34. Menolak again

345 31 5
                                    

____________________________

"Maaf Pak, saya bisa makan sendiri, nggak perlu disuapin!"

Karena menolak untuk tidak memilih diantara keduanya, cepat-cepat tangannya menarik overbed table kembali dan langsung membuka plastik warp pada tempat food tray stainless itu.

Lantas segera Tiara menyendokkan beberapa lauk dan sayuran, lalu menawarkan makan pada Pak Johan dan yang lainnya. Setelah itu barulah memasukkan sesuap nasi ke dalam mulut, usai mereka mempersilahkan Tiara untuk makan.

"Ini hasil dari test kamu kemarin!" Mayor Juna menyerahkan map putih di atas overbed table.

Tiara menatap map putih itu sebelum akhirnya beralih menatap Mayor Juna. "Makasih, Mas."

Mayor Juna mengangguk kecil saat merespon ucapan terima kasihnya. "Ibu Ani ada di bawah lagi sarapan." Memberitahu Tiara tanpa menunggunya bertanya lebih dulu.

"Iya Mas." Mengangguk canggung dengan diiringi senyum tipis.

Lantas situasi canggung diantara keduanya turut dirasakan oleh Ratih. Bahkan Ratih juga sempat melihat gestur gerakan mata antara Mayor Juna dan Tiara secara bergantian. Nampaknya ia tahu akan sesuatu hal yang tengah dirasakan sahabatnya itu namun, berusaha disembunyikan.

Ada perasaan yang sepertinya terselip di dalam relung hati, lantas enggan untuk diungkapkan sebab merasa tak pantas untuk menaruh perasaan itu pada seseorang yang sudah jelas-jelas berbeda kehidupan latar belakangnya, dan itu membuat Tiara tertampar akan kenyataan.

"Kalau begitu, Bapak pamit pulang dulu ya, Tiara!"

Usai melihat Tiara berhasil menyantap sarapan paginya, Pak Johan pun berpamitan padanya sambil mengulurkan tangan.

"Iya, Pak. Makasih banyak atas kunjungan dan buah tangannya!" Tiara segera mencium punggung tangan Pak Johan.

"Sama-sama. Cepat sehat ya, biar bisa kembali bekerja. Rumput di kebun saya sudah tinggi-tinggi soalnya!"

Diakhir kalimatnya Pak Johan sengaja membuat candaan, sambil tersenyum dan menepuk pelan lengan Tiara. Candaan itu lantas disambut senyuman oleh semua orang di sana, termasuk Tiara sendiri.

"Siap, Pak. Nanti begitu masuk kerja lagi, saya langsung bawa gunting raksasa!" balas Tiara menimpali  candaannya.

Pak Johan tertawa. "Ah, bisa aja kamu!" ucapnya yang membuat Tiara sama-sama ikut tertawa kecil.

"Cepet sembuh ya, Tia!" ucap Rafli dan Eky tersenyum ramah.

"Harus sehat lagi dong, soalnya gue kesepian nggak ada lo di Hambalang!" Herlino ikut menimpali ucapan Rafli dan Eky.

Namun perkataan Herlino justru disambut lirikan mata tajam dari Mayor Juna. Sedangkan yang lainnya hanya tersenyum mendengar penuturan sang Raja gombal. Ya, pria bertato itu memang dikenal sebagai raja gombal yang sering menggoda gadis-gadis lewat daya tarik penampilan dan ucapannya. Memang dari semua ajudan Pak Johan, hanya Herlino lah yang berpenampilan nyentrik dan berani namun, masih tetap terlihat rapi.

"Iya. Makasih ya semua atas doanya."Tiara tersenyum menanggapi doa terbaik dari para ajudan Pak Johan.

"Ya sudah kalau begitu saya pamit pulang ya." Pak Johan berpamitan kemudian seraya menepuk pelan lengan tangan Tiara. "Assalammualaikum."

That SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang