kebun yang cukup luas dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi.
Ayo semangat, Tiara! Kamu pasti bisa!
Sapuan pertama terlihat mudah dan aman-aman saja. Tiara bahkan tampak enjoy menikmati tugasnya yang satu itu. Namun, sayang pada sapuannya yang hampir mendekati akhir, dedaunan kering yang sudah dikumpulkannya menjadi satu hingga membentuk timbunan gunung kecil, berterbangan oleh tiupan angin yang membuat dedaunan itu kembali berserakan.
"Yah!" Hanya satu kata itu yang terlontar dari mulutnya, ketika melihat dedaunan kering berterbangan.
Tak menurunkan semangatnya, lantas Tiara kembali menyapu namun, kali ini gerakkannya terlihat sedikit lebih cepat seakan tengah beradu dengan kekuatan tiupan angin. Akan tetapi, Tiara harus kalah untuk kedua kalinya, sebab dedaunan itu lebih dulu tersapu oleh angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Someone
Fanfiction"Galak banget sih, Mas! Saya nggak suka!"~Tiara. "Kalau nggak suka ya nggak apa-apa, saya juga nggak suka kamu!"~Arjuna. Berawal dari mengantar pesanan untuk Pak Johan, Tiara sempat dikira penyusup oleh Arjuna. Lantas keduanya terlibat percekcokan h...