26. Sesak napas?

506 32 1
                                    


_______________

Pukul, 15.15 wib.

Mayor Juna berjalan keluar dari arah pintu samping. Kedua tangannya memegangi gelas cangkir keramik putih bermotif polos, dengan isian air teh hangat di dalamnya.

"Diminum tehnya selagi hangat!" ucap Mayor Juna begitu meletakkan gelas di sisi kanan Tiara yang terduduk di depan kolam ikan.

Tiara menoleh melihat kepulan asap halus yang datang dari teh hangat buatan Mayor Juna. "Makasih." Tersenyum sambil mengambil gelas cangkir dan menyeruput setengahnya.

"Ngeteh sore-sore gini emang paling enak duduk didekat kolam sambil mandangin ikan-ikan berenang."

Mayor Juna ikut menyeruput teh hangatnya, lalu duduk bersantai dengan posisi kedua tangan bersandar ke belakang tubuh.

"Apalagi ditemani sama pisang goreng ya!" Tiara ikut menimpali diikuti dengan tawa kecil.

"Ah, iya benar juga. Kalau gitu saya buat pisang goreng dulu!" Hendak berdiri dari duduknya.

"Nggak usah Mas, saya cuma iseng aja ngomong begitu tadi!" Tiara refleks memegangi pergelangan tangan Mayor Juna sebelah kanan, mencoba menghentikannya.

Mayor Juna pun segera menoleh ke arah tangan Tiara yang melingkar di pergelangan tangannya. Ekspresi datar namun penuh arti itu membuat Tiara tersentak lantas segera melepaskan tangannya sendiri.

"Maaf," ucap Tiara setelahnya.

"Nggak apa-apa, santai aja!" sahut Mayor Juna kembali duduk dan melanjutkan meminum tehnya, mencoba menutupi perasaan aneh yang tiba-tiba muncul di dalam hati.

Kenapa saya jadi deg-degan gini!

Tiara tersenyum kikuk menanggapi perkataan Mayor Juna dan ikut meneguk air teh hangat itu sampai tandas.

Selang kemudian suasana hening menyelimuti keduanya. Mayor Juna dan Tiara sama-sama diam seribu bahasa, tak ada yang berani bicara.

Suasana macam apa ini? Kok malah jadi tegang gini!

Gumam Mayor Juna menggerutu sambil melirik, mencuri-curi pandang ke arah Tiara. Sementara itu, Tiara sendiri justru sedang merasakan hawa panas di dalam tubuh yang datang secara tiba-tiba.

Sedetik kemudian muncul ruam kemerahan disertai rasa gatal yang menjalar di sekujur tubuh. Tiara tak tahan untuk ingin segera menggaruknya namun, karena di depan Mayor Juna tentu ia merasa malu jika kedapatan tengah menggaruk-garuk.

Hatsyiii... uhuuk-uuhuuk!

Suara bersin disertai batuk lantas menginterupsi Mayor Juna. Menoleh dan mendapati wajah serta tangan Tiara yang memerah.

"Tia, muka sama tangan kamu merah, kamu sakit?" tanyanya dengan raut wajah panik.

Tiara menggelengkan kepala sambil memaksakan senyuman. "Enggak. Kulit Tiara emang begini," dalihnya.

Mayor Juna tak percaya begitu saja atas jawaban darinya, sebab kemerahan yang ada di sekujur tubuh Tiara terlihat berbeda. Hingga tanpa disadari kulit Tiara mulai bermunculan biduran yang awalnya datang dari kedua tangan.

That SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang