'Dulu saya menikah tanpa didasari oleh yang namanya rasa cinta, jadi saya nggak bisa menjawab pertanyaanmu. Mungkin, kalau kamu sudah bisa menemukan jawabannya, kamu bisa beri tahu saya cinta itu seperti apa.'
✿
'Yang kemarin itu pacar barumu? Kenalan di mana? Masih kuliah atau sudah kerja? Jaga dia baik-baik, Beka. Di rumahnya, ada ayah dan ibunya yang nunggu dia pulang dalam keadaan sehat. Awas kalau kamu berani macam-macam!
✿
'Sudah, ya? Kalau nggak ada urusan lagi, lebih baik kamu pulang. Mandi, makan, lalu istirahat. Besok katanya ada pre-test anatomi, bukannya belajar, malah nongkrong sampai pagi. Besok kamu nggak usah datang dulu, mau ada tamu.'
✿
'Sudah final. Saya dan Liu akan bercerai. Ini untuk kebaikan kami berdua.'
✿✿✿
Beka sigap berdiri.
Tubuhnya menegang kala melihat sosok yang berdiri di hadapannya; Liu.
Pria itu masih terlihat sama dengan sosok Liu yang pernah Beka temui beberapa tahun lalu. Saat itu pertemuan mereka tidak dapat dicegah. Liu tiba-tiba saja datang dan mendapati Beka sedang bersama Ratna—mantan istrinya—sedang menghabiskan waktu bersama di dapur.
"Kamu punya telinga, 'kan? Mau apa lagi kamu ke sini?"
Suara itu cukup lantang dan bisa didengar oleh siapapun di lobi. Suara yang sama yang dulu pernah mencaci Ratna karena telah menghabiskan waktu bersama pria lain. Suara itu juga yang kemudian menjadi sumber ketakutan Ratna hingga akhirnya wanita itu nekat menggugat cerai.
Orang-orang di balik front desk tampak sudah berdiri, staf keamanan pun sudah menoleh ke arah mereka.
"Saya rasa kamu sudah tidak ada urusan di tempat ini. Lebih baik kamu—"
"Rona," sela Beka yang mencoba tetap tenang dan tidak tersulut amarahnya. Meski begitu, dia tidak bisa berbohong pada diri sendiri. Ada keinginan untuk memukul wajah angkuh laki-laki di hadapannya. "Saya ke sini mau jemput Rona. Hanya itu."
Guratan wajah pria itu semakin bertambah seiring waktu berjalan, tetapi ekspresinya tetap sama.
Ada tatapan jijik dan terasa merendahkan.
"Ada urusan apa kamu sama Rona?" Nada bicaranya kini lebih rendah, tetapi masih terdengar awas dengan segala kemungkinan. Sepasang mata itu menatap tajam penuh selidik. "Jangan macam-macam kamu! Masih belum kapok juga? Rona bukan wanita yang bisa kamu permainkan seperti Ratna, kalau sampai kamu menyentuh Rona, saya—"
"My bad," kata Beka sengaja menyela tuduhan yang dilontarkan lawan bicaranya. Dia mengangkat dagu, menjejalkan tangan kirinya ke saku celana, lalu meneruskan. "I believe this is our first meeting—Mr. Liu, right?"
Beka bergerak maju lalu menyodorkan tangan kanannya. "Bakti Kharisma. Beka. Saya pernah dengar tentang anda dari Rona dan Tante Lilian ... " dia tersenyum, " ... salam kenal."
Mata Liu melirik pada uluran tangan Beka dengan tatapan sinis dan tidak membalas. Sepasang mata itu kini menatap tajam pada Beka.

KAMU SEDANG MEMBACA
When The Room Gets Too Hot
Literatura Feminina[21+] [Chicklit / Romance / Medicine] Start: 01/12/2023 🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞 "Karena lo nggak mau pacaran, gimana kalo kita FWB-an aja?" "Emangnya lo berani bayar berapa untuk bisa FWB-an sama gue?" " ... what? FWB kok bayar?" "Bukannya emang gitu, ya? Ba...