46. Cibiran kasar

399 35 12
                                    


_______________

Suara ketukan pintu terdengar dari dalam ruangan, lantas Ibu Nur segera mengizinkan keduanya untuk masuk ke dalam.

"Silahkan duduk," pinta Ibu Nur mempersilahkan Tiara dan Windi.

Keduanya pun menurut dan sama-sama duduk di depan meja kerja Ibu Nur. Di atas sana Tiara melihat handphone miliknya tergeletak.

"Ada apa ya, Bu? Kenapa saya dipanggil ke sini?" tanya Windi yang penasaran terbalut was-was.

"Berikan handphone kamu, Windi!" pinta Ibu Nur tanpa menjawab pertanyaannya.

"Untuk apa, Bu?" Windi tak memberikan lebih dulu, sebab ia ingin tahu alasannya.

"Handphone kamu mau saya sita, karena kamu juga sama-sama menggunakan handphone di saat jam kerja!" jelas Ibu Nur.

"Tapi, kan Bu, saya gunakan itu untuk ngelaporin Tiara!" seru Windi mencoba membela diri.

Mendengar ucapan itu, sontak membuat Tiara menoleh ke arahnya sambil mengerinyit bingung. Ngelaporin saya? Berarti bukan Mayor Juna tapi Mbak Windi!

"Tetap saja, kamu sama-sama menggunakan handphone. Sekarang berikan handphone kamu atau kamu mau saya berikan SP!" ucap Ibu Nur mengintimidasi Windi.

Sambil berdecak disertai ekspresi kesal, akhirnya Windi menyerahkan ponsel miliknya dan diselingi dengan gerutu pelan yang diakhiri dengan lirikan sinis ke arah Tiara.

Padahal niat saya baik, karena udah ngelaporin dia yang emang nggak becus dalam bekerja!

"Sekarang saya mau tanya sama kamu." Kali ini tatapan matanya beralih ke arah Tiara. "Kenapa kamu harus bertanya jauh-jauh ke Mayor Juna perihal membersihkan udang? Memangnya kamu nggak coba tanya ke teman-teman pekerja lain yang ada di sana?" sambung Ibu Nur bertanya penasaran.

"Pada saat itu di ruangan hanya ada kami berdua, dan saya juga bertanya padanya, tapi Mbak Windi tidak memberitahu. Oleh sebab itu saya berniat mengirim pesan singkat pada Mayor Juna untuk bertanya, karena saya takut salah kalau asal membersihkan udangnya," ucap Tiara bicara jujur.

"Apa benar begitu Windi? Kamu nggak mau ngasih tahu, walau Tiara sudah bertanya sama kamu?" Sebelum menengahi biduk permasalahan yang terjadi, terlebih dahulu Ibu Nur bertanya mengenai kebenaran akan penjelasan dari Tiara.

Sejenak Windi terdiam seperti tengah memikirkan sesuatu. Namun, suara Ibu Nur yang tegas mendominasi di dalam ruangan membuat nyalinya menciut.

Sedang ia sendiri hendak mencoba menyudutkan Tiara dengan mengatakan bahwa penjelasan itu palsu.

"Windi, saya bertanya sama kamu! Apa benar yang dikatakan Tiara?" Ibu Nur menggebrak meja membuat keduanya tersentak.

"I-i-iya benar," jawab Windi gelagapan sambil menunduk takut.

Sambil menggelengkan kepala dan berdecak, Ibu Nur merasa kecewa atas sikap Windi. Tentu saja Windi mendapat teguran dari Ibu Nur.

"Astaga Windi! Kamu ini pekerja lama di sini, tapi kenapa kamu bersikap seperti itu sama Tiara? Harusnya kamu bisa memberikan contoh yang baik padanya, karena Tiara masih terbilang baru kerja di sini, dan tentu saja dia akan banyak bertanya sama kamu," berhenti sejenak, "Sekarang saya ingin tahu alasan kamu yang tidak mau memberitahu Tiara?"

That SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang