39. Informasi fake?

266 29 6
                                    


_____________________

"Ibu, Tia berangkat, ya!" seru Tiara usai mengenakan sepatu.

"Tunggu!" sahut Ibu Ani yang berjalan cepat dari arah dapur sembari menenteng 3 paper bag kecil. "Ini bawa!" sambungnya menyerahkan ketiga paper bag.

"Tia, kan udah bawa bekal, Bu!" jawabnya sembari mengerinyit, meski 3 paper bag itu sudah berada di tangannya.

"Itu bukan untuk kamu, tapi untuk Pak Johan, Mayor Juna sama Mas Herlino," terang Ibu Ani sambil menunjuk.

"Ini apa, Bu?" Tiara bertanya dengan ekspresi wajah tersentak gugup, karena merasa jika isi dari ketiga paper bag itu adalah gingerbread yang dibuat tadi bersama ibunya.

"Kue jahe," jawab Ibu Ani singkat dan terlihat bingung karena melihat ekspresi Tiara.

"Kue jahe yang tadi kita buat?" ulangnya bertanya dengan mata terbelalak.

"Iya. Kamu kenapa toh? Kok kaget begitu?" jawab Ibunya yang tak kalah terkejut melihatnya seperti itu.

"Ibu kenapa nggak bilang dari awal, kalau kue ini untuk Mayor Juna juga?" Pada akhirnya Tiara pun memperlihatkan wajah sendu hendak menangis.

"Loh, kenapa memangnya?" Ibu Ani benar-benar tak mengerti akan sikap dan ekspresi Tiara saat ini.

"Aahhh, Ibu!!!" Tiara mengeluarkan suara merengek, persis seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen.

"Eh, kenapa sih? Kok kamu malah nangis?" Tangannya menepuk punggung Tiara usai memberi pelukan yang bahkan beliau sendiri tidak tahu apa-apa.

Tiara tiba di halaman parkir kediaman Pak Johan, lalu segera memarkirkan motornya di sana. Usai melepaskan helm, Tiara dikejutkan akan kemunculan Herlino di sana.

"Pagi, Tiara!" sapa Herlino yang berdiri tepat di belakangnya.

"Eh, astaghfirullah!" Berbalik sambil mengelus dada.

Duh, bikin kaget aja. Saya pikir tadi Mayor Juna yang berdiri di belakang!

"Kenapa? Kok kaget?" tanya Herlino kemudian sambil tersenyum.

"Nggak apa-apa, Mas," jawab Tiara sambil memasang senyum satir.

"Kebetulan kita ketemu di sini!"

Tiba-tiba kaki Herlino maju satu langkah untuk mendekati Tiara, hingga refleks membuat Tiara memundurkan tubuhnya ke belakang dengan mata mengerjap takut.

"Ke—ke—kenapa ya, Mas?" tanya Tiara dengan suara terbata-bata.

"Gue mau minta maaf!" ucap Herlino memberitahukan kemunculannya di sana.

"Mi—minta ma—maf kenapa?" Tiara bertanya kembali karena memang tidak tahu maksud dari permintaan maaf Herlino.

"Soal sikap gue kemarin yang kurang sopan di depan lo, Ibu Ani dan teman lo!" jelasnya mengenai kemarin yang sepertinya Herlino menyadari akan sikapnya itu.

Tiara tersenyum kikuk sambil jari telunjuknya menyentuh pundak bawah Herlino, untuk membawa tubuhnya mundur dan menjauh agar posisi tubuh dapat berdiri tegak dengan benar.

That SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang