20. Diajak pergi

600 41 0
                                    

__________________

"Jadi, sekarang bisa cerita?"

"Cerita apa?" tanya Tiara sambil berjalan ke arah lemari pakaian, hendak mengambil beberapa pakaian untuk dipakai besok.

"Cerita hubungan kamu sama Mas Mayor itu!" terang Ratih memperjelas dengan wajahnya yang penasaran.

"Hubungan apa? Saya sama Mas Mayor nggak ada hubungan apa-apa kok!" jawabnya begitu yakin dan jujur.

"Kalau emang nggak ada hubungan, kenapa Mas Mayor perhatian banget sama kamu? Dari mulai bantuin motor kamu yang mogok, terus nawarin tumpangan dan terakhir ngasih kamu hadiah! Ya, walaupun hadiahnya agak nggak jelas," ucap Ratih panjang lebar dengan tawa kecil diakhir kalimatnya.

Mendengar itu lantas Tiara berdiri terdiam di depan pintu lemari pakaian yang masih terbuka, bahkan tangannya pun ikut berhenti saat hendak mengambil hanger.

Rupanya ucapan yang dilontarkan Ratih membuat Tiara teringat akan hari-harinya bersama Mayor Juna. Dimana Mayor Juna selalu ada pada saat dirinya kesulitan, bahkan Mayor Juna rela kehujanan demi menolong Tiara dari orang jahat.

Dia emang baik banget, tapi saya nggak mau anggap kebaikannya itu sebagai rasa sukanya pada saya! Lagian juga mana mungkin!

"Hei Tia, kenapa bengong?" Panggilan dari Ratih berhasil membuyarkan lamunan.

Tiara menoleh lalu menjawab singkat, "iya."

"Iya apa?" tanya Ratih dengan ekspresi keingintahuannya.

"Iya nggak ada apa-apa!" Suara tawa lantas keluar dari mulutnya.

"Dih, kok ketawa? Udah ngaku aja deh kalau kamu sama Mayor Juna emang lagi pacaran, kan?" sembur Ratih tak sabar ingin sahabatnya itu berkata jujur.

"Siapa yang lagi pacaran?"

Tiba-tiba suara Bu Ani terdengar di dalam kamar ketika Ratih dan Tiara sedang mengobrol. Sontak saja keduanya pun menoleh dengan ekspresi terkejut melihat Bu Ani yang sudah berdiri di ambang pintu.

"I—itu Ratih, Bu!" jawab Tiara dengan suara terbata-bata sambil jarinya menunjuk ke arah Ratih.

Kaget dengan jawaban Tiara lantas membuat Ratih membulatkan mata lebar-lebar. "Kok saya?" bisiknya saat protes pada Tiara.

"Apa benar Ratih?" Bu Ani menunggu jawaban dari Ratih atas ucapan sang anak.

Sebelum menjawab, Ratih melihat Tiara yang mengangguk kecil dengan ekspresi wajah penuh harap, jika ia harus mengiyakan tuduhan Tiara. "I—iya Bu," jawabnya ragu-ragu diikuti ekspresi kikuk.

Bu Ani pun menghela napas lega. "Oh syukurlah kalau Ratih punya pacar. Ibu kira, Tiara."

Keduanya pun terkekeh garing dan saling melemparkan pandangan satu sama lain, seakan tengah beradu mulut dalam diam. Niat hati mau mendengar kejujuran dari Tiara, Ratih justru harus menjadi tumbal dari sahabatnya itu. Nasib!

•••

Pagi-pagi sekali Tiara sudah tiba di kediaman Pak Johan. Bukan tanpa alasan Tiara sudah berada di sana. Rupanya ia berkeinginan untuk bertemu dengan Mayor Juna, hendak mengembalikan hadiah gantungan kunci itu.

Celingak-celinguk mencari sosok Mayor Juna di setiap tempat yang ia datangi. Namun, tak ditemukan. Tentu saja Tiara tak bisa bertemu Mayor Juna di sana, sebab Mayor Juna sendiri sedang mengambil waktu liburannya untuk bersantai di rumah.

"Kemana sih dia? Sengaja saya datang pagi-pagi mau balikin ini, malah zonk nggak ketemu!"

"Cari siapa Tia?" tanya Rafli begitu datang menghampiri, karena melihat Tiara yang tampak kebingungan mencari seseorang.

That SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang