Pesta

2 1 0
                                    

   "Inilah dia dua wanita yang sangat berharga bagi saya, mereka dua wanita yang sangat saya cintai dan sangat saya sayangi, belahan hidup saya, sumber kebahagiaan saya. Dan mereka berdua harta yang paling berharga dalam hidup saya. Tanpa mereka berdua pasti hidup saya hampa dan tidak sebahagia seperti sekarang ini," ucap Galih membuat semua orang tersenyum dan bertepuk tangan karena ikut merasakan kebahagiaan Galih dengan keluarga kecilnya. Saat Galih sedang tersenyum bahagia, dia tidak sengaja melihat Rigel yang akan pergi dari pesta itu. Galih sudah bisa menebak kenapa Rigel seperti akan pergi meninggalkan pesta.

  "Rigel, kamu mau kemana, Nak. Kemarilah," panggil Galih membuat Rigel menghentikan langkahnya, dan memutar tubuhnya kembali dengan cengiran khasnya. karena ketahuan akan melarikan diri, dan kini mau tidak mau ia menghampiri Galih karena pria paruh baya itu memanggil.  Kini Rigel sudah berdiri di samping Jihan dan Khai di atas panggung.

  "Sayang mana cincinnya?" Tanya Karinda pada suaminya dengan begitu antusias.

  "Sebentar ada di kantong celanaku," jawab Rama lalu mengambilnya dan memberikannya pada Karinda. Kini Rigel sudah berada di samping Galih. Membuat Galih tersenyum karena rencananya dan sahabatnya berhasil untuk menjodohkan putra dan putri mereka.

  "Perkenalkan dia calon menantu saya namanya Rigel Harsya Pradipta, dia putra dari sahabat saya Rama Refriansyah dan Karinda Evelyna. Malam ini putri saya dan putra mereka akan bertunangan," ucap Galih dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.

  APA!!

  Mendengar ucapan Galih membuat Khai sangat terkejut. Namun, tidak dengan Rigel. Dia tahu ini akan terjadi dan ini semua karena kecerobohannya tadi, terjebak oleh pertanyaan  Galih yang memang ia tidak fokus pada saat itu akibat pengaruh kecantikan Khai.

  "Tapi, Pa, kenapa tidak tanya dulu sama Khai?" Tanya Khai dengan pelan tapi terlihat sangat kesal.

  "Sudah diam, kamu nurut saja sama Papa. Karin bawa cincinnya kemari," perintah Galih dengan suara pelan. Kini Karinda membawa cincinnya itu dan berdiri di samping Rigel. Beberapa pengusaha yang ingin menjodohkan putra mereka pada Khai tampak kecewa karena mereka baru tahu kalau Galih sudah memiliki calon menantu pilihannya sendiri.

  "Pakaikan cincinnya ke jari manis Khai, Rigel." Perintah Galih dengan suara pelan.

  "Tapi papa, Khai gak mau!" Rengek Khai berusaha menolak apa yang ayahnya perintahkan.

  "Iya sama, Rigel juga gak mau, Om." Timpal Rigel ikut menolak pertunangannya dengan Khai yang dadakan itu.

  "Enggak bisa pokoknya pakaikan sekarang, kalian harus segera bertunangan. Kalau tidak papa dan mama akan mengambil fasilitas yang kamu pakai juga ATM kamu akan papa blokir, Khai!" Ancam Galih dengan berbisik tepat di telinga Khai.

  "Iya nanti fasilitas kamu dan ATM kamu, juga akan Bunda suruh ayah blokir, Rigel." Karinda ikut mengancam dengan suara pelan agar tidak terdengar oleh para tamu undangan.

   Meskipun dengan berat hati akhirnya Khai dan Rigel bertunangan, karena tidak ingin kehilangan fasilitas yang orang tua mereka berikan. Setelah tukar cincin Rigel tersenyum walaupun dengan senyuman terpaksa. Melihat itu semua tamu undangan bertepuk tangan dan ikut tersenyum saat Rigel dan Khai tersenyum, mereka ikut bahagia meskipun ada beberapa orang terlihat kecewa, karena tidak dapat mewujudkan impian mereka untuk menikahkan putra mereka dengan putri Galih.

  Setelah acara pertunangan selesai, musik pun dimainkan. Sebagian tamu undangan mulai berdansa diiringi musik yang slow memang diperuntukan untuk tamu yang ingin berdansa.

  "Udah kalian dansa sana."

  Karinda menyuruh Khai dan Rigel untuk turun dan berdansa, lagi-lagi mereka terpaksa berdansa karena desakan dari kedua orang tua mereka.

MUARA CINTA KHAIDEEJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang