Short notice:
One of my kitten, Cookie (Coki, red.) died on November 7th, 2024.
Although I'm doing fine now with the other 13 babies (one of them still sick and currently have a hard time), it feels a bit different without him. Just like one afternoon without electricity.
Anyway, I hope u guys enjoy the chapter!
---------------
Tower Bhayangkara Residence
Lagi-lagi nama gedung itu 'berbunyi' dalam kepala Beka seperti sebuah musik yang diputar di pusat perbelanjaan. Mau saat diam atau saat sibuk pun nama gedung itu terus saja menghantui pikirannya. Tidak bisa dipungkiri, rasa penasaran Beka begitu besar untuk bisa fokus pada aktivitasnya.
Namun, untuk sekarang Beka belum bisa bertindak lebih jauh. Untuk sementara waktu dia masih harus mengatur rencana, karena sepertinya Rahma tahu apa yang ia lakukan.
Semuanya terbukti dari cara wanita itu dengan lihai menghindari kemungkinan orang-orang akan mengikutinya. Menggunakan ojek konvensional? Berhenti jauh dari titik pemberhentian?
Sepertinya pengalaman membuat wanita itu jadi 'bisa' melarikan diri.
Tapi untuk apa?
Kenapa dia memerlukan kemampuan untuk kabur? Adakah sesuatu yang dihindarinya?
Kalau tidak ada halangan, seharusnya malam ini Tio sudah melaporkan informasi mengenai suami Bu Rahma. Sayangnya, sudah hampir ganti hari, orang suruhan Beka itu belum juga mengabari. Mungkin Beka sudah harus menyusun rencana lain. Dia bisa mulai dengan menunggu Bu Rahma menghubunginya sendiri. Bagaimana pun juga, Beka memberikan kontaknya secara sukarela tanpa meminta balik kontak wanita itu. Dia sama sekali tidak kepikiran bahwa dia lah yang akan mencari wanita itu lebih dulu.
Atau sebaiknya dia langsung saja datangi unit apartemen tersebut dan mencari tahu? Toh, dia kenal dengan sekuriti dan salah seorang petugas front desk di sana.
Kening Beka mengerut.
Kayaknya gue nyimpen nomor sekuriti di sana ... pikir Beka yang kemudian mengeluarkan ponsel dari tas yang dipangkunya.
" ... Bek? Nggak enak, ya?"
Beka lantas berhenti menggulir kontak di ponselnya. Pria itu menoleh dan mendapati Rona tengah menatapnya dengan kekhawatiran yang tercetak jelas pada raut muka. Kekasihnya tampak mencebik lalu menatap lesu pada seporsi sate padang di hadapannya.
Ah, right ... batin Beka yang baru sadar.
Mereka berdua sedang makan malam—ralat; JAJAN—di sekitar Balai Pustaka dan menu malam ini, yang dipilih oleh Rona, adalah sate padang. Katanya Rona sedang 'ngidam' jajan sate padang setelah melihat perawat di klinik tempat kerjanya makan siang dengan menu tersebut.
Sepulang Beka jaga, Rona menyusul ke Klinik Hartal Medicia, dan mereka berdua langsung jalan. Malam ini si penjual cukup ramai, tetapi untunglah ada sepasang suami istri yang berbaik hati berbagi meja untuk mereka.
Lalu mata Beka menatap pada makanan miliknya yang belum disentuh sama sekali, sementara milik Rona sudah habis setengah.
"Kalo nggak doyan, dibungkus aja. Nanti gue makan di kosan," tawar Rona yang hendak menjauhkan piring milik Beka agar bisa dibungkus.
Sambil tersenyum Beka mencegah Rona mengambil makanannya. Pria itu kemudian mengambil sebuah sendok, mengelapnya dengan tisu, lalu siap makan. "Sorry, gue suka, kok. Tadi lagi mikir, jadi nggak fokus."
![](https://img.wattpad.com/cover/357299971-288-k369322.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Room Gets Too Hot
أدب نسائي[21+] [Chicklit / Romance / Medicine] Start: 01/12/2023 🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞 "Karena lo nggak mau pacaran, gimana kalo kita FWB-an aja?" "Emangnya lo berani bayar berapa untuk bisa FWB-an sama gue?" " ... what? FWB kok bayar?" "Bukannya emang gitu, ya? Ba...