Pasien No. 58

3.1K 288 30
                                    

🔞🔞🔞

Warning:

Percobaan pelecehan terhadap minor dan aksi mengutil.

🔞🔞🔞


Tio—nama sebenarnya—tahun ini menginjak usia 62 tahun dan sudah bekerja untuk keluarga Beka selama 12 tahun terakhir.

Pria itu dulu seorang karyawan swasta. Setelah 10 tahun bekerja untuk satu perusahaan, dia kena PHK massal dan akhirnya—tiga bulan setelah kena PHK—dia buka warung di depan rumah untuk menafkahi keluarga.

Satu tahun berjualan, Tio akhirnya dapat pekerjaan tetap di kediaman Kharisma sebagai keamanan. 

Awalnya Tio sempat bingung kenapa posisi keamanan di tempat kerja barunya seringkali kekurangan orang. Saat Tio bergabung, katanya dibutuhkan 5 orang karena staf terdahulu mengundurkan diri. Agak aneh. Masa iya mengundurkan diri sampai lima sekaligus?

Segera setelah posisi itu terisi, tidak sampai tiga bulan, sudah dibuka kembali lowongan untuk posisi keamanan. Dua dari lima orang yang memulai bekerja di saat bersamaan dengan Tio langsung mengundurkan diri. Bahkan ada yang sampai 'kabur'.

Dan kebingungan itu cepat terjawab.

Selama menjalankan tugasnya di rumah utama, Tio telah melihat dan mendengar banyak hal tentang keluarga yang hanya terdiri dari 3 orang anggota itu. Dari 10 hal, hanya 1-2 saja yang berkonotasi baik. Dan kalau boleh jujur, banyak hal yang harus Tio lakukan bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan pria itu. Seperti pada satu waktu, Tio diminta menemani salah seorang tamu Bu Widya selama hampir satu jam di pesta yang dipenuhi wanita telanjang di sebuah diskotik.

Namun, pikir Tio, selama dia digaji dengan cukup (bahkan kadang berlebih), dia tidak masalah dan tidak mau peduli dengan kondisi keluarga itu. Berbeda dengan beberapa rekan kerjanya yang tidak tahan dan akhirnya memutuskan resign.

Sambil mengembuskan asap rokok, Tio kembali memandang pada gedung SMP negeri yang berdiri kokoh di hadapannya.

Hari ini dia melanjutkan penyelidikannya terhadap keponakan Rona yang bersekolah di SMP Negeri di Jakarta. Bisa dibilang ini adalah tugas paling mudah yang pernah Beka minta untuk dilakukan. Tidak ada setengah jam dia tiba, seluruh data yang diminta oleh Beka telah dia rangkum dalam satu bentuk laporan.

Setelah dari SMP itu, rencananya Tio akan berlanjut menemui seorang kenalannya agar bisa dibantu menyelidiki hutang keluarga Rona. Tugas satu ini yang sepertinya akan makan waktu dan melelahkan.

"Emangnya anaknya si Mas mau disekolahkan di sini?" Seorang wanita paruh baya yang menjual gado-gado tepat di seberang gedung SMP bertanya seraya menyerahkan pesanan Tio. Wanita itu mengangkat piring kotor sambil menggeser wadah berisi alat makan dan tisu.

"Belum tentu anaknya mau. Ini juga diminta istri untuk lihat-lihat dulu. Dari beberapa SMP negeri, ini yang paling dekat rumah," kata Tio berbohong demi penyamarannya. Selagi menunggu jadwal janjian berikutnya, Tio memutuskan untuk sarapan dulu. Dari ragam jenis jajanan di depan sekolah, sepertinya hanya tukang gado-gado inilah yang bisa mengatasi laparnya. Maklum, tadi pagi dia tidak sempat sarapan. Ada panggilan mendadak untuk briefing di Techno Five yang tidak bisa dia hindari.

"Kalo emang rumahnya dekat sini, ya enak di sini aja, toh?" Wanita itu mengoper piring kotor pada suaminya untuk dicuci. "Tetangga saya bilang dengan sistem sekarang, sulit dapat sekolah yang dekat rumah. Sekolahnya sih gratis, dibayari pemerintah, tapi ongkos pulang-perginya kan butuh bensin. Mana kalo pagi macet bukan main."

When The Room Gets Too HotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang