45. salah paham

341 33 7
                                    


__________________

Langkah kaki Mayor Juna terhenti tepat di ambang pintu pantry, dari sana ia melihat Tiara dengan suara isak tangisnya yang terdengar. Sesekali tangisan itu diiringi dengan suara gerutu kesalnya.

Ini kapan selesainya? Saya mau istirahat makan siang! Aahhh kenapa nggak abis-abis bawang merahnya!!! Aaaa hiks...hiks, Ibu tolongin Tia!!!

Mendengar itu lantas Mayor Juna berjalan mendekat, lalu berhenti tepat di depan meja panjang berbahan granit.

"Tiara," panggil Mayor Juna dengan nada suara halus.

Sontak Tiara berhenti mengupas bawang ketika mendengar pemilik suara familiar itu. Bahkan suara isak tangisnya ikut terhenti sejenak, meski kedua mata tetap terasa perih.

"Bisa bicara sebentar!" ucap Mayor Juna memintanya untuk berbalik dan bicara.

"Maaf nggak bisa, Mas, saya lagi kerja!" tolak Tiara enggan menoleh dan berbalik sedikitpun.

Nampaknya rasa kesal Tiara pada Mayor Juna kembali timbul ketika pria itu ada di dalam ruangan yang sama dengannya.

"Ini masih jam istirahat, belum masuk jam kerja!" balas Mayor Juna dengan suara tegasnya.

Iya, ini emang masih jam istirahat, tapi gara-gara kamu saya nggak dapat jam istirahat! Pake pura-pura nggak paham lagi!

Tiara menggerutu kesal dalam hati diikuti lirikan mata sinis, tanpa menunjukkan langsung pada Mayor Juna.

"Tiara, kamu dengar saya!" Mayor Juna kembali bersuara.

"Maaf, tapi saya tetap nggak bisa bicara sama kamu, Mas!" tolak Tiara lagi.

"Kenapa? Kamu marah sama saya?"

Pake tanya lagi!

Tiara berdecak usai mendengar pertanyaan Mayor Juna, yang tentu saja membuatnya semakin jengkel pada pria alpha itu.

"Bisa jawab pertanyaan saya!" ucap Mayor Juna menuntutnya untuk bicara.

"Iya, saya marah, dan sekarang saya lagi mogok bicara sama Mas Mayor!" sembur Tiara dengan suara bergetar, lantas bulir air matanya kembali mengalir.

"Kamu marah karena masalah teguran dari Ibu Nur?" bertanya guna memastikan.

"Saya nggak perlu ngejawab, karena Mas lebih tahu alasannya," balas Tiara  ketus meski perasaaan mulai kacau.

Semakin memaksa memejamkan kedua mata, membuat bulir air bening itu mengalir dengan deras di pipi, serta diikuti kedua sudut bibir yang mengendur ke bawah saat berusaha menahan suara tangisan agar tidak keluar.

Sementara Mayor Juna gemas mendengar penuturan Tiara yang telah salah paham terhadapnya. Lantas berjalan mendekati dan menarik lengan Tiara, sehingga membuat gadis itu refleks berbalik ke arahnya.

Sekejap Mayor Juna menatap wajah Tiara yang telah dibanjiri air mata, sebelum kembali bicara.

"Marahnya kamu ke saya itu nggak beralasan!" seru Mayor Juna dengan tegas dan ekspresi datar.

That SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang