43. Dapat hukuman?

370 36 1
                                    


________________________

Drtttt

Ponsel Mayor Juna bergetar dalam genggaman tangannya. Lantas ia melihat notifikasi dari dalam layar. Seketika kedua sudut bibirnya terangkat penuh begitu mendapati pesan dari Tiara.

Ya, pesan singkat itu rupanya datang dari Tiara, yang secara penuh berpikir keras untuk benar-benar mengirim pesan padanya guna bertanya perihal cara membersihkan udang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya, pesan singkat itu rupanya datang dari Tiara, yang secara penuh berpikir keras untuk benar-benar mengirim pesan padanya guna bertanya perihal cara membersihkan udang.

Lagi kerja, kok bisa-bisanya dia main hp! Harus saya tegur kamu!

Mayor Juna bergumam dengan penuh arti dari kata teguran yang dilontarkannya. Sepertinya pria itu memiliki tujuan yang lain namun, memanfaatkan kata teguran. Entah apa itu, hanya Mayor Juna sendiri yang tahu.

"Kamu kenapa Mayor Juna?"

Pak Johan yang sejak tadi memandangnya sedang tersenyum-senyum sendiri, lantas tak tahan untuk bertanya. Atas pertanyaan itu, refleks Mayor Juna memutar tubuhnya menghadap Pak Johan usai berhenti bermain ponsel.

"Siap, tidak ada apa-apa, Pak."

"Nggak ada apa-apa, tapi saya lihat kamu senyum-senyum sendiri?"

"Siap, ini saya dapat pesan chat dari Tiara, Pak."

Pada akhirnya Mayor Juna pun memberitahukannya, tanpa menjelaskan isi chat itu. Bahkan meminta izin pada Pak Johan untuk menegur Tiara.

"Tiara? Bukannya dia sedang bekerja?"

"Iya, Pak." Mengangguk kecil. "Mohon izin, bolehkah saya memberinya teguran?"

"Silahkan. Tapi ingat, hanya teguran kecil saja. Dia masih terbilang baru bekerja di sana, dan mungkin belum sepenuhnya tahu peraturan yang harus ditaati," sahut Pak Johan mengingatkan Mayor Juna.

"Siap. Baik, Pak." Mayor Juna mengangguk paham.

Bukan tanpa alasan Pak Johan berkata demikian, sebab beliau tahu betul bagaimana cara Mayor Juna memberi teguran pada semua pekerja di sana yang ceroboh dan tidak kompeten dalam bertugas.

Bahkan bukan hanya pekerja di kediaman Pak Johan saja yang sudah khatam menerima teguran darinya, semua orang yang berada didekat Pak Johan pun pernah terkena teguran darinya.

Tugasnya sebagai ajudan pemimpin di negara ini, menuntutnya harus bersikap profesional dalam bertugas dan tak pandang bulu. Sekalipun orang itu orang penting dengan pangkat yang lebih tinggi darinya. Semua dedikasinya diperuntukkan untuk Pak Johan seorang. Sebagaimana amanat yang sudah ia ikrarkan sebelum benar-benar menjadi seorang ajudan pemimpin negara.

"Alhamdulillah, selesai juga membersihkan udangnya!"

That SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang