30. Lagi-lagi your hand?

348 27 4
                                    

_________________________

Mobil Pajero sport berwarna hitam terparkir rapi di lahan parkir kediaman Pak Johan. Ternyata Mayor Juna sudah tiba di sana sejak 5 menit yang lalu, dan saat ini ia sedang berada di ruang santai-mengobrol dengan Pak Johan.

"Gimana itu bisa sampai terjadi? Memangnya Tiara tidak memberitahu atau kamu bertanya sebelumnya mengenai alerginya itu?" tanya Pak Johan penasaran dengan apa yang terjadi pada Tiara.

"Siap saya salah, Pak. Saya memang tidak menanyakan hal itu pada Tiara sebelumnya, sehingga saya tidak tahu jika dia memiliki riwayat alergi terhadap makanan laut!" jawab Mayor Juna mengaku atas kesalahan dan keteledorannya.

Pak Johan menghela napas seketika. "Saya jadi khawatir mendengar kabar dari kamu, kalau Tiara sampai sesak napas begitu!"

Mayor Juna hanya diam sambil menunduk singkat, menerima konsekuensi teguran dari Pak Johan atas apa yang terjadi dengan Tiara saat ini.

"Jadi, Dokter bilang apa?" tanya Pak Johan ingin tahu.

"Siap, Dokter sudah mengambil sampel darahnya dan hasilnya akan keluar besok pagi. Saat ini Tiara diminta untuk di rawat di rumah sakit sampai hasil itu keluar, Pak," terang Mayor Juna menyampaikan sesuai dengan perkataan Dokter Poppy.

Pak Johan mengangguk. "Ya, memang baiknya seperti itu. Dokter perlu mengobservasi kondisi kesehatannya agar tidak terjadi hal seperti ini lagi!"

"Siap, iya, Pak."

"Ya sudah, kalau begitu kamu kembali ke sana, jaga dan tunggu sampai Tiara benar-benar sehat. Besok pagi saya akan jenguk ke sana!" perintah Pak Johan sebelum beranjak dari sofa.

"Siap, baik, Pak." Mengangguk patuh dan ikut berdiri.

Saat hendak berjalan melewati Mayor Juna, langkah Pak Johan terhenti. "Hati-hati saat berkendara, karena ini sudah larut malam!" pesannya sambil menepuk sisi pundak Mayor Juna.

Mayor Juna pun kembali mengangguk dan tersenyum kecil saat menanggapi perhatian dari Pak Johan. Meski sempat mendapatkan teguran, Pak Johan ternyata menaruh perhatian penuh terhadap semua ajudan-ajudannya itu. Terlebih pada 4 pria, Mayor Juna, Rafli, Eky dan Ageng yang sudah dianggap anak sendiri oleh Pak Johan.

Tepat pukul 1 malam, Mayor Juna tiba di rumah sakit dan langsung menaiki lantai 5 menggunakan lift. Sebelum benar-benar masuk ke dalam ruang rawat inap, Mayor Juna berhenti tepat di depan pintu melihat sekilas ke dalam dari kaca pintu.

Terlihat di sana Tiara sedang tertidur lelap sambil memegangi tangan Ibunya yang juga sama-sama tertidur namun, tertidur dengan posisi duduk di kursi dan kepalanya bersandar di pinggir ranjang.

Lantas Mayor Juna pun mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam, agar tidak menganggu keduanya beristirahat. Kendati ia ingin sekali meminta Ibu Ani untuk pindah tidur di sofa panjang dekat jendela, karena tahu tidur dengan posisi terduduk seperti itu akan membuat tubuh Ibu Ani pegal.

Lebih baik saya tidak menganggu mereka beristirahat.

Mayor Juna berbalik dan berjalan menuju ruang tunggu yang ada di lantai 5. Beruntung malam ini tidak begitu banyak pengunjung rumah sakit yang menunggu di sana, sehingga Mayor Juna bisa segera duduk dan bersandar dekat dinding.

Sejenak kedua matanya terpejam untuk sekedar mengistirahatkan diri dari segala rutinitas hari ini. Meski lelah namun, Mayor Juna tetap sigap di setiap kondisi apapun, sebab hal itu sudah terlatih sebelumnya semasa ia mengikuti akademi militer.

30 menit kemudian, Mayor Juna terbangun karena mendengar suara seseorang yang tengah memanggil namanya.

"Pak Mayor!"

Rupanya suara itu datang dari Ibu Ani yang sengaja mendatanginya, karena suster yang berjaga sempat memberitahu kalau Mayor Juna berada di ruang tunggu.

"Ibu Ani, ada apa, Bu? Apa perlu sesuatu?" tanya Mayor Juna sambil memperbaiki posisi duduknya agar tegak.

"Pak Mayor mohon maaf, saya minta tolong buat jaga Tiara sebentar, saya mau ke toilet dulu!" ucap Ibu Ani sungkan.

"Oh, iya, baik Bu." Mayor Juna mengiyakan dan segera berdiri dari duduknya.

"Tolong titip sebentar, ya, Pak Mayor!" pinta Ibu Ani sekali lagi.

"Iya, Bu baik," sahutnya penuh kesopanan.

Ibu Ani lantas berjalan lebih dulu ke arah lift. Sementara Mayor Juna berjalan lurus menuju ruang rawat inap Tiara.

Dengan perlahan Mayor Juna membuka pintu tanpa mengeluarkan suara dari pintu ruangan itu, agar tidak menganggu Tiara yang masih tertidur lelap. Kemudian berjalan masuk dan berhenti sejenak di samping ranjang.

Tangan kekarnya memperbaiki posisi selimut yang turun dari tubuh Tiara, menariknya sampai menutupi area dada. Sedetik kemudian memandangi wajah Tiara, lalu tiba-tiba saja Mayor Juna tersenyum hingga terlihat lesung pipinya. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat ini, sampai-sampai bisa membuatnya refleks tersenyum seperti itu.

Tangannya yang masih memegangi selimut lantas terlepas begitu hendak menjauh dan berbalik untuk melangkah. Namun, langkahnya terhenti karena jari-jari tangan Tiara menarik jari telunjuk Mayor Juna, sehingga membuat tubuh Mayor Juna berbalik ke arahnya kembali.

Ayah.

Mayor Juna mendengar dengan jelas suara Tiara yang sedang mengigau, memanggil Ayahnya yang sudah lama meninggal dunia.

Tia rindu.

Tiara kembali bersuara lirih dengan kedua matanya yang masih terpejam. Tangan kanan Mayor Juna mengusap pucuk rambut Tiara dengan lembut, sesaat merasakan apa yang sedang dirasakan gadis itu.

Merasa nyaman dengan perlakuan Mayor Juna, lantas Tiara tersenyum di dalam hati, merasa jika yang sedang mengelus kepalanya saat ini adalah Ayahnya, sebagaimana pernah ia dapatkan sebelum Ayahnya dipanggil oleh Sang Pencipta.

Tiara membawa jari telunjuk Mayor Juna ke dalam pelukan, sehingga tangannya menempel di sisi pipi Tiara dan tubuhnya juga ikut maju-sedikit condong ke depan.

20 menit dalam posisi berdiri seperti itu membuat Mayor Juna sedikit pegal, lantas kaki kanan menarik perlahan kaki kursi kayu yang berada tak jauh dari sisi ranjang.

Membawa kursi itu untuk berada di belakangnya. Setelah berhasil barulah Mayor Juna langsung terduduk di atas kursi itu sambil menghembuskan napas. Berasa kena setrap, ya, Mas Mayor 😂

Tak beberapa lama kemudian Ibu Ani kembali ke ruangan. Namun, langkah kakinya terhenti di ambang pintu ketika melihat Mayor Juna yang tertidur pulas di sisi ranjang, posisinya sama persis seperti Ibu Ani tertidur sebelumnya.

Akan tetapi, ada hal yang membuat Ibu Ani terperangah. Tentu saja itu karena tangan Mayor Juna yang sedang dipeluk Tiara. Melihat itu lantas Ibu Ani merasa tidak nyaman, karena anaknya telah bersikap kurang sopan pada seorang Mayor, perwira TNI yang notabenenya seorang Ajudan dari orang terpandang di Negeri ini.

Dengan segera Ibu Ani melangkah mendekati ranjang dan mencoba melepaskan tangan Mayor Juna dari rangkulan tangan Tiara.

Bukannya berhasil, Tiara justru semakin merangkul tangannya dengan erat, seakan tengah memeluk sebuah boneka. Bahkan terlihat ekspresi wajah ketidaksukaannya ketika Ibunya menarik apa yang ia sukai, meski dengan mata terpejam.

Ck, anak ini benar-benar!

❥~~~~~~~~~~~~~~~~~❥


That SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang