35. Berdebat dengan Ratih

343 31 6
                                    


_______________________

Semua menoleh menatap Tiara yang berbicara ketika menolak ajakan Pak Johan. Mereka sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya Pak Johan kembali bersuara.

"Kamu baru selesai sehat loh, Tiara!" Ekspresi wajah Pak Johan terlihat tak menyetujui penolakan itu.

"Pak Johan benar, Tia!" timpal Ratih bicara pelan di sampingnya

Tiara justru menyenggol pelan tangan Ratih dengan sikutnya. Hal itu ia lakukan sebagai balasan perkataan Ratih, yang meminta sahabatnya itu untuk diam tak boleh ikut bicara. Paham akan teguran itu, lantas Ratih pun menutup mulutnya rapat-rapat dan berhenti berkomentar.

"Kami pulang naik taksi online, Pak!"

Kini jawaban yang dilontarkan terdengar berbeda dari sebelumnya, dan itu membuat Pak Johan dan yang lainnya mengerinyit kebingungan. Namun, tidak untuk Mayor Juna yang sepertinya paham kemana arah bicara Tiara.

"Loh gimana? Tadi kamu bilang pulang naik angkutan umum, terus sekarang kamu bilang naik taksi online. Jadi yang benar yang mana?"

"Hah? Hmm..." Tiara berdeham tampak tengah berpikir untuk menemukan jawaban yang pas dan masuk akal.

"Sudah. Daripada banyak berpikir lebih baik kamu diantar pulang dengan Mayor Juna saja," pinta Pak Johan kembali.

Tiara menggelengkan kepalanya. "Nggak usah Pak Johan."

"Kalau gitu saya kasih kamu pilihan lagi. Mau diantar pulang Mayor Juna atau ...," terjeda karena Herlino cepat-cepat berbicara.

"Atau saya saja, Pak yang antar!" serunya sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi diiringi ekspresi wajah antusias.

Sontak sikap dan ucapan Herlino membuat semuanya menoleh ke arahnya, dan lagi-lagi Mayor Juna menatap dengan sorot mata tajam dan rahang yang mengeras.

"Jadi kamu pilih siapa Tiara?" Pak Johan pun bertanya, setelah mendapatkan seseorang yang secara suka rela mengantarnya tanpa diperintahkan.

Sejenak netra matanya memandang ke arah Herlino yang tampaknya tak sabar untuk segera dipilih. Kemudian beralih menatap Mayor Juna yang justru kini tengah menatapnya tajam dengan ekspresi wajah datar, dan itu membuat Tiara salah menafsirkannya.

"Saya pilih pulang diantar sama Mas Herlino saja, Pak," ucap Tiara dengan tegas.

"Baik. Kalau begitu, Mayor Juna, Rafli, Herlino, bantu bawa barang-barang mereka untuk masuk ke dalam mobil," perintah Pak Johan sebelum berbalik dan berjalan pergi.

Kebetulan 3 mobil sudah menunggu di depan pintu utama rumah sakit, sehingga mereka tidak perlu lagi menunggu sampai mobil itu datang.

Pintu mobil terbuka lebar untuk Pak Johan yang hendak masuk ke dalam bersama dengan Ageng dan Eky. Setelah masuk barulah pintu tertutup dengan menyisahkan kaca jendelanya saja yang masih terbuka lebar.

"Herlino!" panggil Pak Johan usai melihat pria itu selesai memasukkan barang-barang Tiara ke dalam bagasi mobil.

Herlino berjalan menghampiri. "Iya, Pak," jawabnya berdiri di samping pintu mobil belakang kemudi.

That SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang