2. Dituduh penyusup

1.8K 74 0
                                    

_____________________

"Eh!!"

Terkejut dengan mata terbelalak serta ekspresi wajah meringis, karena pergelangan tangan kirinya dipelintir dibalik punggungnya sendiri.

"Mau apa kamu menyelinap masuk ke rumah ini?" bisik Mayor Juna tepat di samping telinganya

Suara Mayor Juna terdengar tegas namun, penuh penekanan. Seakan-akan sedang mengintrogasi penjahat yang kedapatan mencuri.

"Awh, sakit! Lepasin dulu sakit beneran ini!" protes Tiara dengan usahanya sebisa mungkin untuk bisa melepaskan diri.

"Cepat kasih tahu, apa tujuanmu?" tanyanya sekali lagi sambil kembali menekan lengan yang melingkar di leher Tiara.

"Pak, ampun Pak! Tangan saya beneran sakit, Pak!" Lagi-lagi Tiara hanya menjawab keluhannya.

"Saya nggak akan ngelepasin penyusup seperti kamu begitu saja!" Bersikeras untuk tidak termakan ucapan Tiara.

Tak tahan menunggu seseorang yang tak dikenalnya itu melepaskan dirinya, lantas Tiara pun berupaya mencari ide dengan cara mengigit lengan kekarnya sekuat mungkin. Hingga membuat Mayor Juna menjerit kesakitan dan refleks melepaskan lengan dari leher Tiara.

Tak sampai disitu saja, Tiara kembali beraksi-menginjak kaki Mayor Juna sampai-sampai suara jerit kembali keluar dari mulutnya, yang kali ini bahkan terdengar lebih lantang dari sebelumnya.

"Rasain tuh!" ledek Tiara yang telah berhasil melepaskan diri.

Mayor Juna yang masih mengaduh dengan posisi tubuh membungkuk- mengusap-usap jempol kakinya yang berdenyut, hanya bisa menggerutu.

"Sialan!"

"Ada apa ini?" Suara Pak Johan terdengar dari balik punggung Tiara, hingga membuat Tiara berbalik melihat ke arahnya, yang kini berdiri dengan dua pria di samping kiri dan kanan.

"Dia penyusup, Pak!" tuduh Mayor Juna yang masih saja sibuk mengelus, dengan tangan kanan yang menunjuk ke arah Tiara.

Mendengar tuduhan itu tentu saja membuat Tiara tersentak, dan tak terima. "Eh, jangan sembarangan kalau ngomong!" Kepalanya kembali mengarah pada Pak Johan, "engga Pak itu nggak benar! Saya just-"

Hendak menjelaskan namun, Mayor Juna memotong kalimatnya. "Nggak usah bohong, saya lihat kamu dari tadi! Mengendap-endap masuk seperti pencuri!"

Tiara menggelengkan kepala diikuti kedua tangan yang ikut bergerak melambai. "Enggak, Pak! Saya kesini justru mau nganterin pesanan soto ayam buat Bapak!" Memperlihatkan keresek merah yang masih dipegangnya sejak tadi.

Pak Johan menghela napas sambil menggelengkan kepala sekilas. "Mayor Juna, selesai sarapan nanti kamu menghadap ke saya!" Tubuhnya berbalik lalu berjalan meninggalkan ruangan.

"Nasib banget, kamu Jun!" Eky salah satu aspri Pak Johan menepuk pundak Mayor Juna.

"Sabar ya!" sambung Rafli yang juga merupakan ajudan Pak Johan.

Kedua pria itu berjalan meninggalkan Mayor Juna dengan suara tawa kecil menyusul langkah Pak Johan, sesaat sebelum Eky mengajak Tiara berjalan bersama.

Mayor Juna yang ditinggalkan sendiri hanya bisa menghembuskan napas panjang. Akibat kesalahannya sendiri yang menuduh Tiara sebagai penyusup, kini ia harus menerima konsekuensi.

•••

"Makasih ya, udah nganterin soto ayam buat Bapak. Walaupun tadi ada sedikit kejadian kurang menyenangkan." Rafli mengantar Tiara sampai ke depan motornya yang terparkir.

