____________________
Seminggu berlalu dan Tiara semakin terbiasa bekerja di kediaman Pak Johan. Tanpa lagi disuruh, Tiara bahkan sudah lebih dulu tahu apa tugasnya. Namun, dalam waktu seminggu itu Tiara dan Mayor Juna tidak lagi pernah bertemu, sebab Mayor Juna sendiri memiliki tugasnya untuk menemani Pak Johan visit ke luar kota.
"Istirahat sendirian aja, nih!"
Seseorang yang berdiri dengan suara baritonnya lantas membuat Tiara menoleh. Sosok pria dengan tubuh tegap dan rambut klimis serta memiliki tatto di lengan kekarnya, membuat Tiara bertanya-tanya, siapa dia?
"Boleh gue duduk di sana?" tanya pria itu sambil menunjuk ke arah kursi kosong di sebelah Tiara.
"Silahkan," jawabnya singkat.
"Lo pasti bingung ya ngeliat gue!" tebak pria itu seusai duduk di samping Tiara.
Tiara mengangguk. "Iya. Saya nggak pernah ngeliat kamu soalnya."
"Kalau gitu besok-besok lo pasti bakalan sering ngeliat gue!" serunya amat sangat percaya diri," kenalin gue, Herlino!" Mengulurkan tangan sambil tersenyum.
"Tiara." Menerima uluran tangan dan berkenalan dengannya.
"Cantik," puji Herlino dengan tatapan matanya yang menggoda.
"Hah?"
"Nama lo cantik, sesuai dengan paras wajah lo!" ungkap Herlino terus terang tanpa ada basa-basi sedikitpun.
"Makasih." Tiara tersenyum canggung sebelum mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Herlino.
"Eh, iya sorry!" Melepaskan jabatan tangan. "Kalau boleh tahu, kenapa lo istirahat sendirian di sini? Nggak ikut gabung sama yang lain makan bakso di luar?"
"Saya kebetulan bawa bekal sendiri dari rumah," jawab Tiara sambil memangku tempat makan.
"Oh gitu. Boleh gue temenin lo makan?"
"Saya cuma bawa 1 bekal makanan aja, tapi kalau kamu mau, nih buat kamu!" Menyodorkan bekal makanan pada Herlino.
"Bukan. Maksud gue, lo makan terus gue duduk di sini sambil nemenin lo!" perjelasnya lagi agar Tiara paham.
Lagi-lagi Tiara merespon dengan senyumnya yang canggung. "Tapi saya nggak biasa dilihatin kalau lagi makan!"
"Gue kan nggak ngeliatin tapi cuma nemenin," balas Herlino yang justru terdengar memberi alasan klasik.
Sama aja, hei! Nemenin tapi secara nggak langsung kamu juga ngeliatin saya makan!
"Udah makan, gue nggak bakalan minta!" ujar Herlino ketika melihat Tiara yang masih diam saja.
Bekal makanan pun dibuka dan perlahan Tiara mulai makan sesuap demi sesuap bekalnya itu, dengan ditemani Herlino yang terus saja mengoceh tiada henti.
Tanpa disadari sejak tadi ada seseorang yang sedang melihat ke arah keduanya dengan tatapan menelisik penuh rasa penasaran.
•••
"Hari ini agenda kegiatan Bapak hanya tinggal mengunjungi lahan perkebunan di daerah selatan, Pak." Eky memberitahu Pak Johan yang saat itu sedang bersiap-siap di kamar penginapannya.
"Kalau begitu setelah agenda kegiatan saya selesai, saya mau sedikit refreshing sejenak sebelum kembali pulang!" pinta Pak Johan sambil bercermin di depannya.
"Baik, Pak. Nanti saya akan merekomendasikan tempat yang bagus dan tenang untuk Bapak," sahut Eky menunduk hormat.
"Apa Mayor Juna sudah bersiap-siap?"
"Sudah, Pak. Mayor Juna juga sudah menunggu di lobby hotel."
"Kalau begitu kita berangkat sekarang!" Berjalan ke arah pintu dengan disusul oleh Eky yang ikut berjalan dibelakangnya.
Ting!
Terdengar bunyi pintu lift terbuka hingga menampakkan sosok Pak Johan bersama dengan 2 Aspri-nya yaitu, Eky dan Rafli yang berdiri di belakang sisi kiri dan kanan.
Turunnya Pak Johan ke lobby hotel lantas disambut ramah oleh sang pemilik hotel bersama dengan beberapa karyawan di sana. Mereka menyapa dan memberikan sedikit cendramata untuk Pak Johan, sebagai tanda terima kasih karena Pak Johan sudah bersedia memilih hotelnya untuk diinapkan selama beberapa hari.
"Selamat pagi, Pak Johan," sapa sang Manager hotel dengan senyumnya yang sumringah.
"Pagi," balas Pak Johan, "hari ini saya akan kembali ke Jakarta, jadi saya ingin berterima kasih atas pelayanan yang anda dan karyawan-karyawan anda berikan. Saya cukup puas dan nyaman selama menginap di hotel ini!" ungkap Pak Johan memuji kinerjanya beserta karyawannya.
"Justru kami yang ingin berterimakasih pada Pak Johan, karena bersedia menginap di hotel kami. Kami sangat senang dan bangga Bapak puas akan pelayanan yang kami berikan. Sedikit cendramata dari kami untuk Bapak, semoga Bapak bersedia menerimanya," balas sang manager sambil memberikan kotak berukuran sedang dengan tali pita biru di atasnya.
Pak Johan menepuk punggungnya sambil tersenyum, lalu menerima cendramata itu. "Terima kasih. Hotel anda terbaik dan tidak kalah bagusnya dari hotel bintang lima."
"Terima kasih banyak atas pujiannya, Pak!" Membungkuk dan tersenyum bangga.
"Kalau begitu saya dan rekan-rekan saya pamit pergi. Sampai jumpa dilain kesempatan."
"Baik Pak Johan. Terima kasih sekali lagi atas kunjungannya, kami disini akan selalu menerima kedatangan Bapak dengan senang hati."
Pak Johan menganggukkan kepala dan kembali tersenyum, sebelum akhirnya berjalan menuju pintu utama hotel. Sang manager pun turut mengantarkan Pak Johan ke depan pintu, menunggunya sampai masuk ke dalam mobil dan meninggalkan area hotel.
"Hati-hati di jalan, Pak." Meninggalkan pesan untuk Pak Johan seusai membungkuk hormat.
"Ya. Terima kasih." Pak Johan tersenyum sambil melambaikan tangan dari dalam mobil Alphard berwarna putih.
Mobil pun perlahan melaju pergi dari sana meninggalkan area hotel menuju daerah yang akan disinggahi pagi ini, dengan disusul oleh beberapa mobil pengawalan dibelakangnya.
•••
Kenapa hari ini saya ngerasa kosong banget ya? Padahal kemarin-kemarin semangat ngejalanin tugas.
Tiara bergumam di dalam hati dengan wajahnya yang ditekuk lesu. Entah kenapa hari ini Tiara terlihat tak bersemangat seperti biasanya. Bahkan konsentrasinya hilang untuk beberapa saat ketika sedang melakukan tugas pekerjaannya, dan itu membuat Tiara harus menerima teguran dari Bu Nur.
Helaan napas gusar lantas terhempas keluar dari mulutnya begitu saja. Netra mata pun menoleh ke arah jam dinding yang kini menunjukkan pukul 4 sore. Hanya tinggal 1 jam lagi tugas pekerjaannya akan selesai dan Tiara bisa segera pulang. Namun, menunggu 1 jam terasa begitu lama baginya.
Huuhh! Menghela napas kembali sebelum akhirnya kedua tangan mulai bergerak menyapu dedaunan di halaman. Bekerja sendirian di area halaman kebun yang luas membuat Tiara semakin merasa hampa dan kosong.
__________________
KAMU SEDANG MEMBACA
That Someone
Fanfiction"Galak banget sih, Mas! Saya nggak suka!"~Tiara. "Kalau nggak suka ya nggak apa-apa, saya juga nggak suka kamu!"~Arjuna. Berawal dari mengantar pesanan untuk Pak Johan, Tiara sempat dikira penyusup oleh Arjuna. Lantas keduanya terlibat percekcokan h...