"Nggak apa-apa, Mas, santai aja. Saya orangnya legowo kok!" Tersenyum sambil mengenakan helm.

Rafli mengacungkan jempol untuk Tiara dan membalas senyumannya. "Hati-hati di jalan!" Memberi pesan sebelum Tiara melajukan motornya.

"Siap, Mas. Tia pamit pulang dulu." Membunyikan klakson lantas berlalu pergi.

"Ya." Rafli menyahut sambil melambaikan tangan singkat.

Tak lama setelah Tiara pergi, Mayor Juna terlihat keluar dari rumah Pak Johan dengan wajah ditekuk. Rafli yang melihat itu pun tak tahan untuk bertanya, "kenapa itu mukanya kusut bener?"

"Diomelin." Mayor Juna menjawab singkat tanpa menoleh sedikit pun ke arah Rafli.

"Ya itu, kan karena kamu juga yang salah. Coba ditanya dulu dia siapa, jangan asal main pelintir tangannya." Rafli memberi nasehat pada Mayor Juna agar tak membuat kesalahan dikemudian hari.

"Ya tahu emang saya yang salah, tapi karena gerak-gerik dia mencurigakan jadi maunya langsung saya kunci pergerakannya." Mencoba membela diri dari sisi pemikiran dirinya sendiri.

"Paham kok kalau kamu itu waspada, tapi ada kalanya untuk tidak mencurigai seseorang. Apalagi dia ternyata cewek."

"Saya beneran nggak tahu kalau dia itu cewek asli, karena rambutnya ditutup pakai hoodie hitam jadi kelihatan kaya laki-laki!" seru Mayor Juna menjelaskan kejujurannya.

Mendengar serta melihat ekspresi wajah keseriusan Mayor Juna, Rafli justru terkekeh. "Gaya pakaian dia emang begitu, Jun."

"Tomboy?" Kali ini menoleh ke arah Rafli, menatap dengan wajah penasaran.

"Dibilang tomboy enggak juga, sih. Pernah lihat Tiara pakai kebaya waktu ada acara di gedung aula." Berbicara sambil teringat acara pada 5 bulan yang lalu.

"Oh, nama dia Tiara!" Mayor Juna justru kini terfokus ketika Rafli menyebut namanya.

Sayang Rafli tak mendengar ucapan Mayor Juna sehingga melewatkan kalimat temannya yang satu itu. "Terus kamu udah minta maaf sama dia soal kejadian tadi?"

"Justru itu!"

"Kenapa?" tanya Rafli dengan alis terangkat sebelah.

"Bapak minta saya buat minta maaf ke dia, tapi waktu keluar dari ruangan, dia udah nggak ada lagi di sana!" Menghela napas sesaat sambil menatap ikan-ikan yang sedang berenang di dalam kolam.

"Ya coba datengin rumahnya aja!" Memberi saran yang menurut Rafli terlihat mudah tapi tidak untuk Mayor Juna.

"Nggak tahu alamatnya."

"Dia anak Ibu Ani penjual soto ayam di kampung mawar." Rafli memberitahu, "kamu tahu kan rumah Bu Ani?"

"Kemarin sore habis dari sana buat mesen soto ayam buat Bapak," jawab Mayor Juna dengan nada suara pasrah.

"Nah, bagus kalo gitu! Jadi tunggu apa lagi? Sana gih, berangkat ke rumahnya!" Menepuk sambil mendorong pundak Mayor Juna untuk segera bergerak pergi.

"Tapi!"

"Ini perintah Bapak loh, nggak boleh dilanggar!" seru Rafli mengingatkan. "Nih, kunci motor," sambungnya setelah merogoh saku celana untuk mengambil kunci motor.

Meski tampak ragu akhirnya Mayor Juna tetap melangkah pergi dengan menggunakan motor trail berwarna hijau tua.

"Sampein salam saya ya, buat Bu Ani!" Rafli menitipkan pesan pada Mayor Juna ketika melewati dirinya yang masih duduk di atas anak tangga.

Mayor Juna hanya mengangguk singkat lalu melaju meninggalkan halaman rumah Pak Johan. Penjaga di depan gerbang sempat memberi hormat ketika Mayor Juna berlalu pergi.

_____________________

That SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang